Menjauhkan Jennie

468 52 5
                                    

"Ayolah, Jungkook. Kau tidak masuk akal sekarang." Irene meletakkan map di tangannya ke atas meja, kemudian ia berjalan menuju lemari pendingin, membukanya lalu mengabil dua kaleng bir. Ia kembali ketempat di mana Jungkook duduk sambil membaca beberapa berkas di depannya.

Irene mengulurkan sebuah kaleng bir di tangannya yang di sambut oleh Jungkook yang tidak menggubris kehadirannya. Pria itu hanya menerima kaleng bir dari Irene kemudian melemparkan kaleng bir di sofa yang ia duduki karena meja di depannya penuh dengan kertas. Irene mendudukkan bokongnya di kursi tepat di depan Jungkook kemudian menarik penutup kaleng bir dan mulai menikmati birnya, setalh beberapa menit ia kembali berucap, "menurutku ini keputusan gila, ia telah menikah."

"Aku tahu. Kita bahkan menghadiri pesta pernikahannya," jawab Jungkook. Nadanya terdengar santai dan tidak terdengar ada beban sama sekali. Pandangan matanya masih tertuju pada kertas-kertas di depannya, ia meraih pena yang tergeletak tak jauh dari tangannya kemudian mulai membubuhkan tanda tangannya.

"Oh, holly shit!" bersamaan dengan Jungkook menandatangani kertas itu Irene berteriak.

Pria tampan itu tampaknya sama sekali tidak terganggu dengan teriakan Irene, ia dengan gerakan sangat santai justru mengulurkan pena di tangannya kepada Irene sambil matanya menatap Irene, sebelah alisnya bahkan terangkat. "Giliranmu," katanya.

"Are you inshane?" Irene menatap tajam ke arah Jungkook. "Jungkook, apa kau tahu konsekuensinya jika kita menandatangani itu?"

"Ya aku tahu,kita hanya harus tinggal di sini," jawab Jungkook.

"Itu berarti pekerjaan kita di London terbengkalai," kata Irene.

"Aku akan bertanggung jawab, aku yang akan membayar ganti rugi. Ini hanya tiga bulan," kata Jungkook degan nada yang begitu tenang. Ia adalah salah satu model pria terbaik di dunia, honornya sangat tinggi, ia tidak akan rugi jika hanya membayar beberapa ganti rugi untuk Irene.

Irene menghela nafas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan, ia menatap Jungkook dengan tatapan bingung. "Kau pikir kau bisa merebut Krystal kembali dalam waktu tiga bulan?" tanyanya dengan nada mengejek sahabatnya yang masih tidak bisa melepaskan Krystal meski ia selalu bersikap seolah-olah telah bisa melepaskan Krystal di depan umum. Faktanya Jungkook sama sekali belum bisa melepaskan Krystal.

"Aku tidak akan merebutnya, aku hanya ingin memastikan ia baik-baik saja." Jungkook meletakkan pena di tangannya di atas meja kemudian melanjutkan ucapannya, "kau telah berjanji untuk membantuku."

"Aku tidak ingin terlibat dan aku yakin jika terus menolongmu aku akan menjadi perawan tua, aku tidak memiliki waktu untuk diriku sendiri." Irene menggerutu karena Jungkook benar-benar konyol. Pria itu mendadak menerima tawaran pekerjaan yang mengharuskan dirinyatinggal di Moscow selama tiga bulan. Sebenarnya itu tidak masalah bagi Irene jika saja Jungkook tidak menyeretnya.

"Aku akan menikahimu jika tidak ada pria yang sudi menikahimu," jawab Jungkook dengan nada mengejek.

"Beri aku alasan mengapa aku harus membantumu?" Irene mengerutkan alisnya hingga kedua alisnya hampir menyatu.

"Kau sahabatku dan kau juga sahabat Krystal," jawab Jungkook dengan tatapan memohon kepada Irene.

Irene menelan ludahnya. Jangan di pertanyakan lagi bagaimana pertemanan yang terjalin di antara mereka berempat. Irene menceritakan bagaimana sikap ibu mertua Krystal kepada Jungkook, ia juga menceritakan bertemu dengan Jennie di Moscow. Di luar dugaan Irene, Jungkook segera mengambil langkah. Ia tanpa pikir panjang menyetujui pekerjaan yang masih menjadi wacana untuk mereka berdu padahal mereka datang hanya untuk menjadi model sebuah video clip sebuah band di Rusia.

"Apa yang akan kau lakukan? Bisa apa kita membantu Krystal?"

"Setidaknya hingga ia bisa beradaptasi dengan baik di sini dan mendapatkan banyak teman aku bisa tenang." jawab Jungkook.

"Are you lost your mind? Ya Tuhan Jungkook, Krystal bukan anak kecil yang harus kau asuh."

Jungkook menatap Irene dengan tatapan dingin. "Hingga kebahagiaannya sempurna baru aku melepaskannya," ucapannya dengan nada terdengar sangat yakin.

Irene menggelengkan kepalanya. "Baiklah, ini terakhir kali aku menolongmu, tidak ada lagi lain kali."

Pada akhirnya Irene meraih pena yang tergeletak di atas meja dan mulai mengukir tanda tangannya di atas kertas kemudian menatap tanda tangannya sendiri dengan tatapan menggambarkan penyesalan.

"Kau begitu gigih kepada Krystal, semua itu akan sia-sia." Irene bergumam seolah ia merasakan kepedihan hati Jungkook yang cintanya jelas bertepuk sebelah tangan.

Krystal buta arah, aku tidak akan membiarkan ia sendirian di sini hingga ia terbiasa di Moscow dan bisa menghafal setidaknya beberapa jalan di sini.

"Dia berbeda, dia tidak mandiri sepertimu." Jungkook tahu semua kekurangan Krystal, seperti halnya Taehyung yang mengamati seluruh gerak-gerik Krystal. Jungkook juga melakukan hal yang sama, ia meneliti seluruh keganjilan Krystal.

Jungkook pernah meninggalkan Krystal di sebuah restoran di dekat sebuah stasiun kereta api, ia sengaja meminta Krystal untuk menunggu beberapa saat. Kemudian Jungkook meminta Krystal untuk mendatanginya di dekat belokan menuju pintu utama. Gadis itu justru tersesat entah kemana dan Jungkook menyuruh Krystal diam di suatu tempat dan jangan bergerak. Ketika Jungkook menemukan Krystal gadis itu nyaris menangis. "Aku berjanji, aku tidak akan pernah lagi meninggalkanmu." Begitu janji Jungkook kala itu. Namun, faktanya Jungkook menggagalkan pernikahan mereka. Bukankah itu sama halnya ia meninggalkan Krystal?

Langkah pertama yang akan Jungkook ambil adalah menjauhkan Jennie dari Moscow. Bagaimanampun juga gadis ular itu harus disingkirkan. Amarah di dalam dada Jungkook terasa berkobar dahsyat hanya dengan mengingat nama Jennie

Menikah Dengan PilotWhere stories live. Discover now