Bagian 2- Fatal

700 101 72
                                    

Shall We?

Waktu pulang sekolah merupakan saat dimana semua siswa bersuka cita layaknya seorang tahanan yang terbebas setelah dipenjara sekian puluh tahun.

Ya, harusnya Luhan pun merasa begitu.

Tapi keadaan membuatnya bersikap berbalik dari yang lain.

Dia berencana pulang bersama dengan Sehun seperti yang biasa mereka lakukan.

Mengejutkan kan?

Lihat bahkan lelaki Oh itu dengan motor besarnya telah terpakir apik di depan gerbang sekolah, menunggunya.

Tapi, eksistensi seorang wanita yang sedang mengobrol dengan lelakinya tidak bisa diabaikan.

Itu Yeri.

Keduanya dengan senyum yang menawan sedang mengobrol sangat nyaman dan seolah dunia milik mereka berdua.

Luhan dengan helm ditangan menatap hal itu datar, tahu wanita pendek disana sedang melakukan gencaran.

"Sehun-ah bisakah-"

Yeri belum selesai dengan kalimatnya karena fokusnya lebih dulu tertuju pada Luhan yang datang menghampiri dengan wajah tidak bersahabat.

Luhan sampai pada Sehun lalu memilih berdiri disamping lelaki itu, yang otomatis berhadapan dengan Yeri yang berada di sisi lainnya.

"O-oh.. He... He.. Hehehe... Hai Luhan." tangannya melambai dengan senyum yang jelas terlihat kaku, entah dia merasa bersalah, canggung atau apalah itu

Luhan melengos mengabaikannya, memilih membuka kata untuk Sehun. 

Jangan kira dia selalu hanya bisa diam.

Dasarnya dia adalah seorang pendendam yang ulung.

Jadi dengan dirinya dia akan membalas dengan keras dan membekas.

"Bisakah kita pulang sekarang?" Luhan berujar santai, ekspresinya berubah menjadi sangat cerah. Senyumnya timbul hanya karena Sehun mengalihkan atensi padanya.

Lelaki itu juga memberikan anggukan kecil sebagai persetujuan dan tanda agar Luhan segera menaiki motornya yang bahkan karena tingginya, hal itu membutuhkan banyak usaha sekedar untuk duduk nyaman.

Sedang Yeri hanya diam dengan hati yang dongkol, merengut kesal karena merasa menjadi satu-satunya yang mengganggu situasi padahal dia lebih dulu terlibat dengan Sehun.

Luhan sudah dalam posisi nyamannya dibalik punggung kokoh itu, tapi Yeri masih belum puas menyapa.

"Mmm... Sehun-ah, aku duluan ya? Bye! Hati-hati di jalan.." senyumnya masih tersungging apik untuk Sehun.

Wanita itu tentu tidak menyebut nama Luhan pun tanpa memberikan wajahnya sekalipun. Seperti terlihat tidak sudi dan lebih memilih terburu melangkah pergi.

Hal itu nyatanya bukan apapun untuk Luhan. Jadi ia hanya mengangkat kedua bahu acuh, menganggapnya angin lalu.

Sepanjang perjalanan, selain suara angin dan banyaknya kendaraan membuat bising, kedua mulut disana memilih bungkam.

Tidak ada romansa masa muda yang menyenangkan sama sekali.

Memang apa yang diharapkan dari hubungan yang hanya diperjuangkan oleh satu pihak?

Shall We? (HUNHAN VER)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora