Part 19

1.1K 64 47
                                    

Lucia melempar sepatunya dengan kesal. Saat ini mereka berada di dalam salah satu kamar The Plaza Hotel, yang merupakan ide dari Zea dan Rose kalau lebih baik mereka menginap di hotel saja.

"Kenapa kau kesal?" Evander membuka jas dan melonggarkan dasinya.

"Kau pikir apalagi hal yang bisa membuatku kesal saat ini?!" ketus Lucia.

Evander terkekeh dan mulai membuka kancing kemejanya sebelum Lucia berteriak agar mengganti pakaian di dalam kamar mandi saja.

"Cerewet," seru Evander.

"Dasar menyebalkan!" gerutu Lucia yang melihat Evander tertawa seraya masuk ke kamar mandi.

Lucia mengigit kuku nya dengan gugup, otaknya berpikir keras apa yang akan mereka lakukan di kamar ini. Berdua bersama pria gay apalagi dengan suasana kamar yang dihias seromantis ini, sungguh sayang sekali Lucia tidak bisa menikmatinya.

Bola mata Lucia membulat saat melihat Evander keluar hanya dengan handuk yang melilit di pinggangnya. Dan Ya Tuhan... Otot-otot di perut dan lengan Evander begitu luar biasa.

"Kau tidak mau mandi?" suara Evander membuyarkan lamunan Lucia.

"Apa aku begitu mempesona?" Evander berjalan mendekati Lucia, membuat gadis itu memutar bola matanya jengah dan langsung melangkah ke kamar mandi sebelum Evander benar-benar berada di depannya.

"Lihat saja, aku tidak akan melepaskan mu saat di pulau nanti." kekeh Evander. Hadiah bulan madu yang diberikan Grandma memang ke pulau pribadi yang baru saja dibeli oleh Grandpa nya.

Lucia melempar sabun aroma kedalam jazucci hingga dalam beberapa detik bak keramik itu sudah ditutupi busa dengan wangi semerbak bunga mawar.

Lucia melempar sabun aroma kedalam jazucci hingga dalam beberapa detik bak keramik itu sudah ditutupi busa dengan wangi semerbak bunga mawar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lucia membuka semua pakaian yang melekat di tubuhnya dan masuk ke dalam jazucci.

"Enak sekali," seru Lucia saat mendudukan diri di dalamnya. Lucia mengambil remote yang bisa membuka tirai kamar mandi, sehingga menampakkan pemandangan malam hari kota New York.

Untuk sesaat Lucia merasa takjub melihat semua lampu-lampu yang menghiasi kota layaknya bintang di langit.

"Sekarang bagaimana? Apa aku harus senang atau sedih menjalani kehidupan pernikahan palsu ini." keluh Lucia sambil mengusap tubuhnya dengan busa.

"Tentu saja aku sangat sedih karena menikah dengan pria gay." gumam Lucia lalu terkekeh kecil.

"Tapi kalau dia tidak gay memangnya aku bahagia? Kenapa?" Lucia bermonolog sendiri.

Evander mengambil wine yang disediakan hotel untuk mereka. Dia harus bisa menahan diri saat melihat Lucia nanti. Bagaimanapun dia pria normal dan sekamar dengan seorang gadis pasti membuatnya tidak nyaman.

Baru saja memikirkan Lucia, gadis itu keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai bathrobe. Rambut pendeknya terurai basah dan itu terlihat sexy. Evander berusaha menelan salivanya susah payah.

9. Sexy Lucia(#1 Sexy Love Sequel) THE ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang