track-unknown

2.8K 304 25
                                    

--- track unknown

---

---

Nafasnya memburu, di tengah tungkai yang terus berusaha berlari lebih cepat. Tubuhnya terbalut lengkap oleh setelan ala pengantin pria. Tak lupa polesan riasan simpel namun apik yang membuat rupa menawannya kian sempurna, walau kini sudah mulai tersapu oleh lelehan keringat.

Kakinya telanjang, walau tak sepenuhnya, karena masih terbalut sepasang kaos kaki hitam pendek. Panasnya aspal tak seketika membuatnya menyerah, walau sambil terus merutuki mengapa area gereja ini begitu luas.

"Hahh hampir hahh," menggumam di sela engahannya, saat netranya menangkap penampakan gerbang belakang gereja di depan sana.

Mempercepat larinya walau harus membuat kakinya terasa seperti mati rasa, dan saat benar-benar sudah sampai di gerbang itu, ia sejenak menyangga tubuh dengan nafas yang putus-putus.

Mendesis kesal mendapati gerbang itu terkunci rapat, lengkap dengan rantai dan gembok yang nampak sudah berumur. Ini memang gerbang bagian belakang, jadi wajar jika gerbang ini bukan akses utama keluar masuk area gereja. Jarang terjamah.

Namun setelah melepas jasnya dan membuangnya asal —untuk memperingkas geraknya— ia dengan gesit memutuskan untuk memanjat pagar tinggi itu. Dengan tekad bulat, apapun akan ia lakukan agar bisa keluar dari sini. Melarikan diri. Dari acara pernikahannya yang akan dimulai sebentar lagi.

"Ayah.. Maaf.." melirih sesaat setelah ia berhasil menjejakkan kaki kembali di tanah, di sisi luar gerbang. Pun setelah itu, ia melihat dari kejauhan, beberapa antek-antek ayahnya nampak berlarian ke arahnya yang kini sedang berusaha mengatur nafas. Segera, ia pun memutuskan untuk melanjutkan pelariannya. Mengabaikan teriakan dari orang-orang yang mengejarnya. Memintanya untuk berhenti.

Tak akan.

Ia tak akan berhenti, apalagi menyerahkan diri dan menerima pernikahan itu.

Tak akan.

Masih berada di area komplek gereja, sepanjang jalan kecil beraspal tersebut, ditumbuhi barisan pohon cemara. Tungkainya terus berlari hingga matanya menangkap sebuah mobil hitam yang melaju ke arah yang berlawanan dengannya. Sepertinya salah satu tamu undangan yang akan menghadiri acara pernikahan—gagal—nya.

"STOP!!" teriaknya lantang seraya berdiri di tengah jalan dengan kedua tangan terentang, berusaha menghadang mobil tersebut.

Pun tak peduli jika ia mungkin disangka orang gila karena tiba-tiba menghadang sebuah mobil dengan penampilan kacaunya.

Nafas tersengal. Rambut lepek dan acak-acakan. Tubuh bermandikan keringat. Kemeja putih yang sudah keluar dari celana. Dan jangan lupakan, kakinya yang tak berbalut alas, kecuali hanya sepasang kaos kaki.

Sempurna.

Sempurna kacaunya.

---

---

---

Sebuh Toyota Camry nampak melaju membelah jalan komplek itu. Saat berbelok di persimpangan, mereka disambut sebuah plang besar bertulisan 'Selamat Datang di Komplek Gereja Eben Ezer'.

Di bagian jok belakang, duduk seorang pria yang kira-kira sudah menginjak kepala 3 dengan setelan rapinya. Sepanjang jalan, netranya tak lepas dari barisan pohon cemara yang membuat suasana komplek gereja ini nampak begitu asri.

Hari ini ia memang memutuskan untuk menghadiri undangan pernikahan putra dari salah satu kolega bisnisnya, bisa dibilang juga seniornya, dan merupakan investor terbesar di perusahaannya, Lee Jongsuk.

Walau sebenarnya ia tak begitu suka menghadiri acara-acara seperti ini. Di mana ada begitu banyak orang, ramai, dan menyesakkan. Tapi karena undangan ini datang dari orang yang begitu berpengaruh baginya, maka rasanya tak pantas jika ia tak hadir, barang sebentar saja.

Oh ya, sedikit perkenalan. Nama businessman yang berusia 33 tahun ini adalah Bang Chan. Punya nama lain Chris, akibat dari darah campuran yang dimilikinya. Ia duda, dan tak begitu suka jika kisah perjalanan mengapa ia menjadi seorang duda terlalu dibahas, jadi cukupkan sampai di sini saja.

Tiba-tiba, di tengah kegiatannya yang sibuk menikmati pemandangan, Chan —bagaimana biasanya ia dipanggil— nyaris mengumpat kesal saat mobil yang ditumpanginya direm mendadak oleh asistennya, Jillian.

Pun nampak di depan sana seorang pemuda dengan penampilan yang berantakan sedang menghadang laju mobil mereka setelah sebelumnya berteriak dengan keras, cukup mengejutkan. Menyuruh berhenti.

"Apa-apaan?"

"Tuan, sepertinya pemuda ini tak asing," sahut sang asisten, nampak pemuda itu kini setengah berlari menghampiri mobil mereka.

Pria dewasa itu nampak terdiam sesaat, mencoba mengingat-ingat, karena memang rupa pemuda yang kini menggedor-gedor kaca mobilnya itu nampak tak asing.

"Jillian, mana undangan dari Lee Jongsuk kemarin?" tagih Chan tiba-tiba.

Kemudian ia melihat asistennya itu nampak merogoh laci dashboard hingga sebuah undangan kini ada di tangannya.

Dan benar saja, rupa pemuda itu persis dengan mempelai pria pada foto prewedding di bagian belakang undangan ini.

"Benar, putra Lee Jongsuk, Lee Minho."

"Bukaaa! Bukaa!"

Sesaat Chan hanya menatap pemuda itu hingga akhirnya memutuskan untuk membuka kaca di sampingnya, yang tentu saja langsung diserbu oleh pemuda itu, "Syukurlah. Maaf om, mau ke acara pernikahan?" tanya pemuda itu —yang diketahui bernama Lee Minho— dengan buru-buru.

Yang dewasa hanya menanggapi dengan mengangguk, ekspresinya datar, terkesan tak ramah.

"Acaranya batal! Batal batal." ujar pemuda itu seraya menyilangkan kedua lengannya di depan dada dan menggeleng ribut.

"Om, pulang aja. Tapi saya numpang ya ke depan sana?" lanjutnya seraya menunjuk ke arah menuju jalan besar.

Sekilas alis yang dewasa mengerut tak suka. Nyaris tak terlihat. Apa pemuda ini berpikir bahwa ia bodoh dan tidak tahu kalau dia lah mempelai pria di acara pernikahan itu?

"Masuk." finalnya setelah menyelipkan perlahan undangan yang sedari tadi ia genggam ke dalam tas kerjanya.

Dengan antusias pemuda itu mengitari mobilnya, masuk dan mendudukkan diri tepat di sampingnya, dengan senyuman sumringah yang menghiasi wajah, "Makasih banyak, om."

"Jillian, ke gereja."

"Hah?! Kok ke gereja?! Puter balik om!"

Namun terlambat, mobil itu sudah melaju kembali, menuju gereja, ke acara pernikahan.

×××

P.O.U (playlist of us) | Banginho✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang