Benci

12 2 0
                                    

Jangan kau membencinya! Karena bagaimanapun kesalahannya kau harus tetap memaafkannya.

-Deniya Renatta Dwi

Tak akan ada yang percaya jika seorang wanita cantik yang terkenal dengan keahliannya dalam ilmu kedokteran itu nyatanya hanya sebuah topeng. Topeng yang menutupi dirinya yang asli.

Tak ada yang tau apa yang  sebenarnya terjadi. Namun, berkat usahanya seseorang kini memendam benci yang teramat mendalam pada sesosok orang yang berusaha memperkenalkannya pada dunia.

Kegigihan dan juga keuletannya mampu membuat skenario yang luar biasa hebat. Semuanya berjalan mulus tak ada cacat sedikitpun.

--00--

"Dimana gue? Akhhh " seorang pria yang terbaring lemah kini merasakan sakit dibagian kepalanya. Seperti sebuah beton yang sengaja mentolelir isi kepala. Reflek ia terus saja memengang dengan kedua tangannya seraya memendam rasa nyeri yang terus menggerogoti.

'apa gue udah mati?' -batinnya

"Lo udah bangun? "

Fyuhhh

Rasanya lega sekali hanya tiga kalimat yang terlontar membuatnya yakin bahwa anggapan itu salah dan ia belum mati.

"Lo udah bangun" ulangnya seraya memasuki ruangan bernuasa putih itu. Tak ada barang berharga hanya sebuah lukisan  abstrak yang menjadi titik acuan sebagai pemanis.

Suaranya bak seperti simponi sangat merdu tuk didengar. Suara itu mengingatkan nya pada seseorang. Apakah dia? Tapi mengapa dia ada disini?

"Den?" ucap sesosok itu. Meski masih terasa nyeri orang itu berusaha mengerjap-ngerjap guna menebak apa yang dilihatnya memang benar orang itu.

"Deniya ini lo?" ulangnya.

"Ya ini gue-" sarkasnya santai.

Hening.

Tak ada yang bicara hanya keheningan yang terjadi namun,  beberapa sekon kemudian seraya sebuah bisikan sesosok itu melebarkan matanya. Terkejut. Sebuah pemikiran abstrak kini bersarang diotak nya. Sepintas pertanyaan-pertanyaan kini merombak untuk segera mencecoki sang pelaku.

"Lo ngapain dikamar gue? Jangan bilang kalo~"

Dengan kekuatan yang ada sesosok itu berusaha bangkit dari posisi nya menjadi sedikit lebih tegak. Meski masih terenyut nyeri.

Entah pemikiran darimana. Namun, saat ini sesosok itu tak bisa berpikir jernih bagaimana bisa seorang gadis masuk kedalam area pribadinya. Jangankan orang asing seluruh keluarga ataupun teman-temannya pun tak pernah memasuki ruangan itu.  Ruangan yang dijaga ketat oleh dirinya sendiri.

Dan apa ini seorang gadis yang bersandang menjadi status temannya masuk kearea pribadinya.

Pemikiran itu semakin menjadi kala seutas bayangan kecil apakah gadis ini melihatnya?  Apakah rencana yang ia susun sedemikian rupa harus kandas begitu saja?

"Astagaa Bim, pikiran lo kejauhan yakali gue nge-ituin lo"

Bukan itu yang ia pikirkan namun sebuah rencana yang bisa dikatakan menjadi berita baik maupun berita buruk.

"Trus kenapa lo bisa disini? "  dengan sedikit was-was ia berusaha lebih tenang agar tak terlalu menanggapi bahwa apa yang dilihatnya hanya pertanyaan biasa.

"Dikamar gue? "sambungnya

"Kamar lo?.. Bim ini kamar gue lo tuh sedang dikamar gue".

"ha? "

"ha he ho"

"Gue serius Den "

"Gue juga serius."

"Jadi lo bukan dikamar gue dan sebaliknya gue yang dikamar lo gitu? "

"yoi"

Hanya sebuah anggukan yang diterima sebagai respon. Tetap saja seperti ada yang mengganjal sesuatu hal sebelum dirinya tersadar.

"Astaga, ngapain gue dikamar lo, astaga astaga, astaga"

"Serius lo gak inget apa yang terjadi semalam? "





----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

🌼Hayoloh apa yang terjadi antara Deniya sama orang itu ?

🌼Dan apa yang disembunyiin sesosok itu terhadap publik?

🌼Siapa sosok itu?

🌼Kenapa orang itu ada dikamar Deniya ?

🌼Berita baik & Buruknya apa ya?


Silahkan coment sebanyak-banyaknya
🌱🌱🌱









Salam author


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

So Cute so Bengis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang