~Alex Ackerley 2~

358 41 2
                                    

"Halo"

"Ma, aku mau pulang ke Indonesia"

"Why?"

"Disini membosankan. Aku ingin pulang saja"

"Kamu sudah memikirkan itu?"

"Ya sudah. Untuk apa aku sekolah jauh jauh ke disini? Di Indonesia juga banyak sekolah yang bagus tidak harus ke luar negeri"

"Baiklah. Kapan kamu akan pulang?"

"hari ini juga"

"Secepat itu?"

"Ya. Untuk apa berlama-lama?"

"Baiklah akan kami jemput ke bandara.

Aku pulang ke Indonesia karena aku tau, tak ada gunanya aku mendekam di negeri orang tanpa teman. Dan aku merasa semuanya semakin memuakkan setelah aku tau segalanya. Aku marah sekaligus merasa bersalah. Aku marah pada diriku. Marah pada semua orang. Itu semua mewakili segala rasa yang kupendam tapi aku tak tau harus mengungkapkannya pada siapa hingga semua orang menjadi bahan pelampiasanku

"Alex, sampai kapan kamu mau seperti ini?"

"........"

"Kali ini siapa lagi yang menjadi korbanmu?"

".........."

"Kenapa kamu menjadi seperti ini pulang dari luar negeri? Kenapa Alex? Mama sedih liat kamu tiap hari bertengkar. Pulang dengan memar. Setiap kali mama mengobati kamu sambil bertanya tapi tak pernah ada jawaban dari kamu. Mama merasa gagal mendidik kamu hingga seperti ini. Kenapa? Kenapa hanya orang diluar sana yang kamu pukul? Yang kamu tendang? Kenapa mama tidak? Kenapa hanya orang luar sana yang kamu sakiti? Ayo sakiti juga kami. Sakit anggota keluarga ini. Cepat! Apa bedanya kami dengan orang orang luar sana yang kamu sakiti?

"Aku hanya bertengkar dengan lelaki bajingan yang menyakiti wanita yang tak bersalah."

"Alex..."

"Dan aku tidak mungkin menyakiti orang orang yang aku sayangi. Tapi aku akan sangat marah jika ada yang menyakiti mereka"

Mama memelukku erat. Itu pertama kalinya aku buka mulut sejak pulang ke Indonesia. Aku benci lelaki bajingan yang hanya mempermainkan dan menipu wanita. Aku tidak ingin ada korban lagi seperti sahabatku Alice. Dia ditipu hingga bunuh diri oleh orang orang bajingan yang tak tau malu. Walau para bajingan itu saat ini sudah berada di balik sel yang dingin tapi aku masih merasa marah masih merasa bersalah karena tidak langsung mencarinya kerumahnya saat dia menghilang.

"Alice..."

"Alice..."

"Alice..."

"Kenapa tidak ada orang?"

"Alice you where?"

"Alice?

"Apa memang mereka tidak dirumah? Kenapa pintunya tidak dikunci?"

"Alice..."

Sama sekali tidak ada jawaban dari empunya rumah. Aku masuk ke kamar Alice mana tau Alice sakit sehingga dia tidak menjawab panggilanku dan tidak ada kabar selama seminggu.

"Alice..."

"ALICE!!!"

" WAKE UP! ALICE WAKE UP PLEASE. WAKE UP ALICE WAKE UP. WAKE UP!!!" (bangun! Alice bangun. Bangun Alice bangun. Bangun!!!)

"NOOO!!!!!"

"Alice kamu kenapa? Alice tolong jawab"

Aku menemukan sepucuk surat dikantongnya setelah menurunkannya. Surat ini membuatku marah sampai ingin rasanya membentur benturkan kepalaku ke dinding.

Alex, kita sudah berteman sejak kecil saat Ayahmu pindah kerja kesini. Yah aku tau kau bahagia disini hingga kau tidak ikut kembali pulang ke Indonesia saat ibumu kembali ke indonesia sedangkan ayahmu pindah tugas lagi ke negara lain. Aku juga bahagia. Bahagia mempunyai sahabat yang selalu ada disampingku. Aku tau kita sahabat. Tapi maafkan aku. Aku tidak bisa menceritakan semuanya padamu. Dan melalui surat ini aku akan menceritakannya padamu. Saat itu setelah kita bertemu dan makan sate, aku mendapat telfon bahwa adikku disekap. Memang dirumah hanya ada aku dan adikku karena orang tua kami sedang bekerja dan tidak pulang selama seminggu. Mereka bilang adikku akan dijual jika aku tidak datang. Aku datang ke tempat yang mereka tentukan. Mereka melepaskan adikku tapi aku disuruh membawa anak kecil untuk menggantikan adikku. Dan jumlahnya 2 kali lipat. Dan mereka mengancam untuk tidak memberitahu siapa pun. Aku bingung, aku takut. Aku bahkan tak berani keluar rumah. Aku menitipkan adikku di rumah paman. Tapi aku tidak bisa ikut ke rumah paman karena dia memiliki 3 anak yang masih kecil. Aku takut mereka juga jadi korban penjualan anak kecil juga. dan jalan terakhir yang terpintas dibenakku adalah mengakhiri semuanya agar tak ada korban lagi. Maafkan aku. Aku tidak menceritakan apa pun padamu bahkan aku tidak menemuimu untuk terakhir kalinya. Kumohon jangan membenciku. Dan hiduplah dengan tenang jaga mereka yang mungkin memiliki nasib sama sepertiku. Kau harus menjaga setiap wanita yang ada disekitarmu karena setiap wanita memiliki masalah yang mungkin tidak bisa diceritakan pada siapapun. Terima kasih. Maafkan aku


"Bodoh! Bodoh! Bagaimana aku tidak membencimu? Kau, kau pergi begini? Bagaimana aku tidak membencimu? Hiks hiks hiks"

Dia bunuh diri dengan alasan itu. Supaya tidak ada korban lagi. Dengan rasa takut dia mengakhiri hidupnya begitu saja. Walau hanya begitu saja tapi sesungguhnya dia telah menyelamatkan nyawa orang lain. Tapi aku sama sekali tidak bisa menerimanya. Aku merasa bersalah, kecewa dan ingin membalaskan dendam. Tapi aku tidak tau. Tidak tau harus pada siapa aku membalaskan dendam hingga aku membalaskannya kepada setiap lelaki yang membuat wanita terluka, Yang mengancam wanita, yang menipu wanita, yang memanfaatkan wanita. Aku ingin memenuhi permohonan terakhir Alice. Tapi semakin lama aku semakin bruntal karena aku merasa tidak mendapat kepuasan.

"Alex, mama tau niat kamu baik. Tapi semakin lama kamu semakin menyimpang dan bruntal."

"........"

"Kamu harus berubah. Mama sudah membelikan kamu alat musik gitar dan piano. Kalau kamu merasa marah, mainkan alat musik mama yakin semuanya bisa membaik. Cobalah. Kamu harus melanjutkan hidup. Kamu harus kembali sekolah. Perjalananmu masih jauh. Jangan menyerah begitu saja. Kamu lelaki. Tunjukkan kalau kamu benar benar lelaki. Jangan mengecewakan mama"

Mendengar perkataan mama aku sadar kalau aku sama sekali tidak berguna. Aku berniat berubah. Aku mengikuti kata kata mama hingga aku bisa kembali sekolah.

"Ooo jadi gitu ya. Lo punya trauma masa lalu yang buat lo sampai pingsan gitu" Kata Grace

"Jadi umur lo berapa?" Kata Selena

"17 sekarang. Umur kita ga jauh beda kok. Tapi sebentar lagi gue ulang tahun ke 18" jawab Alex

"Pokoknya lo harus cerita apa pun itu sama kita. Kita semua kan sabahat. Jangan terlalu menyembunyikan luka. Kita bisa berbagi luka karena kita sahabat" kata Grace merangkul teman temannya

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 22, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Detektif SMAWhere stories live. Discover now