CHAPTER - 12 | J A D I A N

211 46 0
                                    

Instrumental piano pun mengalun bersamaan dengan gitar yang dimainkan Renjun. Yup, Nakyung piano, Renjun gitar.

Mereka berdua menyanyi dengan baik hingga penonton pun ikut jatuh. Mereka berdua bisa melihat dengan jelas Shasha di kerumunan penonton.

Shasha hendak pergi namun sesuai rencana. Renjun meletakkan gitarnya lalu berjalan turun dari panggung. Kerumunan penonton yang tadinya diam saja langsung paham lalu memberi jalan untuk Renjun.

Saat sampai di tengah lapangan mereka berdua bertemu. Renjun tidak melanjutkan nyanyiannya. Ia mengeluarkan bunga dari sakunya.

Instrumental piano pun berubah saat Renjun berlutut. Shasha tersenyum mendapat perlakuan kayak gini.

"Sha,"

Mendengar namanya disebut, Shasha pun tersenyum lalu mengangguk pertanda ia merespon panggilan Renjun.

"Mau jadi pacar gue gak?"

5 kata yang dilontarkan Renjun sontak membuat penonton makin riuh. Nakyung yang tadinya memainkan piano berhenti sejenak karena nemang bagian dari rencana.

Renjun mengarahkan micnya ke Shasha. Ia menaikkan sebelah alisnya.

"Iya, gue mau," Jawab Shasha. Renjun bersorak gembira lalu memeluk Shasha erat banget.

Nakyung tersenyum tipis. Harapannya sudah benar-benar hilang. Dadanya kini terasa sesak, bahkan ia sempat terisak ketika mendengar jawaban Shasha.

Classmeet hari itu ditutup dengan sorakan para siswa karena gemes sendiri liat orang ditembak. Apalagi guru yang senyum-senyum inget masa muda dulu.

***

Nakyung melemparkan tubuhnya di atas kasur. Setelah puas ia merengek-rengek ke bonekannya dia tiba-tiba merasa lelah.

Ia mengecek hpnya lalu membuka aplikasi chatnya. Banyak status dari teman-temannya berkaitan dengan kejadian tadi.

Nakyung mengusap wajahnya kasar. Entah kemapa rasa di hatinya itu gak ikhlas, gak terima tapi di sisi lain dia menyalahkan dirinya sendiri.

"Ya salah lo Kyung kenapa gak lo ungkapin dari dulu, kenapa gak ngaku aja, kenapa gak temabk duluan, ahh goblok, masih aja ngarep," Gumam Nakyung.

Sekalem-kalemnya Nakyung dia juga bisa merubah gaya bicaranya kayak anak lainnya. Kasar istilahnya.

Dia itu berubah kalem karena pembullyan yang dia rasakan jadi dia memutuskan untuk berubah jadi kalem kayak gak punya masalah apapun.

"Nakyung! Turun sini bantuin mama!" Teriak mamanya. Nakyung pun berdehem keras lalu berlari turun ke bawah.

Di dapur bisa Nakyung liat kalo mamanya lagi masak opor ayam sama bakwan. Entah ada dorongan apa mamanya jadi mau masak banyak.

Nakyung mengambil bakwan lalu memakannya.

"Aduh dingin!" Pekiknya.

"Baru aja diangkat udah diambil, rakus kamu," Ucap mamanya. Nakyung nyengir lalu mengambil pisau.

Nakyung disuruh motong kentang tapi kentangnya malah keras. Dengan segenap kekuatan dendam akan kejadian tadi akhirnya Nakyung berhasil motong kentang menjadi dua.

"Anggap aja mantan atau apa gitu," Gumam Nakyung dan sekali lagi dia berhasil membelah kentang.

"Mama liat kamu makin hari makin deket aja sama Renjun, kapan nih jadiannya?" Tanya mamanya tiba-tiba. Nakyung yang tadinya jiwa Psikopatnya muncul langsung sad.

"

Udah jadian sama temen ku ma," Ucap Nakyung dengan nada datar.

"Dih terus kamu biarin gitu? Tikubg dong," Ucap mamanya dengan semangat. Nakyung memutar bola matanya mengingat mama dan ayahnya itu nikah karena tikung-tikungan.

"Aku beda tau sama mama, anak mama kan baik, gak suka nikung juga," Ucap Nakyung menekankan kata nikung.

"Asal kamu tau, nikung itu enak tau,"

"Terserah mama," Final Nakyung lalu berjalan keluar dan mengangkat vc dari Shasha.

"Halo Sha,"

"Hai Kyung, jadi gak nih habis ujian ke Bali?"

"Jadi lah, sama siapa?"

"Renjun dkk, ada Lia, Somi, Minju juga kok tenang,"

Ahh ada Renjun juga toh. Kayaknya Nakyung gak bakal bisa jauh sama Renjun sehari aja. Buktinya dia kira Shasha sama dia doang yang ke Bali ternyata sama Renjun.

Nakyung lupa. Shasha kan pacarnya Renjun.

Apologetics [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang