#prologue

105 8 0
                                    

Badai topan malam itu, kilatan petir yang menghujam bagai terjunan hujan. Angin kencang menggoyangkan pohon pohon tinggi di dekat kastil megah di tengah hutan. Kobaran kelelawar liar dan terjangan burung gagak menyerupai sebuah rasi di langit. Mencekam. Itu satu kata yang tepat.

Seorang pria dengan jubah melekat di tubuhnya mondar mandir kesana kemari dengan pikiran gusar. Jari tangannya terus bertopang di dagu dengan satu tangan melingkar di perutnya.

Suasana berubah mengerikan, terlebih teriakan kesakitan seorang wanita dari dalam sana. Dua orang bawahan di luar pun ikut gusar melihat perubahan wajah sang Alpha yang tiba tiba serius. Tak ada yang berani memulai pembicaraan.

-Oekk.. oekk..

Semua bernafas lega tatkala tangisan bayi memecah keheningan di antara mereka. Angin yang tadinya berhembus kencang tiba tiba saja lenyap. Begitupula suara gemuruh dan terjangan petir yang langsung sirna bak tak terjadi badai sedikitpun. "Selamat, Alpha. Putra anda telah lahir dengan selamat." Kedua iris mata pria yang dipanggil Aplha itu pun nyaris membola lebar lebar. "B-bayiku laki-laki?"

"Benar, Alpha."

Tanpa pikir panjang Alpha menerobos pintu kamarnya. Dengan tergesa gesa ia berjalan mendekati ranjang yang dimana seorang wanita cantik dan bayi mungil sudah ada disana.

Pelayan pun undur diri. Menyisakan Alpha dan keluarga kecilnya yang baru.

"Anak kita, laki-laki."

Yunichiro tersenyum manis sebagai balasan. Kedua tangannya terulur menerima putra pertamanya dari gendongan sang istri.

"Iya. Bukankah dia begitu manis?"

Istrinya menghela napas pelan. Ditatapnya Alpha yang kini menimang putranya senang. "Hei Yu, apakah kau merasa senang?" Kata katanya mencelos begitu saja. Membuat suaminya mengerutkan dahi sebelum ia kembali fokus menggendong putra kecilnya.

"Kenapa bertanya begitu? Tentu saja aku senang. Lihatlah dia, sangat manis dan tampan. Bukankah keluarga kita sekarang sudah lengkap?"

"Kalau begitu, maukah kau menjaganya untukku?"

Yuichiro menoleh. Tatapannya masih-lah datar juga tak begitu tajam.

Namun begitu melihat sebulir air bening yang berhasil lolos dari mata sang istri, Alpha itu kemudian terdiam. Tangannya yang tadi menepuk nepuk bayinya, kini berganti membelai surai istrinya yang tengah sendu.

Hatinya kembali teriris melihat air mata kedua yang masih mengalir dibalik mata sang istri. Seperti disayat sayat. Bukankah begitu yang dirasakan seorang Alpha pada umumnya jika melihat mate-nya bersedih?

"Aku memberinya nama Kazuma. Bukankah itu nama yang bagus? Dia akan menjadi sosok pemimpin yang kuat kan?"

"Aku mencintaimu. Juga dia, Alpha kecilku."

"Jadi, maukah kau berjanji satu hal selama aku masih disini?"

Damn.

Ingin rasanya Yuichiro mengutuk wanita tua yang memberinya ramalan dulu. Jika sampai yang dikatakannya benar, itu berarti istrinya benar benar akan mati setelah melahirkan putranya. Dan itu berarti, putranya akan tumbuh besar tanpa seorang ibu? Oh, tidak. Cukup ia seorang saja yang merasakan hidup tanpa belaian ibundanya, putranya jangan. Membayangkan hal itu terjadi saja membuatnya kesal sekaligus jengah. Bagaimanapun caranya, ia takkan membiarkan istrinya mati begitu saja.

Half-BloodWhere stories live. Discover now