Before I Met You

2.4K 213 15
                                    

Lelaki dengan tubuh jangkung itu berjalan pelan mendekati stasiun yang entah kenapa terasa begitu sesak malam itu. Ia mendongkak ke atas untuk melihat jam dinding raksasa yang tergantung di dinding tinggi stasiun. Jika dilihat dari jamnya, ini adalah jam terakhir kereta beroperasi.

Ia memasukkan tangannya kedalam mantel tebal yang ia kenakan. Mantel yang menurutnya cukup ampuh untuk menghalau dinginnya musim dingin di kota kelahirannya ini. Rasanya enggan untuk melangkah lebih jauh, mendekati peron yang sudah penuh dengan orang-orang.

Berdesakan, ia membenci itu. Jadi ia putuskan untuk berdiri agak jauh dari peron. Menyandarkan bahunya ke tembok dingin. Mulai memasang headphone, dan memejamkan matanya sejenak.

~1 Jam Sebelumnya~

"Kei, kau yakin tidak mau diantar saja?" suara Akiteru dari ambang pintu kamar adiknya itu. Ia sudah siap dengan pakaian musim dinginnya, menenteng kunci mobil yang sudah dipasangi rantai anti salju.

Tsukishima Kei menggeleng pelan tanpa mau menjawab. Karakteristik acuhnya membuat sang kakak menghela nafas perlahan. Kekhawatirannya terhadap sang adik kesayangan membuatnya selalu bertindak berlebihan, meskipun sering kali adiknya tersebut menghadiahinya tatapan kesal.

Setelah badai yang menerpa beberapa jam lalu, tumpukan salju di halaman sudah kelewat tebal. Ia tidak yakin apakah keretanya akan berangkat tepat waktu atau tidak. Tetapi keteguhan hatinya mengatakan bahwa ia harus pergi malam ini juga. Ya bisa dikatakan bukan keteguhan hati, tetapi rasa tidak sabar.

Layaknya murid SD yang akan pergi karya wisata. Selama seminggu ini ia bahkan tidak bisa tidur dengan nyeyak. Membayangkan hidup sendiri di kota yang bahkan baru sekali ia kunjungi. Memulai segalanya dari awal dan menyusun kembali hidupnya yang sempat hancur di kota ini.

Aroma kota ini membuatnya teringat kembali kejadian yang hampir merenggut segalanya, atau mungkin segalanya. Semuanya hancur hanya dalam satu kalimat. Semua hal tentang lelaki yang selalu memanggilnya dengan sebutan aneh seperti "Tsukki", tenggelam dan musnah.

Hari terakhirnya di SMA ia memutuskan untuk menghilangkan semua penyesalan. Ia berjalan pelan menyusuri lorong yang penuh sesak oleh siswa yang ribut riuh. Ia berpapasan dengan rekan satu timnya di klub volly, si manusia jeruk -Hinata Shoyo.

"Tsukishima! Jangan acuhkan aku hey!" lelaki yang selalu terlihat cerah itu berteriak lantang. Meskipun begitu tak ada satupun yang peduli, ah, kecuali Tsukishima.

"Oh, aku tak melihatmu, kau kecil sekali soalnya," ejek Tsukishima diakhiri dengan senyuman tipis miring yang bisa membuat semua orang naik pitam.

"Apa kau bilang?! Dasar manusia bermata empat! Menyebalkan! Manusia dinosaurus! Jangkung! Kurus!" kali ini Hinata melompat-lompat kecil. Melihatnya membuat Tsukishima harus menahan tawa. Dalam bayangannya ia seolah melihat bola berwarna oranye yang memantul kesana kemari.

"Hinata," ia memberi jeda, "kau melihat Yamaguchi?"

"Hah? Bukannya dia sekelas denganmu?" Hinata memiringkan kepalanya. "Aku tidak tahu, mungkin di gym?"

Tsukishima tidak mau mengatakannya, tetapi minggu-minggu terakhirnya di SMA, Yamaguchi bertindak aneh. Ia menjauh dan tak pernah datang ke gym hanya untuk sekedar memberi semangat kepada kelas dua dan kelas satu. Pada akhirnya, Tsukishima pun sudah jarang hadir ke kelas karena sibuk mengurusi kepindahannya.

Jarak diantara mereka yang dulu tidak ada, sekarang menjadi kentara. Mereka sudah tak saling tatap, atau bahkan menyapa pun sudah jarang mereka lakukan. Entah apa yang menyebabkan mereka renggang, bahkan waktu pun tidak bisa menjawabnya.

"Kau mau kesana? Yachi bilang akan mengadakan sesi foto, mau kesana bersama?" Hinata mengecek kembali ponselnya. Membaca ulang pesan dari sang manager.

"Ah, aku ada urusan sebentar. Lagipula jika berjalan denganmu, aku takut dikira menyelundupkan siswa SD. Jaa!" Tsukishima berjalan santai. Menjauhi si manusia jeruk yang kembali mengumpat sembari melompat-lompat. Benar-benar menyebalkan. Baik Hinata maupun Yamaguchi.

Dia menyadari bahwa teman masa kecilnya berubah menjadi lelaki yang memiliki pesona di akhir tahunnya di SMA. Dulu ia sering menangis dan meminta perlindungan kepada Tsukishima, meskipun tidak secara langsung. Sekarang ia memiliki punggung tegak yang kokoh dan tak mudah dihancurkan. Ia sudah menjadi sosok yang bisa diandalkan.

Yamaguchi yang menyebalkan semakin menyebalkan belakangan ini. Tsukishima akui bahwa ia tak lagi menjadi sandaran bagi sang rekan. Tak lama lagi ia mungkin akan kehilangan posisi sebagai orang yang selalu ada disamping Yamaguchi. Setidaknya izinkan ia mengucapkan hal yang paling ingin ia katakan kepadanya. Setidaknya hari ini saja.

Kata suka ataupun cinta mungkin tidak tepat untuknya. Kagum, mungkin itulah yang ingin ia katakan. Lelaki dengan segudang keresahan dan ketakutan dalam hidupnya itu, berhasil mengenyahkan dan merubahnya menjadi kekuatan. Kurang hebat apalagi rekannya itu.

Ia berdiri di depan mesin penjual otomatis dekat gym. Tempat biasanya si Raja -kageyama- membeli susu atau yoghurt. Dilihatnya deretan minuman disana, seperti biasa dirinya terfokus kepada susu stroberi yang selalu ia beli. Saat hendak menekan tombol, tangannya membeku.

"Ya-yama- Tadashi-san! A-aku... Aku selalu menyukaimu! Kumohon, jadilah pacarku!"

Tsukishima terdiam. Ah, siapa yang berani mendahuluinya mengatakan hal itu kepada sahabatnya itu? Kesal. Menyebalkan. Dasar wanita tak tahu diri. Bahkan kakaknya tidak boleh mendahuluinya dalam hal apapun jika itu berkaitan dengan Yamaguchi.

Dia menekan tombol di mesin itu, terdengar suara kotak susu yang jatuh. Dan juga suara Yamaguchi.

"Ya, kurasa aku juga berpikiran hal yang sama."

Tubuh Tsukishima mematung. Seluruh tubuhnya menjadi kaku. Tangannya tergantung lemas di samping tubuhnya. Nafasnya tersekat, hatinya berontak seolah menolak menerima kenyataan bahwa sang sahabat tidak akan pernah mendengar kalimat yang ingin dikatakannya.

Senyum tipis miring yang selalu terpasang diwajahnya hilang. Ia menarik bibirnya menjadi satu garis tegas. Menahan suara isak, dan juga menahan suara teriakan. Matanya memanas dan akhirnya turunlah si tanda kesedihan. Butuh satu tangan untuk menopang tubuhnya agar tetap berdiri. Sementara di sisi lain Yamaguchi mungkin sedang tersenyum di depan pemilik hatinya.

***

"Kepada para penumpang kereta api XXX, kami memohon maaf atas kendala yang terjadi. Dikarenakan rel yang membeku dan cuaca yang akan semakin memburuk, kereta api yang menuju kota XXX dan kota Tokyo akan berhenti beroperasi untuk malam ini. Kereta akan kembali beroperasi dengan normal esok pagi. Kami mohon maaf atas ketidaknyamanannya. Kami harap para penumpang dapat kembali ke rumah masing masing atau menemukan tempat berteduh dengan aman-"

Suara perempuan dengan intonasi monoton membuat para penumpang mengeluh bersamaan. Mereka mulai sibuk membuka ponsel mereka dan menelpon dengan suara yang saling bersahutan. Tak terkecuali Tsukishima.

Ia membuka headphone putih miliknya dan merogoh kantong saku mantelnya. Menatap layar ponsel sebelum akhirnya ponsel itu terlepas dari genggamannya. Meluncur diatas lantai yang licin dan akhirnya terinjak.

"Ah, maaf," orang brengsek. "Halo, Kenma! Hmm.. Mungkin aku tak bisa pulang malam ini-"

Tsukishima segera meraih ponsel miliknya. Menatap kosong ke layar retak yang hanya menunjukan warna hitam. Berkali-kali ia menekan tombol disana, tidak ada respon. Ingin sekali ia melemparkannya ke muka lelaki yang menyenggolnya keras itu. Lelaki dengan jaket olahraga merah.

Hanya orang bodoh yang memakai jaket olahraga tipis di suhu sedingin ini. Ia harap lelaki itu mati kedinginan saja, atau tidak biarkan dia meringkuk di gang sempit sampai akhirnya ditemukan tewas karena hipotermia.

"Kepada para penumpang. Stasiun akan ditutup dalam waktu 10 menit. Harap tinggalkan peron dengan aman. Dikarenakan cuaca yang akan memburuk, kami harap anda segera mencari tempat berteduh sementara. Stasiun akan kembali beroperasi pada pukul 04.00-"

Tuhan, izinkan lelaki brengsek itu mati kedinginan.

***

About Last Night (KuroTsuki Haikyuu Fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang