Nesya Si Mahasiswa KuPu-KuPu

24.9K 1.3K 25
                                    


Menjadi mahasiswi psikologi bukanlah hal yang mudah. Tidak ada sedikitpun niat Nesya untuk masuk jurusan psikologi di Perguruan Tinggi Swasta terbaik yang ada di kotanya. Pilihan ini merupakan pilihan yang paling aman menurutnya, dibandingkan dirinya tidak kuliah sama sekali. Perguruan Tinggi Negeri yang diidam-idamkannya dari ia duduk di bangku SMA, gagal dicapai baik dalam seleksi melalui jalur undangan, maupun jalur tes tulis. Bertahan hingga semester tiga bukanlah hal sulit bagi Nesya. Otaknya cukup mumpuni untuk bersaing dengan para mahasiswa lainnya untuk mendapatkan IPK yang selalu menyentuh angka 3,5 ke atas.

Di pagi hari yang menyebalkan, lebih tepatnya senin di pagi hari, merupakan hal yang dibenci oleh Nesya. Kelas pagi yang dimilikinya memaksa dirinya berangkat lebih awal untuk membelah padatnya jalanan kota Surabaya. Sesampainya di parkiran kampus S1, Nesya memarkirkan mobil yang dikemudikannya di bawah pohon yang cukup rindang. Jarak tempat parkir mobilnya dengan halte bus yang ada di parkiran tidak jauh, sehingga memudahkan Nesya untuk mencapai halte lebih cepat.

"Kelas pagi?" Seorang menepuk bahu Nesya ketika dirinya duduk di halte, menunggu bus datang.

Nesya memutar badannya, melihat si empu penanya. "Iya nih, males banget. Mana kelas Prof. Budi pula, alamat ngantuk nih,"

Penanya tersebut adalah Anwar. Ia merupakan temannya saat dia baru pertama masuk kuliah. Saat semester satu, Nesya dan Anwar adalah teman satu kelas yang akhirnya menjadikan mereka cukup akrab. Tapi di semester kedua dan ketiga, mereka sudah tidak lagi berada di kelas yang sama. Ketika berpapasan di kampus, biasanya mereka hanya saling bertegur sapa tanpa percakapan panjang seperti dulu.

"Biasa, kelas dosen yang udah tua berasa kayak didongengin pas kuliah," Anwar menjawab dengan kekehan pelan.

"Ini bus kenapa lama banget sih? Gak tahu apa aku kelas di lantai tiga," gerutu Nesya. "Hari ini bukannya paketmu nggak ada kelas, War?" tanya Nesya.

"Ceileh perhatian banget. Tahu aja aku gak ada kelas hari ini" balas Anwar dengan nada menggoda.

"Sialan." Nesya meninju pelan lengan Anwar. "Aku tahu karena temenku ada yang satu paket sama kamu."

"Lagi ada keperluan BEM sih, jadi hari ini mau gak mau harus ke kampus."

"Ewwwwh ... cuma demi BEM yang hari ini yang harusnya libur, malah dibelain ngampus," sahut Nesya. "Kalau aku sih ogah." Kemudian ia memutar bola matanya malas.

"Iya deh ratu kupu-kupu. Paham banget yang suka hibernasi di apartemennya." Nesya mendengar gurauan Anwar lantas membuang muka begitu saja.

Kupu-kupu merupakan singakatan dari kuliah pulang-kuliah pulang. Nesya yang tidak pernah terlihat aktif di organisasi kampus, membuat dirinya mendapat julukan sebagai mahasiswa kupu-kupu oleh teman-teman yang mengenalnya. Ia adalah pribadi yang paling tidak bisa disuruh-suruh. Nesya menganggap bahwa ikut atau tidaknya dalam sebuah organisasi tergantung dari orangnya. Masih banyak mahasiswa yang hanya sekadar ikut organisasi, tapi tidak bisa berkontribusi dengan baik. Hanya menumpang nama semata untuk dapat dikatakan anak yang aktif dalam organisasi

Bus sudah terlihat memasuki parkiran S1 membuat Nesya berdiri dan bersiap-siap. Bus ini mengantar mahasiswa S1 dari parkiran mobil dan motor menuju ke kampus. Jarak kampus dan parkiran memang cukup jauh, yang membuat bus ini memfasilitasi mahasiswanya untuk ke kampus. Sebenarnya, mahasiswa bisa saja berjalan kaki dari parkiran menuju kampus kalau mereka mau. Tapi dikarenakan harus melawati jalanan yang cukup ramai kendaraan, membuat berjalan kaki bukanlah pilihan yang terbaik.

"Duluan ya, Nes." Anwar melambaikan tangannya saat dirinya sudah menjauh dari halte tempat penurunan mahasiswa.

Nesya balas melambaikan tangan menanggapi seraya kakinya dengan cepat melangkah ke gedung Fakultas Psikologi.

Machine Shop Love [Completed]Where stories live. Discover now