PROLOG

17 7 0
                                    

Happy Reading!

Melangkah pergi dari tempat yang selama ini ia tinggali, dengan luka yang amat mendalam. Gadis kecil berkuncir dua terus melangkah dengan air mata yang terus membanjiri pipi tembamnya, sesekali kepalanya melirik kanan kiri.

Langit begitu gelap, jalanan yang begitu sepi, ia berjalan hanya ditemani terangnya bintang. Gadis kecil terus menangis begitu pilu, langkah gadis kecil terhenti karena silaunya sebuah cahaya yang tiba-tiba berhenti didepanya. Perlahan cahaya itu pudar dan mulai terlihat mobil mewah berwarna hitam, pintu mobil itu terbuka menampakkan sosok bertubuh kekar, sosok melangkah mendekatinya. Gadis kecil mundur tiga langkah, air matanya semakin deras, tubuhnya bergetar, suara isakan tangisnya semakin terdengar. Sosok itu menghentikan langkahnya dan berjongkok dihadapan gadis kecil itu.

"Hi, jangan takut sayang. Ini kakek" ucapnya lembut.

Gadis itu diam, menatap pria itu dalam-dalam, tangisannya semakin pecah, gadis kecil itu berhambur kedalam pelukan sang kakek.

"Kakek... masih idup? hiks..." tanya sang gadis kecil terisak.

"Iya sayang, Ayo kita pulang" ajaknya.

Pria tua itu mengais tubuh mungil gadis kecil dan membawanya kedalam mobil.

"Pulang kemana...?" tanya sang gadis kecil binggung.

"Kerumah" jawabnya, sambil membersihkan sisa air mata gadis kecil itu.

"Izona gak punya rumah..." lirih gadis kecil dengan kepalanya tertunduk.

"Kata siapa? Rumah kakek, kan rumah kamu juga, sayang" ucapnya tegas.

"Memang boleh Izona tinggal dirumah kakek?" tanya gadis kecil.

"Boleh sayang, dengan satu syarat" ujarnya.

"Apa itu syaratnya?" tanya gadis kecil dengan kening yang berkerut.

"Nama kamu diganti, ya" jawabnya sambil tersenyum senang.

"Iya, Boleh" seru gadis kecil.

"Oke, sekarang nama cucuk kakek Varischa Sheeva Alessandro" katanya. "Aris suka?" lanjutnya.

"Suka banget..." seru gadis kecil itu, senyuman yang sempat hilang kini kembali muncul diwajah gadis kecil dan itu membuat hati pria itu hangar.

"Wah... Kakek juga seneng kalau Aris suka, kalau gitu kamu tidur aja ya sayang. Nanti kakek banggunin kalau udah sampe di London" ucapnya.

Anggukan kecil, dari gadis kecil itu membuat senyuman kembali terukir diwajah pria itu.

London 09:47

Kini Varischa, dan Hugo sang kakek sudah sampai di mansion Alessandro, mansion milik sang kakek yang sangat mewah, bahkan mansion nya yang dulu kalah dengan mansion Alessandro. Mata cantik Varischa menatap kagum banggunan mewah dihadapannya, Varischa menoleh kearah Hugo sang kakek yang tengah tersenyum ke arahnya.

"This grandpa is very luxurious" kagum Varischa.

"Yes, grandfather made it for grandfather's favorite grandchild" ujar Hugo sambil menatap Varischa lekat.

"Wow ... who is the favorite grandson grandfather?" tanya Varischa polos.

"Who is this?" tanya Hugo, berpura-pura tidak tahu. Varischa hanya membalas dengan tatapan polosnya dan itu membuat Hugo menggeleng-gelengkan kepalanya, sambil terkekeh kecil.

"Later, Aris will find out as time goes by" ucap Hugo.

"Yah..."

Hugo tersenyum, mengelus puncak kepala cucunya dengan sayang. "Tomorrow if Aris is not tired, Grandpa will invite and teach Aris about the company" ucap Hugo.

Mata cantik itu menatap kakeknya tak percaya, di usianya yang baru menginjak 5 tahun, Hugo sang kakek inggin mengajarinya tentang perusahaan.

"But Aris is still a kid" ucap Varischa.

"Age is not a problem, one more thing Aris must be willing to learn about the mafia world" ucap Hugo meyakini Varischa.

"Yes, Aris will" balas Varischa.

"Tomorrow we start a new life" ujar Hugo, menatap cucunya sayang.

"Aris will be a girl who thirsts for blood, just see 10 years later" batin Hugo berseringai.




TBC

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENYA!
TERIMAKASIH ATAS WAKTUNYA UNTUK MEMBACA CERITA AKU.

SEE YOU NEXT TIME😘




Bloodthirsty Black RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang