08. 🌳🍒 MUSIM PANEN 🌳🍒

21 7 14
                                    

Selamat pagi .... 🤗🤗🤗

Mau up semalam tapi udah malam banget, jadi up pagi-pagi nih .... 😔😔

Langsung aja ya, teman-teman .... 😉😉😉

Jangan lupa tinggalin jejak ya guys .... 😍😍😍😘😘😘

Happy reading .... 😘😘😘

💞💞💞

Will merasa cukup puas dengan apa yang sudah ia lakukan hingga saat ini. Ia tidak mau terlalu memaksakan diri dengan mendesak Fei-Fei terus-terusan untuk menerima dirinya. Sejak Fei-Fei memaksa pulang pada malam itu, Will belum pernah meminta jawaban lagi dari Fei-Fei. Nanti yang ada bukannya luluh malah justru semakin menjauh, pikir Will.

Meskipun tinggal menunggu hasil, perhatian-perhatian kecil dari Will untuk Fei-Fei tetap tidak berkurang, terutama di saat-saat yang tidak terduga. Memang ada kalanya Will sengaja mengabaikan Fei-Fei hingga satu-dua hari, tetapi setelah itu Will akan memberikan kejutan-kejutan kecil untuk Fei-Fei. Will hanya berharap apa yang sudah ia upayakan sejauh ini dengan diiringi doa bisa membuahkan hasil.

Ibarat orang sedang memancing ikan, akan ada tarik ulur di sana kala umpan dimakan oleh ikan. Ada waktunya mengulur senar mengikuti kemauan si ikan. Namun, ada saatnya juga menarik senar agar si ikan kembali mendekat. Jika memaksa menarik senar ketika si ikan juga berusaha menjauh yang ada senar akan putus. Ikan tak dapat, umpan pun hilang.

Will tidak ingin hal seperti itu sampai terjadi. Ia ingin Fei-Fei menerima dirinya bukan karena terpaksa, melainkan betul-betul keinginan dari dalam hati Fei-Fei. Ia ingin agar perasaan khusus yang Fei-Fei miliki untuk dirinya tidak disangkal lagi. Will ingin agar Fei-Fei menyadari kalau dirinya sesungguhnya membutuhkan sosok Will. Bahwa Fei-Fei tidak bisa hidup jauh dari Will, seperti dirinya yang tidak bisa hidup jauh dari Fei-Fei.

Selain berusaha meyakinkan hati wanita itu lagi, Will juga terus berusaha menjalin hubungan baik dengan orang tua Fei-Fei. Setelah kunjungannya pada hari Minggu siang itu, beberapa hari kemudian Will kembali datang berkunjung pada malam hari. Kunjungannya tidak lama. Hanya singgah sebentar sembari membawakan jajanan kesukaan orang tua Fei-Fei, wedang ronde. Will ingat ketika dirinya masih berpacaran dengan Fei-Fei dahulu, wanita itu kerap kali dimintai tolong oleh papahnya untuk membelikan wedang ronde.

Setelah itu, beberapa kali Will rutin datang berkunjung yang tentu saja dengan membawa buah tangan. Bahkan pernah satu-dua kali Will diminta untuk tinggal lebih lama ketika dirinya hanya berniat untuk singgah sebentar. Tentu saja hal itu disambut baik oleh Will. Ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Hatinya senang dengan respons orang tua Fei-Fei yang ingin mengenal dirinya lebih jauh.

Setelah semua ikhtiar yang Will lakukan, lambat laun Will mulai merasakan hasilnya. Salah satunya sikap orang tua Fei-Fei yang mulai terbuka padanya, mau menerima keberadaannya. Meski belum ada kata-kata persetujuan yang terucap dari bibir mereka, tetapi bagi Will itu sudah seperti lampu kuning di perempatan jalan yang akan segera beralih menjadi lampu hijau dalam beberapa detik kemudian.

Semangat Will kembali melambung. Bukan berarti selama ini Will patah arang, tetapi respons orang tua Fei-Fei bagai tambahan amunisi bagi persenjataan Will dalam menaklukkan hati Fei-Fei. Berbekal amunisi tambahan tersebut, Will berniat untuk menanyakan kembali jawaban dari Fei-Fei dalam waktu dekat ini.

Wanita itu pun sekarang sudah mulai kembali seperti dahulu. Meskipun kadang masih menolak ajakan Will untuk sekadar jalan bersama, tetapi setidaknya sekarang Fei-Fei sudah bersedia bila diajak pergi ke gereja bersama. Wanita itu pun sudah mau membalas lagi pesan-pesan yang ia kirimkan. Bukan sekedar memberikan balasan berupa emotikon-emotikon berwajah mendongkol, tetapi balasan berupa kata-kata. Bahkan dalam seminggu belakangan ini, beberapa kali justru wanita itu yang terlebih dahulu menghubungi Will.

Cinta dari Seberang Lautan (TAMAT)Where stories live. Discover now