4. Remember My Name

5.7K 508 23
                                    

Selamat membaca jangan lupa tinggalkan jejak komentar dan rate

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca jangan lupa tinggalkan jejak komentar dan rate.

Selamat membaca jangan lupa tinggalkan jejak komentar dan rate

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Chapter  4

Remember My Name

Bajingan!

Crystal menata perasaannya. Sakit dan terhina.

Namun, sekali lagi ia harus menelan penghinaan itu mentah-mentah, ia harus menyadari apa posisinya sekarang. Tubuhnya adalah alat transaksi, ia tidak bisa lagi menggunakan hatinya untuk menyimpan perasaan sakit, terhina, malu, dan marah. Hanya boleh ada rasa benci di sana, mulai sekarang.

Ya. Crystal akan membenci semua orang dan setelah tujuannya kelak tercapai, ia juga akan membenci pria penolongnya karena baginya dalam hal ini, ia sama sekali tidak berhutang. Ia membayar dengan tubuhnya dan itu sepadan.

Perlahan Crystal memasukkan benda yang menegang, keras, dan berotot ke dalam mulutnya, perlahan-lahan menggerakkan kepalanya  maju mundur sementara rambutnya dicengkeram erat oleh pria yang pinggulnya mengimbangi gerakan kepala Crystal.

Pria itu berulang kali menggeram, ia semakin kencang mencengkeram rambut Crystal, gerakan pinggulnya juga semakin tidak beraturan hingga ia memuntahkan cairannya di dalam mulut Crystal dan menahan kepala Crystal agar tetap pada posisinya. Memaksa Crystal menelan cairan pria itu.

"Sekarang giliranmu," ujar pria itu menjauhkan dirinya dari Crystal.

Ia mengubah sofa bed yang di duduki Crystal menjadi rata, kemudian membuka tas yang ada di atas meja. Mengambil sebuah benda berbentuk alat vital laki-laki.

Crystal terbelalak, bibirnya bergetar. Ia yakin jika sekarang ia berada di tangan pria psikopat yang yang tidak segan-segan menyayat kulitnya sambil bercinta atau memotong-motong tubuhnya jika ia melakukan kesalahan.

Lutut Crystal lemah membayangkan nasibnya berada di tangan pria sinting.

Pria itu tersenyum miring sambil menghampiri Crystal. "Kau kira aku akan bercinta denganmu menggunakan tubuhku?"

Crystal menatap pria di depannya dengan tatapan waspada.

"Kecuali kau yang merengek dan meminta sendiri," katanya sinis.

Ia menekuk kedua paha Crystal, satu tangannya membelai kulit di antara paha Crystal mengusap-usapnya dengan gerakan menggoda. "Jangan tegang, ini tidak menyakitkan," katanya sambil memasukkan satu jarinya ke dalam tubuh Crystal mempermainkan dengan cara yang luar biasa lalu ketika Crystal tampak mulai kehilangan ketegangannya ia menggantinya menggunakan alat bantu seks.

Meskipun awalnya Crystal tegang dan jengkel, akhirnya ia memilih merilekskan dirinya. Menikmati rasa alat bantu seks yang di gerakkkan dengan teratur oleh pria yang ia anggap sinting. Ia mulai mengerang dan pinggulnya bergerak mengimbangi gerakan tangan pria itu.

"Panggil namaku," geram pria itu, ia menjilat puncak dada Crystal menggunakan lidahnya.

Crystal hanya mengerang sambil menatap pria di depannya dengan tatapan tidak berdaya, ia tidak memiliki kekuatan untuk menanyakan siapa nama pria itu.

"Chiaki," ujar pria itu memberi tahu namanya lambat-lambat. Tetapi, gerakan tangannya di antara kedua paha Crystal semakin cepat.

"Chiaki...." Bersamaan dengan itu Crystal melebur, hancur berkeping-keping kukunya menancap pada kulit paha Chiaki yang berada di sampingnya.

Napasnya terengah-engah, seluruh persendiannya seolah terlepas dari tempatnya.

Chiaki bangkit, ia melemparkan benda di tangannya ke dalam tempat sampah lalu mengenakan pakaiannya tanpa memedulikan Crystal yang masih terbaring di atas sofa bed.

"Sebenarnya, kau bisa kembali hari ini. Tapi,  kau pasti lelah. Lebih baik kita kembali besok," ujar Chiaki.

Crystal mengangguk, ia menatap Chiaki dengan tatapan bertanya-tanya.

"Kita mungkin... kadang-kadang... akan tinggal serumah. Tetapi, nanti di luar, bersikaplah seolah kita tidak saling mengenal, bersikaplah sebagai bawahan dan atasan."

Crystal menggigit bibirnya.

Bawahan dan atasan? Siapa dia sebenarnya?

Sudut bibir Chiaki berkedut. "Kau masih tidak tahu siapa aku?"

Crystal mengerjapkan matanya, menurutnya Chiaki terlalu sombong dan kepercayaan dirinya terlalu tinggi. Ia belum pernah mendengar nama Chiaki di Jerman dan Eropa dalam jejeran salah satu orang terkaya.

"Chiaki Valentino Storm, kau harus mengingat namaku."

Crystal membeliak. Ini bukanlah sebuah kebetulan, tetapi sebuah kemujuran.

Mungkin Tuhan membalas semua kesakitannya di masa lalu dengan mengirimkan Chiaki dalam hidupnya, entah bagaimana cara Chiaki menemukannya yang saat itu berniat melompat ke dalam sungai Seine. Yang jelas jika semua adalah kebetulan, Crystal merasa sedikit beruntung, hanya sedikit karena hidupnya lebih banyak menemui kesialan.

Chiaki Storm, ia memang belum pernah mendengar nama Chiaki. Tetapi, nama Storm tidak asing di Eropa. Storm Studios, di Eropa nama lebel rekaman itu tidak asing. Storm adalah rajanya industri musik di Eropa setidaknya sejak lima puluh tahun yang lalu dan posisi mereka diperhitungkan. Tidak bisa dianggap sepele.

Tidak mudah menggeser keberadaan perusahaan itu di Eropa bahkan perusahaan lain yang telah merambah pasar dunia sekali pun.

"Mulai saat ini kau adalah salah satu musisi di bawah naungan Strom Studios," ujar Chiaki.

Meski pria itu sedikit kasar, menjengkelkan, dan meninggalkannya setelah mempermainkan tubuhnya, setidaknya ada secercah harapan yang tumbuh di benaknya, ia akan berada di atas panggung lagi suatu hari nanti, ia akan mengulang kesuksesan, lalu ia akan mengambil alih semua yang telah diambil Jack. Ia bisa membayar pengacara untuk menggugat Jack, ia bisa pergi ke Jerman kapan saja untuk mengunjungi makam  orang tuanya.

Bersambung....

Salam manis dari Cherry istri Acheron yang manis.
🍒

The Tycoon's ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang