duapuluh

636 47 4
                                    

Hallo.. gak ada komentar apapun untuk chap ini.. so..happy reading.

...

Kabakura yang sekarat segera dilarikan ke rumah sakit, Arima yang tadinya menangis tersedu kencang kini hanya bisa mengeluarkan air mata tanpa henti. Tangan kanan nya setia menggenggam tangan lain nya yang mulai dingin.

Yuki berada di belakang pengemudi menekan pedarahan di kepala Kabakura yang tak mau berhenti. Eiji di depan fokus mengemudi dengan kecepatan penuh, jangan remehkan status lamanya sebagai pengemudi handal.

Sesampai nya di rumah sakit Fujiwara, Arima segera menyebut nama-nama yang akan membantunya mengoperasi Kabakura, mengandalkan kekuatan nya sendiri tak akan mungkin sempat.

Diruang operasi yang penuh dengan perintah medis terdengar tak putus sejak dua jam yang lalu, feromon Arima yang tak bisa dikendalikan menguar memenuhi ruangan.

"Arima-sensei.. tenangkan dirimu..!!" ujar salah satu dokter, beruntung tak ada omega yang bekerja disini, jadi tak perlu timbul masalah kedua bila hal ini di teruskan lebih lama.

Arima menatap dokter tersebut sejenak lalu mengendalikan kembali feromonnya. Keringat dingin terus mengalir dari pelipisnya dan segera di seka oleh perawat pribadinya."Aku tak akan membiarkanmu pergi dariku lagi. Aku akan membunuh siapapun yang mencoba menyakitimu..!!" sumpah nya dalam hati.

Melalui perjuangan besar, akhirnya Kabakura bisa di selamatkan, meski koma menghantui dirinya. Setidaknya Arima tahu jika Kabakura masih hidup. Begitu operasi selesai ia segera meminta kedua anak buah Kabakura yang dibawah pengawasan nya kini, bergerak. Memburu Hifumi kembali, bila perlu bunuh jika ia melawan.

"Accan.." panggil Eiji pelan membuka ruangan pribadi wakil direktur Fujiwara's Hospital.

Ia sontak mendongak dan memeluk tubuh kurus sahabatnya, seharusnya kini Kabakura yang berada di pelukan nya, tapi ia juga tak tega bila harus kehilangan cinta pertama nya. Ia akui, sejak dulu ia menyukai Eiji. Tak ada siapapun yang tahu tentang ini.

"Tenanglah, tidak akan terjadi apa-apa padanya, kau tahu benar, jika dia itu kuat." Eiji setia mengusap punggung Arima penuh kasih sayang. Mungkin Eiji adalah yang pertama tahu kini jika pria di pelukan nya ini menyukai Alpha yang terbaring koma di ranjang, peralatan medis menunjang keselamatan, mengawasi keadaan vital dan menyediakan obat-obatan yang di perlukan untuk membuatnya bangun.

"Aku takut.. Aku takut semua ini adalah salah ku, aku yang mengudang Yuki yang akhirnya membawa gadis itu, seharusnya aku tidak melepaskan nya saat itu. Aku menyesal Eccan, aku tidak akan melepaskannya kali ini. Tapi mana mungkin Tuhan akan berbaik hati padaku, dosaku... perbuatan ku terlalu besar untuk di maafkan." Racaunya mengundang kerutan halus di dahi Eiji.

Ini mungkin saat paling kelam di hidup Arima, saat di mana ia di hadapkan dengan sebuah ketakutan akan kehilangan yang besar dari seseorang yang bahkan pertemuan nya tidak di rencanakan. Begitulah Tuhan, manusia bisa merencanakan tapi Tuhan lah yang mewujudkannya.

"Jika saat itu kau tidak memanggil Yuki, aku mungkin tidak akan pernah lagi bertemu dengan mate ku Accan. Arigatou,, terimakasih karena kau sudah membawanya kepadaku. Aku akan melakukan apapun untuk membuatnya jadi milik mu jika kau minta." Entah apa lagi yang harus di katakan untuk menghibur Arima, Eiji tidak tahu.

...

Sudah dua hari ini Kabakura tidak menunjukkan tanda-tanda akan bangun, ya Arima sendiri menyatakan jika pemuda itu mengalami koma. Hatinya sakit melihat perban di sekujur tubuh, bahkan saat operasi kemarin di temukan gumpalan darah di otak nya yang membuat seperti ini. Namun sekali lagi terimakasih untuk Tuhan tak mengambil Kabakura secepat itu, meski ia selalu meringis membayangkan sakit yang di tanggung Kabakura.

Alpha Mate ✔Where stories live. Discover now