# 27 | Gathered

19 10 47
                                    

||•••||

"Menjadikan musuh sebagai teman demi masa depan bumi yang tentram."

||•••||

Bel pulang sekolah sudah terdengar, semua siswa-siswi SMA Bima Sakti berhamburan ke luar gerbang dengan rasa lelah yang mereka bawa. Akan tetapi, senyuman mengambang di bibir mereka, karena bisa merebahkan tubuh di kasur yang empuk.

"Sena!" panggil Keynan. Ia menghampiri Sena dengan sedikit berlari di koridor sekolah yang tampak sudah sepi akan makhluk hidup.

"Apa?" tanya Sena dengan melipat kedua tangannya di depan dada. Keangkuhannya masih sama seperti dulu.

"Ikut aku," ajak Keynan. Tanpa meminta izin, ia langsung menarik tangan Sena. "Kalian berdua juga," lanjutnya dengan menunjuk El dan Mawar.

"Hei! Lepaskan! Kau mau membawaku ke mana, hah?" pekik Sena dengan coba melepaskan genggaman Keynan yang begitu erat.

Sampailah mereka di depan pintu gerbang sekolah yang sudah tampak sepi. Keynan melepaskan tangan Sena, sang pemilik tangan hanya meringis kesakitan dan memutar-mutar tangannya sendiri. "Ngapain kamu ngajak aku ke sini? Pake tarik-tarik tangan segala!" ketus Sena.

Bola mata Sena bergerak dan berhenti pada orang-orang yang ia kenal dan membuat dahinya berkerut. "Ada apa ini?" tanyanya bingung. Ia meminta penjelasan, kenapa mereka semua berkumpul di sini? Mentari, Bulan, Bintang, Reza, dan Eka.

"Ikut kita!" titah Keynan. Ia langsung melangkahkan kakinya maju menjauhi gedung sekolah, diikuti teman-temannya di belakangnya. Begitu juga dengan Sena dan kedua sahabatnya, mereka mengikuti dari belakang tanpa tahu ke mana arah tujuannya.

Beberapa menit berlalu dengan banyak langkah yang telah mereka ambil. Sena menggerutu untuk sekian kalinya. "Sebenarnya kalian mau ke mana?" tanyanya dengan nada yang meninggi.

Tidak ada jawaban. Sena menghentakkan kedua kakinya ke permukaan bumi. Ia menekuk wajahnya dan melirik ke arah ke dua sahabatnya sekilas yang sama kesalnya seperti dirinya. Embusan napas keluar dari hidungnya, sampai ia menyadari sesuatu dan menghentikan langkahnya. "Kenapa masuk ke hutan?" tanyanya melihat Keynan dan yang lainnya mulai memasuki hutan satu persatu.

Sena, El dan Mawar saling tatap satu sama lain, mereka meneguk ludahnya dengan susah payah melihat hutan belantara yang terlihat gelap meskipun masih siang hari. Mereka tidak yakin dan berniat untuk pergi tanpa memberi tahu yang lain.

"Sen, pergi aja, yuk! Perasaanku nggak enak," bisik Mawar pada Sena. El menganggukkan kepalanya membenarkan ucapan Mawar, ia juga memiliki perasaan yang tidak enak. Hal-hal negatif memenuhi pikiran mereka bertiga yang masih berdiri mematung menatap hutan yang terkesan menyeramkan.

"Oke, kita pergi." Sena mulai menghitung mundur. "Tiga ... dua ... satu!" pekiknya. Langkah ketiganya langsung terangkat meninggalkan yang lainnya yang sudah masuk ke dalam hutan. Akan tetapi, mereka dikejutkan dengan dua orang yang tiba-tiba berada di hadapan mereka setelah membalikkan tubuh mereka ke belakang.

"B-bintang ... Bulan ...," lirih Sena dengan wajah yang menampakkan keterkejutannya. "Bagaimana kalian bisa di sini?" tanyanya dengan menunjuk ke arah hutan sekilas. Ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat. "Perasaan mereka berdua tadi udah di depan, kenapa sekarang bisa di belakang?" batinnya.

Bintang langsung menggenggam tangan Sena dan Mawar, sedangkan Bulan menggenggam tangan El. Mereka menarik ketiganya dengan paksa dan memasuki hutan belantara yang cukup gelap. Sena, El, dan Mawar meronta. Mereka berusaha melepaskan tangan mereka masing-masing. Namun, nihil.

Beda Tempat (End)Where stories live. Discover now