4. Teman Baru

290 266 91
                                    

Fatimah sudah berada di depan gerbang sekolah dan untuk pertama kalinya ia memakai seragam putih abu yang dibalut dengan hijab menutupi dada.

Dengan perasaan bahagia setelah melewati tiga hari MPLS, dua hari satu malam camping di sekolah dan yang terakhir hari sabtu ia melakukan tes untuk menentukan jurusan.

Di sekolahnya ini hanya ada dua jurusan yaitu IPA dan IPS, dan kalau kalian bertanya jurusan BAHASA kemana?

Kalian harus tahu, bahwa peminat jurusan BAHASA itu sedikit. Jadi sudah tidak ada jurusan itu dari 2 tahun yang lalu.

Sebelum tes kita bisa milih mau jurusan apa dan lintas minatnya apa tapi tetap saja yang menentukan itu hasil tes nya.

Fatimah sendiri memilih jurusan IPA, namun saat ini ia sedang berusaha melihat mading untuk mengetahui kelas berapa yang akan ditempatinya.

Setelah melihat namanya tertera disana, ia memilih untuk melihat nama seseorang. Ternyata seseorang itu berada di kelas yang berbeda dengannya.

Apa memang takdir yang tak menginginkan mereka berdekatan lagi?
Ah, entahlah..

Sudah lama mereka tak bicara secara langsung maupun di sosial media. Mungkin, memang seharusnya begitu.

Fatimah masuk ke kelasnya, ia melihat di dalam kelasnya hanya terdapat beberapa orang saja. Mereka semua menengok ke arah Fatimah, lalu ada satu orang perempuan yang mengajaknya untuk duduk bersama.

Bangku yang menjadi tempat duduk Fatimah terletak dibarisan paling depan dan hampir berhadapan dengan meja guru.

"Hai, nama kamu siapa?" Tanya perempuan yang mengajak Fatimah duduk bersamanya.

"Hai juga, nama aku Fatimah. Kalau kamu?"

"Namaku Alisya, emangnya kamu dari kompi berapa? Kok, aku gak liat kamu ya?"

"Aku juga gak pernah liat kamu, baru hari ini. Oyaa aku dari kompi 5."

"Ouh pantas saja, kompi kita lumayan jauh karena aku kompi 8."

"Ouh gitu ya."

"Assalamualaikum," salam seorang gadis memasuki kelas. Dengan wajah yang ceria dan ramah terhadap orang lain serta memakai bross dihijab membuatnya terkesan manis.

"Wa'alaikumussalam," jawab semua orang yang ada dikelas.

"Ada kursi kosong gk?" Tanyanya pada semua orang.

Salah satu teman kelas pun menjawab, "itu tuh, yang depan cuma duduk sendirian."

"Oke, thanks."

"Sini duduk sama gue."

"Eh iya iya." Setelah itu ia langsung duduk disamping orang yang menawarinya.

"Ternyata ada yang ngomong lo gue juga ya disini." batin Gadis itu, setelah duduk.

"Ka.. kamu.. emm..."

"Udah ngomongnya lo gue aja. Santai sama gue mah," Ucapnya seakan tahu bahwa gadis itu tak biasa bicara aku kamu. "Oh iya, kenalin nama gue Meli," lanjutnya memperkenalkan diri.

"Ouh Hai Meli! Nama gue Riska Anatasya, panggil aja Riska.. SMPnya di Jakarta. Kalau lo dari SMP mana?"

"Kalau gue mah, dari SMP Nurfalah. SMPnya juga deket rumah."

"Oh gitu, semoga kita bisa menjadi teman sebangku yang baik ya."

"Aamiin."

Seorang guru perempuan datang ke kelas mereka, ia menatap seluruh siswa dengan tatapan lembutnya. Ia memperkenalkan diri sebagai wali kelas mereka. Selain tatapannya yang lembut ternyata cara bicaranya pun lembut.

Dengan kasih sayang, ia memberikan arahan serta tujuan apa saja yang perlu dicapai. Kemudian, meminta kerja samanya kepada semua murid yang ada di kelas itu. Selama satu tahun kedepan Nita akan menjadi wali kelas untuk kelas mereka.

>¤< >¤< >¤< >¤< >¤< >¤< >¤< >¤<

Disatu sisi, hari ini Dana kurang bersemangat. Jelas saja kurang bersemangat, ia merasa ada yang kurang. Selama di SMP, ia bisa dengan mudah menggangu sahabatnya. Tapi kini sahabatnya itu tidak memberi kabar. Setelah pertanyaan sahabatnya dichat yang membuat ia merasa tak seharusnya sekolah disini dan membuatnya sedikit tersinggung.

Dana merasa aneh, sungguh aneh. Sebenarnya bisa saja ia berteman dengan siapapun.

Semua yang baru kenalan dengannya langsung merasa nyaman. Nyaman dalam artian nyambung diajak ngobrolnya dan asik orangnya. Bukan nyaman karena diberi harapan ya.

Wkwk.. hampir dikira playboy kau..

Dengan santainya Dana jalan memasuki kelas tanpa salam atau ucapan lainnya, karena hanya ada beberapa orang saja. Ia memilih Duduk di bagian pojok barisan ketiga. Disana belum ada yang duduk ataupun terdapat tas dibangkunya.

Tak lama kemudian..

Deheman seorang laki-laki terdengar dari samping Dana,"euhemmm.. gue boleh duduk disamping lo gak?" Tanya laki-laki itu.

"Ya, silakan aja." Laki-laki itu langsung duduk disamping Dana.

"Kenalin nama gue Ilham Prasetya, nama lo siapa?" Tanyanya.

"Nama gue Dian Adzi Pradana."

"Gue panggilnya apa? Nama lo kok ngebingungin?" Tanya Ilham, yang membuat Dana mengernyit.

"Maksud lo?" Tanyanya balik dengan tatapan tajam.

"Maksud gue, lo mau dipanggil Dian? Adzi? Prada? atau Dana?"

"Biasanya sih gue dipanggil Dana. Tapi terserah lo aja dah."

"Gue panggilnya Dian aja ya, biar beda gitu. Lagian itu nama depan lo. Biar gampang aja orang lain ngenalnya."

"Ck, kan gue bilang terserah lo."

"Santai. Bro," ujarnya. Lalu merangkul pundak orang yang baru dikenalnya beberapa menit lalu.

"Sok kenal lo," ucap Dian sambil menyingkirkan tangan Ilham.

"Lha tadi kan emang abis kenalan kita," ucapnya mendekatkan diri pada Dian.

"Sok deket lo." Ilham melihatnya tak percaya mengapa ada laki-laki senyebelin dia,"Ya udahlah, gue ini yang sok deket."

"Dih, pasrah."

"Ya, terus mau gimana lagi? Elo nya aja ngeselin."

"Ya maaf. Lagian, kaya cewek lo ngambekan."

"Kaya punya cewek aja," ucap Ilham pelan.

"Gue masih denger ya."

...

>¤< >¤< >¤< >¤< >¤< >¤< >¤< >¤<

Maaf kalau gaje:v

Aku masih belajar, huhu

Kalau ada yang gaje bilang aja ya:)

Makasih ya, udah mau baca cerita aku..

Jarak Tak Menentu [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang