03. ⛰🌟 BUKIT BINTANG ⛰🌟

49 18 21
                                    

Selamat malam man-teman ....
Terima kasih buat teman-teman yang sudi baca, vote dan komen ceritaku ini ....

Yang sudah ga sabar (ada gak ya??? 🤔🤔🤔🤔) ketemu Will ma Fei-Fei, langsung aja yuk tengokin mereka ....

Happy reading ....
Yang lagi malmingan, selamat malmingan, ya ... tp ntar jangan lupa nengokin Will dan Fei-Fei, ya .... 😉😉😉😉😘😘😘

Part ini lumayan panjang, moga-moga teman-teman betah bacanya ya ....

💞💞💞

Fei-Fei sedang mengerjakan laporan skripsi ketika ponselnya berbunyi, menandakan ada notifikasi pesan masuk. Gadis itu bangkit dari kursi dan menghampiri tempat tidur di mana ponselnya tergeletak. Diraihnya kotak pipih itu dan diusap layarnya dengan ibu jari. Ada pesan masuk dari nomor yang tak dikenal di aplikasi chatting.

"Selamat malam, Fei. Ini saya, Will. Masih ingat?? Terima kasih, ya, sudah memberikan nomor ponselmu." Pesan itu diakhiri dengan emotikon senyum.

Setelah membaca pesan tersebut, kedua ujung bibir Fei-Fei tertarik ke atas membentuk senyuman kecil. Kedua ibu jari tangannya lalu bergerak dengan lincah mengetikkan sederet balasan. Pantatnya segera didudukkan di tepi tempat tidur.

"Malam juga. Ya, aku ingat. Kamu kerabatnya Oce, 'kan? Sama-sama ...."

Jari tangan Fei-Fei kembali bergerak setelah menekan tombol kirim. Kali ini bergerak untuk menyimpan nomor baru tersebut ke dalam daftar kontak. Setelah selesai, gadis itu kembali beranjak menuju meja belajarnya, meneruskan laporan yang tertunda. Ponselnya diletakkan pada dudukan ponsel di sebelah kanan belakang laptop.

Baru saja meletakkan ponsel, benda itu sudah berbunyi lagi. Fei-Fei menggeser letak dudukan ponsel itu mendekat ke tepi meja. Setelah membaca pesan yang lagi-lagi datang dari Will, jari-jari tangan Fei-Fei kembali bergerak mengetikkan balasan.

Obrolan via aplikasi chatting terus berlanjut hingga satu jam kemudian, bahkan hingga hari-hari berikutnya. Ada saja yang mereka obrolkan, dari sekadar menanyakan kabar, sedang melakukan apa, sudah makan atau belum, hal-hal kecil seperti itu hingga diskusi seputar bahan skripsi yang sedang dikerjakan oleh Fei-Fei. Will yang kala itu sudah bekerja sebagai web programmer cukup membantu Fei-Fei dengan memberikan beberapa masukan. Meskipun jurusan desain grafis yang ditempuh Fei-Fei berbeda dengan ilmu yang dimiliki Will, tetapi keduanya sama-sama berhubungan dengan komputer.

Hari-hari Fei-Fei kini bertambah satu lagi aktivitasnya—selain mengerjakan skripsi, sesekali ke kampus untuk bimbingan, hangout dengan teman-teman, beberapa hari sekali menampakkan diri di rumah orang tuanya, dan menghabiskan waktu dengan hobi membacanya—berbalas chat dengan Will. Di antara kesibukan Fei-Fei sebagai mahasiswa tingkat akhir, dua-tiga kali Fei-Fei bersedia menerima ajakan Will untuk keluar, sekadar makan bersama—entah itu siang atau malam, atau sekadar jalan-jalan untuk refreshing.

Tak terasa satu bulan telah berlalu sejak pertemuan pertama mereka. Saat ini, mereka sedang menghabiskan waktu akhir pekan dengan berjalan-jalan di salah satu mal yang letaknya dekat dengan kampus Fei-Fei. Setelah keluar masuk beberapa toko sambil mengobrol, Will mengajak Fei-Fei untuk makan malam di salah satu tempat makan yang ada di lantai tiga mal tersebut.

Sesudah memesan makanan dan minuman, mereka kembali mengobrol. Tempat duduk yang mereka pilih berada di pojok ruangan sebelah dalam, membuat mereka nyaman mengobrol tanpa terganggu lalu-lalang orang. Jendela kaca di samping mereka menampakkan pemandangan malam hari berupa sorot lampu jalanan dan kendaraan yang lalu-lalang di bawah mereka serta kerlap-kerlip bintang yang mulai bermunculan di langit malam. Aroma masakan yang menggugah selera makan sesekali menguar dari arah tempat memasak.

Cinta dari Seberang Lautan (TAMAT)Where stories live. Discover now