TIGA PULUH DUA

3.5K 222 10
                                    


Arrayan terus menatapku, sedangkan aku terus menunduk tak berani menatapnya, aku tau arrayan pasti marah, tapi Tak kusangka arrayan tiba-tiba memeluku erat mencium kepalaku berkali-kali menenangkanu.

" sejak kapan hemm? Berat banget ya sampe kamu harus minum anti depresan kaya gini? Ayah bunda tau?".
Aku mengangguk menangis di pelukan arrayan. " maaf ". Ucapku sambil memeluknya erat, aku benar-benar membutuhkan seseorang yang menenangkan hatiku.

" sejak dua tahun yang lalu aku susah tidur ray, pengennya nangis terus. Makanya aku konsul psikiater diam-diam, rasanya sulit untuk lepas dari obatku."

Arrayan melepaskan pelukannya menatapku dengan tatapan sendunya. " kita jalani sama-sama ya" . Ucap arrayan lalu mengecup keningku lama. " aku temani kamu tidur, setelah kamu tidur aku pulang, oke ". Aku mengangguk. " kamu tunggu disini, aku mau bersih-bersih dulu sebelum tidur". Sebelum tidur arrayan memberikan obatku, dengan usapan tangannya di kepalaku aku menemukan rasa nyaman Yang telah lama hilang, rasa nyaman ini yang benar-benar kurindukan. Mataku hampir terpejam saat arrayan mengecup keningku lalu membisikan " goodnight sayang ". Dengan suara yang membuatku makin terlelap.

*********

Hari ini arrayan menjemputku untuk makan malam bersama keluarganya. Ada rasa takut untuk bertemu dengan mereka, padahal aku sudah mengenal mereka dekat. Banyak hal yang aku pikirkan, aku takut kalau mereka tak menerimaku lagi dengan aku yang sudah seperti ini, yang paling fatal aku takut mereka tak bisa menerima kehadiran anakku , agata.

" ada yang dipikirin yang?" Lamunanku terurai, arrayan menggengam tanganku, sementara satu tangannya lagi sibuk menyetir. Mbak dijah dan agata sedang duduk bermain boneka dikursi penumpang, dengan agata yang duduk manis di car seatnya.

" aku malu dan takut". Jawabku lirih .

Arrayan tersenyum, mengeratkan genggamannya. " ada aku tenang aja ya, aku jamin ga akan kenapa-kenapa". Akupun mengangguk mengiyakan hatiku merasa lebih tenang.

Kami sampai di rumah orang tua arrayan. Rumah yang dulu kujadikan rumah keduaku, tak banyak yang berubah, hanya cat rumahnya saja berubah menjadi kecokelatan.

Ketika kami masuk pintu rumah, kami disambut oleh tante davina, sosok wanita lembut yang dulu ku anggap ibuku sendiri.

"Ya ampun renatta apa kabar?  anakku glad to see you in here ". Tante davina memeluku erat,senyum tak lepas dari bibirnya. Diluar prediksiku ternyata perlakuannya padaku tak berubah sedikitpun.

" Alhamdulillah baik tante, tante apa kabar? Mee too tante" . Aku membalas ucapannya, entah mengapa rasa sedih, rasa bersalah muncul hingga tak terasa air mataku muncul menetes di pipiku.

Tante davina menatapku menghapus air mataku dengan ibu jarinya. " kok sedih sih re? Alhamdulillah kita semua sehat. I miss you too, ayo masuk. Eh ini siapa yang cantik, sini mau gendong sama eyang ?"

" akuh tata, no eyang tata belat". Ucap baby sambil mencium punggung tangan tante davina.

Tante davina tertawa, sementara agata masih berada dalam gendongan arrayan.
" cantik, pintar, nanti di dalam main ya sama aleya dan aldern pasti seneng deh ".  tante davina menggenggam tanganku masuk ke ruang keluarga, disana tampak kak aluna yang sedang menyuapi si kembar di bantu pengasuhnya. Begitu melihatku datang, kak aluna bergegas menghampiriku dengan senyuman diwajahnya yang tetap saja cantik bagaikan dewi walaupun sudah memiliki empat orang anak.

" ya Ampun rere apa kabar? Kangen deh kak aluna ama rere ". Kak aluna memeluku erat, begitupun denganku kami saling melepaskan rasa rindu kami.

" baik kak, kak aluna apa kabar? "

TENTANG RENATTA ( COMPLETE )Where stories live. Discover now