55 - Pertarungan Dua Arah

185 41 61
                                    

Ya ampun, debut 3 tahun belum pernah menang apa-apa, sama kayak aku, debut lama di dunia penulisan, tapi belum pernah menang apa-apa, 😭😭😭.

Boy grup yang baru mekar aja langsung naik drastis dan ngalahin DC.

Faktanya
DC agensinya kurang terkenal. (Dal Shabet aja kurang dikenal, InSomnia aja banyak yang gak tahun dan gak kenal mereka.)

Minim penyuka genre dark, rock, (padahal yang gak suka bisa jadi suka kalau denger lagu DC)

Kpopers kebanyakan cewek, lebih sering berbucin dan ngefandom boy grup. Jelas pendukung BG banyak.

Dan masih banyak fakta lainnya. Ya ampun.

Btw, ada yang nunggu cerita ini? Maaf ya karena bukannya sengaja libur atau apa. Tapi aku lagi ngurus empat cerbung sekaligus. Kebayang gak betapa mumetnya kepala?


***

SuA melompat ke sisi kanan ketika ada monster yang coba menerkamnya, bola berbentuk telur itu masih ada pada genggamannya. Rasanya luar biasa sulit untuk berkonsentrasi jika banyak sekali monster yang ingin memakannya. Ia memerlukan tempat yang tenang dan nyamanーdi mana ia benar-benar yakin jika hal semacam itu tak akan pernah terjadi.

“Arrgghh, ya ampun. Bagaimana aku berkonsentrasi jika keadaannya seperti ini!” SuA menggeram kesal. (Bisa bayangkan sendiri seperti apa SuA yang menggeram kesal)

Ia mengisi ulang peluru, senjata itu kemudian ia gunakan untuk menembak lagi. Beberapa monster yang masih jauh tampak bimbang untuk melakukan serangan. SuA tak menyerang secara membabi buta  tapi setiap peluru terarah dengan baik sehingga ia tak buang-buang amunisi yang ada.

Satu monster terakhir yang dekat dengannya segera menjadi penutupan dari penembakan yang terus ia lakukan.

“Nah, hanya itu saja? Apa ada yang lain?” tanyanya dengan merendahkan, ia berdiri angkuh sambil mengangkat senjatanya. Ketika itulah, Siyeon terlempar menghantam reruntuhan yang berada di samping SuA. Wanita cantik itu sampai terlonjak dan merunduk ketika tubuh Siyeon melesat melewati dirinya dan menghantam reruntuhan.

“Astaga, itu kamu.” SuA tampak terkejut.

“Ya, kau mengharapkan orang lain?” Siyeon perlahan berdiri dengan ekspresi nyeri dia tampakkan. SuA menggeleng, ia menurunkan senjatanya.

“Dari mana saja kau? Apa kau baik-baik saja?” tanyanya dengan nada yang khawatir. Siyeon memegangi bahunya sesaat, ia menggeleng.

“Aku masih hidup.”

“Itu bukan jawaban yang cocok. Kenapa kau terbang ke sini?” tanya SuA lagi, Siyeon sudah berdiri dan siap bertarung lagi.

“Di sana ada cowok mengerikan, dia yang melemparku.” Siyeon meludahkan darah, sepertinya organ internalnya terluka akibat serangan yang terakhir. SuA jelas khawatir dengan apa yang terjadi pada Siyeon.

“Kau terluka, aku akan...”

“Merunduk.” Siyeon memeluk SuA lalu menjatuhkan badan mereka ke tanah atau aspal jalanan dengan secepat mungkin. Sesuatu berdesing di atas mereka sesaat keduanya jatuh.

“Apa itu?” tanya SuA yang terbelalak, itu seperti lesatan cahaya berwarna putih, laser.

“Cowok yang kuceritakan.” Siyeon melepaskan tangannya dari SuA lalu berguling. “Bisakah ini menjadi penyemangatmu? Kita butuh senjata yang bagus, yang satu ini sangat kuat.” Siyeon beranjak dan mengambil granat dan sebuah senjata api milik SuA.

Kedua wanita cantik itu berdiri, Siyeon menyiapkan apa saja yang sekiranya dia butuhkan untuk melawan BM yang memiliki kekuatan jauh di atasnya.

“Kau tak bisa menghadapinya sendirian.” SuA menahan saat Siyeon akan maju lagi.

Nightmare - Escape the ERA (DreamCatcher)Where stories live. Discover now