Lilac 1 - Pertemuan Pertama & Permintaan

147 21 13
                                    

"Waah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Waah. Cantiknya!"

Ucapan singkat dari seseorang mengalihkan perhatian mereka. Kekehan-kekehan kecil dan obrolan singkat lantas terhenti. Keempat orang yang tengah duduk di halaman istana beralaskan rumput hijau itu menoleh ke sumber suara di dekatnya.

Tiga dari mereka cepat-cepat berdiri dari tempatnya dan langsung membungkuk hormat, sedangkan yang satu lagi-gadis lima tahun berambut putih panjang-tetap diam sambil menatap kebingungan. "Siapa?" tanyanya polos.

Lelaki yang menjulang tinggi di hadapannya itu melukiskan senyum di wajah tampannya. Cahaya mentari memantul indah di iris biru terangnya. Gadis cilik itu seperti melihat langit cerah tidak hanya menggantung di atas kepalanya, tetapi juga di mata yang menatap penuh kelembutan. Entah dia tidak dengar atau mengabaikan Valmera, orang tersebut mendekat, kemudian berjongkok di dekatnya.

Ia terdiam untuk beberapa saat. "Apa kau membuat tiara itu sendiri?" tunjuknya ke sebuah benda yang menghiasi kepala Valmera. Sebuah mahkota yang terbuat dari ranting-ranting kecil yang dibentuk melingkar. Aksesori itu juga dilengkapi bunga-bunga kecil berwarna-warni. Membuatnya semakin mencolok sekaligus indah.

Valmera menggeleng. "Dara dan Nera membantuku." Dua gadis tersebut mengangguk sopan, ketika pemuda yang lebih tua tiga tahun dari sang putri menoleh ke arahnya.

"Benar-benar indah. Sangat cocok untuk perempuan secantik dirimu, Putri Valmera."

Semburat halus di pipi tidak bisa disembunyikan olehnya. Disebut cantik oleh laki-laki tampan yang entah datang darimana-sepolos apapun Valmera, ia tetap merasa berbunga-bunga dengan sanjungan itu. Tanpa sadar, kedua sudut bibirnya tertarik ke atas. Dengan kepala sedikit ditundukkan, dan pandangan yang dibuang ke sembarang arah, dia berbisik, "Te...terima kasih...."

Sekali lagi pemuda itu menyunggingkan senyum. "Lanjutkan kegiatanmu, Putri. Aku akan kemba-" Dia berhenti bergerak. Sebuah tangan menyambar baju kremnya. Ia kembali menengok ke belakang. "Ada apa, Putri?"

Sang gadis malu-malu. Tangan kecilnya lantas terulur dengan tiga kembang kecil bermahkota ungu, merah, dan kuning di genggaman. "Untukmu."

"A-Ah... Ti-tidak, Putri Valmera. Terima kasih...." tolak Neal gelagapan. Nampak semu-semu kemerahan muncul di kulitnya yang putih dan membuatnya begitu kontras. Mulai dari hidung, pipi, hingga ke telinganya.

Menerima penolakan itu, binar di mata Valmera seketika meredup. Tangannya turun dan suaranya menjadi pelan. "Begitu.... M-Maaf...." Suaranya bergetar. Kepalanya tertunduk dalam dan genggaman pada pakaian si pangeran mulai melonggar.

Ugh! Bagaimanapun juga Neal tidak kuasa melihat anak perempuan di depannya memasang tampang seperti itu. Dadanya seketika terasa sakit, dan kepalanya berkali-kali berbisik agar ia segera melakukan apa yang seharusnya ia lakukan.

Neal menarik napas dan menghembuskannya panjang. Akhirnya dia berbalik dan merendahkan badan. Sang putri yang matanya telah berkaca-kaca mendongak. Senyum lebar tertangkap di iris magentanya."Terima kasih, Putri. Aku senang bisa menerimanya darimu," ucapnya halus. "Kita bertemu lagi lain waktu, ya, Putri Valmera."

Lilac's MemoryWhere stories live. Discover now