Our Direction : The Phsycopath - 3

9.1K 689 22
                                    

Lilly berjalan menuju ruangan dimana Presiden berada. Diikuti oleh lima pria yang berjalan di belakangnya. Lilly hanya mendapat beberapa jahitan di punggungnya, dokter menganjurkan agar Lilly beristirahat satu sampai dua hari sampai lukanya mengering. Namun Lilly menolaknya, keselamatan Presiden sedang berada dalam bahaya saat ini. Lebih baik Lilly menahan rasa sakitnya daripada berbaring di tempat tidur dengan pikiran yang tidak tenang.

Lilly sangat anggun malam ini. Kelima pria di belakangnya sempat terpana melihat Lilly dalam balutan dress ketat bewarna gelap, yang memperlihatkan lekuk tubuhnya yang bisa dikategorikan seksi dan rambut indahnya dibiarkan tergerai bebas.

Apalagi Niall dan Liam. Seandainya Lilly merupakan perempuan pemabuk, pasti Niall sudah mendatangi tempat bar yang biasa Lilly kunjungi sekalipun bar itu berada di ujung dunia. Sedangkan Liam terpana karena Lilly merupakan wanita yang kuat, bukan hanya kuat dia cantik, pintar, dan tipe pekerja keras.

Mereka semua beranggapan sebenarnya Lilly lebih cocok menjadi perempuan biasa. Pekerjaan ini terlalu berbahaya bagi perempuan sepertinya.

Lilly membuka pintu dengan perlahan setelah mengetuk pintu beberapa kali. Lilly melihat Presiden sedang menulis sesuatu kemudian mendongak ketika mendengar suara pintu terbuka. Senyum Presiden mengembang ketika melihat Lilly. Lilly langsung membuka pintu itu lebar-lebar agar kelima rekannya yang berada di belakangnya dapat masuk dengan leluasa.

"Silahkan masuk" ucap Presiden kemudian ia berjalan menuju sofa yang tak jauh dari meja kerjanya.

Lilly berjalan memasuki ruangan baru Presiden, diikuti oleh lima pria di belakangnya. Lilly memutuskan untuk duduk disebuah sofa yang hanya bisa diduduki oleh dirinya seorang, sedangkan kelima partnernya itu duduk di sofa panjang. Lilly menegakkan punggungnya mengingat luka yang dialami oleh dirinya, kemudian menyilangkan kedua kakinya. Mata Niall melihat kaki jenjang Lilly yang mulus tak ada goresan sedikitpun. Harry yang menyadari tingkah tak senonoh Niall, langsung menyenggol lengan lelaki berambut pirang itu, mengingatkan bahwa dia sedang berhadapan di depan Presiden Amerika.

"Bagaimana denga lukamu? apa cukup parah, Lilly?" tanya Presiden dengan nada tenang.

Lilly memberikan senyum termanisnya kepada Presiden. Liam yang melihat senyuman Lilly langsung dibuat terpana. Lilly sangat amat cantik jika sedang tersenyum seperti itu.

"Tidak. Kau tidak perlu mengkhawatirkanku, Sir" balas Lilly dengan nada sopan. Lilly menaruh kedua tangannya di atas lututnya.

"Syukurlah. Bagaimana dengan kalian? Apa kalian terluka? Louis?" Tanya Presiden sambil mengalihkan pandangan kepada Harry, Zayn, Liam, Niall, dan Louis secara bergantian.

"Tidak, Sir. Kami semua baik-baik saja" jawab Louis tak kalah sopan.

"Kuharap kalian berenam bisa bekerja sama dengan baik" ucap Presiden. Mereka semua langsung mengangguk pelan dan memberikan senyuman tipis kepada Presiden.

"Sir, bagaiman dengan ruang kerjamu yang baru? Apa ada masalah? Apa kau kurang nyaman?" tanya Lilly memastikan. Presiden kembali memfokuskan tatapannya kepada Lilly lagi lalu memberikan senyum untuk perempuan itu.

"Tidak. Ini cukup, ketatkan saja penjagaan untuk tempat ini"

"Siap, Sir"

"Apa duta besar Spanyol terluka?" tanya Presiden. Lilly hendak menjawabnya tapi sudah didahului oleh Zayn.

"Dia mengalami luka ringan, dan dia diperbolehkan pulang hari ini juga" kata Zayn yang disambut oleh sebuah senyuman ramah dari sang Presiden.

"Baguslah. Aku mau semua penjabat tinggi diketatkan penjagaannya. Pasti orang itu mengincar kita" kata Presiden kemudian mengambil napas panjang lalu membuangnya secara perlahan. Merasa lelah.

Our Direction [ON EDITING]Where stories live. Discover now