|| 41 || MENIKMATI PROSESNYA

1.3K 123 10
                                    

Kamu salah, jika berpikir tidak ada yang menunggumu. Nyatanya kematian menunggumu, hanya saja kamu tidak peka padanya.

...

Seperti yang sudah direncanakan. Sore ini, Lesty sudah diperbolehkan untuk pulang. Hanya saja, Lesty tetap harus istirahat karena kehamilannya yang sangat lemah, rentan keguguran.

"Mas. Udah ngabarin Pandu kan?" ngidam pertama Lesty masih keukeuh ingin sop buatan Pandu.

"Udah. Nanti malam dia ke rumah sama istrinya" tadi siang Fildan memang mengabari Pandu agar ke rumah Bunda Lita, tanpa mengatakan jika Lesty tengah ngidam sop buatan Pandu.

Bisa besar kepala Pandu jika mengetahui Lesty ngidam masakannya.

"Ayok" ajak Fildan seraya mengangkat tubuh Lesty untuk di pindahkan ke kursi roda. Mereka akan pulang sore ini ke rumah Lita, di luar sudah ada Jodan dan Zilva yang menjemput mereka.

"Kakak Ipar!" seru Zilva memeluk Lesty saat pintu ruang inap di buka. Sedari tadi, Zilva maupun Jodan tidak diperbolehkan untuk masuk oleh Fildan. Entah apa alasannya.

"Zilva!" tegur Fildan saat adiknya itu terlalu antusias memeluk istrinya.

"Dasar posesif!" cibir Zilva menatap kesal ke arah kakaknya.

"Kalian duluan ke mobil. Kakak akan mengurus administrasinya dulu" ujar Fildan menghiraukan cibiran Zilva.

Jodan mengangguk lebih dulu. Lalu mendekati kursi roda Lesty bagian belakangnya.

"Cepat sembuh, Kak" ujar Jodan mencium kening Lesty, membuat Fildan melotot melihatnya. Sedangkan Zilva cekikikan melihat ekspresi kakaknya itu.

"Dia adiknya, Brother!" ujar Zilva seraya memukul bahu Fildan kencang. Fildan menatap jengkel adiknya.

"Mas ngurus administrasinya dulu ya. Kamu sama Jodan ke mobil, nanti Mas nyusul" ujar Fildan lembut seraya berjongkok di depan istrinya.

"Iya. Jangan lama" balas Lesty pelan lalu segara memeluk tubuh Fildan. Sedangkan sang empu terkejut.

"Nanti aku kangen" lanjut Lesty seraya berbisik.

"Kak Lesty bisikin apa sih? Sampe telinga Kak Fildan merah" ingin rasanya Fildan menendang adiknya yang bermulut lemes.

"Ya ampun! Mas, kamu kenapa?" pekik Lesty kini menangkup kedua pipi Fildan.

Zilva sudah cekikikan di tempatnya, sedangkan Jodan memalingkan wajahnya, Jodan merasa geli melihat kakak dan kakak iparnya.

"Gak papa. Mas pergi dulu" Fildan melepaskan kedua tangan Lesty dari pipinya secara perlahan. Bisa tambah malu, jika Lesty tau penyebab telinganya memerah.

Sebelum bangkit, Fildan mencium kening Lesty terlebih dahulu dan dilanjut dengan Lesty salim pada Fildan.

"Kakakmu lucu kalau lagi malu" ujar Lesty pada Zilva. Sebenarnya Lesty tahu penyebab telinga Fildan merah.

"Iya. Saking lucunya, Zilva ingin menendang mukanya" balas Zilva lalu tertawa dengan Lesty, sedangkan Jodan hanya tersenyum tipis seraya mendorong kursi roda kakaknya, hatinya menghangat mendengar tawa kakaknya.

...

"Assalamualaikum" ucap Fildan, Lesty, Jodan, dan Zilva.

"Waalaikumsalam. Sayangnya Bunda!" seru Lita lalu berhamburan memeluk Lesty. Lita bahagia atas kehamilan Lesty sekaligus sedih melihat kondisi Lesty.

cinta MENGAPA gengsi (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang