⏳08

1.5K 238 17
                                    


Yeji memapah tubuh Jeno sekuat tenaga menaikannya keatas kasur, mengikuti semua intruksi Mama Jennie namun suhu tubuh Jeno belum juga turun dan cowok itu tidak kunjung bangun.

Opsi terakhir!

Yeji naik keatas kasur ikut berbaring di samping Jeno, sambil menatapnya prihatin.

Yeji ingat saat Jeno pergi kesana kemari hujan - hujanan hanya untuk mencarinya dan masih di hari yang sama Jeno hujan - hujanan lagi untuk mengantarkan payung.

Entah kenapa begonya Jeno dia nggak pake payung itu saat datang menghampiri Yeji.

Jeno kehujanan untuk ke tiga kalinya setelah membuntuti Yeji yang sok jago pulang jalan kaki, padahal letak rumah cewek itu sangat jauh dari rumah Jeno.

"Semua ini karena gue...."

"Malah sebelum pingsan gue marah - marahin dia lagi...."

"Padahal dia lagi sakit dan baru habis kehujanan...."

"Jeno gue mohon bangun!"

Yeji menghembuskan nafas beratnya, dia merasa seperti telah menjadi pemeran antagonis yang tidak punya hati di dalam hidup Lee Jeno.

Butuh waktu cukup lama hingga Yeji berani mendekat, menghancurkan dinding egonya memeluk Jeno erat berharap suhu tubuh Jeno bisa segera turun.

"Lo jangan mati dulu kan nggak lucu kalo lo mati cuma gara - gara gue.... lo sendiri juga pasti nggak sudikan? Makanya bangun Jen!"

"Gue minta maaf udah buat lo kehujanan tiga kali, udah mengabaikan lo padahal lo lagi sakit.... bukannya gue nggak peduli atau apa, emang gue nggak peduli sih.... tapi sumpah gue nggak tahu kalo lo bakalah demam tinggi kaya gini jen."

"Malah pake pingsan segala lagi, please lah Jeno jangan mati..... hiks...."

Tanpa sadar air mata Yeji jatuh, melihat wajah Jeno membuat Yeji semakin terisak.

Kok dia bisa jadi sesedih ini yah? Yeji juga bingung sendiri.

Masih dalam keadaan nangis Yeji menenggelamkan wajahnya di leher Jeno, lehernya panas banget.

"Hiks... Jeno bangun!" Bisik Yeji ketelinga Jeno sambil mengeratkan pelukannya lagi, hingga berselang beberapa lama pelukan Yeji dibalas.

"Eh jeno?" Yeji kaget.

"Lo udah.... hiks.... bangun?" Tanya Yeji sambil melihat kearah Jeno, cowok itu perlahan membuka matanya.

Kalimat pertama yang diucapkan Jeno. "Lo nangis?"

Yeji mengambil ancang - ancang untuk segera bangun namun dia kesusahan karena Jeno tidak ingin melepaskan pelukannya.

"Jangan pergi tetap gini dulu, gue kedinginan Ji!"

"Oke." Terpaksa Yeji berhenti dan kembali memeluk Jeno.

Hangat, sangat hangat sampai suasannya terasa damai. Hari ini hari yang panjang untuk Yeji dan berada dalam posisi ini tidak pernah diduga Yeji sebelumnya.

Entah dia harus marah atau senang keduanya bercampur aduk, lupakan semuanya... Yang Yeji rasakan saat ini hanyalah kehangatan.

Bisa nggak kita kaya gini selamanya, tanpa perlu alasan tanpa harus tanya kenapa? Karena kayanya gue suka dipeluk sama elo jen, ~ ucap Yeji dalam hati.

Tidak menyakah Yeji akan merasa senyaman ini berada di dalam pelukan Jeno, maklum Yeji udah lama banget jadi jomblo.

"YEJI JENO!" Teriakan seseorang membuat Yeji kembali ke kenyataan dan menoleh kearah pintu yang sudah terbuka.







































"LIA!"

"Sumpah Yeji demi apa? Gue nggak nyakah lo ternyata--" belum selesai ngomong Lia udah main banting pintu dan pergi dari sana.

"Mati gue..." Yeji pengen bangun dan kejar Lia tapi Jeno nggak biarin dia pergi.

"Lepasin gue dulu, gue mau jelasin semuanya ke Lia lo nggak lihat ekspresinya kaya udah mo nangis gitu?"

"Biarin nanti gue yang jelasin!"

"Ya tapi jangan dibiarin lama - lama pasti sekarang dia lagi maki - maki gue, please lah Jen gue nggak mau yah cuma gara - gara lo Lia nggak mau temenan lagi sama gue!" Yeji berontak dalam pelukan Jeno, tenaganya kalah kuat meskihpun Jeno lagi sakit sekarang.

"Iya nanti gue yang ngomong sama dia Ji, tenang aja!"

"Terserah, tapi lepasin gue!"

"Nggak mau, nanti lo pergi lagi kaya tadi."

Yeji berhenti berontak toh percuma Jeno nggak akan lepasin dia.

Yeji menyembunyikan wajahnya di dada bidang Jeno dan malah nangis lagi di sana. "Hiks...."

Hati Jeno hancur mendengar tangisan Yeji. "Maafin gue udah buat lo nangis." Ucapan Jeno malah bikin Yeji nangis tambah kenceng.

"Gue benci sama lo Jeno..... BENCI BENCI BENCI BENCI," teriak Yeji, yang bikin heran dia malah meluk Jeno erat benget sambil sesekali mukul pundak cowok itu.

"Hiks... gue nggak mau tahu abis ini lo harus deketin Lia biar dia nggak salah paham lagi!"

"Apa sih? jelasin ke dia aja udah cukup, nggak usah pake acara deketin segala.... gue nggak suka sama dia ya!"

"Ih Jeno harus, jalani aja dulu siapa tahu lo suka!"

"Nggak bisa, gue nggak bisa suka sama dia karena gue udah suka sama orang lain."

"Siapa?"

"Kepo." Yeji mukul pundak Jeno kalo ini lebih keras.

"Yeji Anjim, gue laporin mama Jennie lo mukul - mukul gue!"

"Lapor aja, dasar lo anak mama."

Setelahnya hening menyelimuti mereka cukup lama hingga akhrinya Jeno bersuara lagi.

"Gue sayang l-"

"SAYANG APA LO?" Teriak Yeji buat Jeno kaget + gugup.

"Nggak usah pake teriak bego, gue nggak budeg ya!"

"Yaudah apa, lo sayang apa?"

"Sayang mama Jennie," jawab Jeno spontan mengundang senyum kecil di bibir Yeji.

"Gue juga sayang mama," ucap Yeji sambil mengeratkan pelukan yang tadi sempat dilonggarin buat teriak ke telinga Jeno. "Mama kita terdebest!"

'Mama kita?'

Jangan bilang Yeji cuma ngagap gue sebatas kakak dia doang, nggak boleh itu nggak boleh terjadi!

TBC

ᴡʜᴀᴛ ʏᴏᴜ ᴡᴀɪᴛɪɴɢ ꜰᴏʀ ; (✓) Where stories live. Discover now