Hidroponik

26 6 0
                                    

Penulis: Van as Bellatrix ziefanarain

🍋

Di sebuah kota yang padat penduduk di mana lahan pertanian dan sawah sulit sekali ditemukan, membuat sebagian orang beranggapan untuk menjadi seorang petani sangatlah mustahil. Ketika lingkungan sudah berkembang menjadi modern, tidak bisa dipungkiri kota besar seperti Jakarta pun akan berkembang dengan pesat. Pembangunan industri, kantor, gedung-gedung tinggi, dan tempat tinggal dilakukan secara besar-besaran untuk penduduk kota yang jumlahnya semakin meningkat setiap tahunnya. Pasokan makan masyarakat sebagian besar didapat dari luar kota, karena sulit sekali untuk memproduksi bahan pokok seperti beras, sayur, dan buah-buahan di perkotaan.

Namaku Cakra Pramuditya, aku hanya seorang anak SMA kelas 2 yang bermimpi dan bercita-cita ingin sekali menjadi seorang petani sukses suatu hari nanti. Namun, melihat kondisi lingkungan yang tidak mendukung karena aku tinggal di sebuah kota besar seperti Jakarta, aku sempat tidak mendapat izin dari orang tuaku dan orang-orang terdekatku.

Aku terlahir dari keluarga yang modern dan cukup terhormat. Ayahku adalah seorang pejabat pemerintah dan ibuku adalah seorang desainer ternama. Sejak kecil aku sangat senang melakukan aktifitas berkebun karena Nenekku selalu mengajarkan untuk selalu melestarikan lingkungan supaya tetap sehat, bahkan Nenekku juga sangat suka melakukan aktivitas itu. Awalnya, aku hanya menjadikannya sebagai hobi di waktu luang. Namun, seiring berjalannya waktu aku berubah pikiran, dan memutuskan agar hobiku itu bisa menjadi acuan untuk masa depanku nanti.

Sayangnya, banyak sekali tanggapan negatif dari beberapa kalangan tidak terkecuali Ayah dan Ibuku yang menganggap petani hanya sebuah pekerjaan rendah, dan tidak memiliki masa depan yang jelas. Apalagi jika tempat tinggal kita berada di kota besar, sangat sulit bukan mencari harapan untuk menjadi petani.

"Mau jadi petani? Kamu pikir gampang kerja jadi petani di kota seperti ini?"

"Itu hanya cita-cita bodoh yang tidak akan membuahkan hasil, cita-cita yang menghabiskan waktu. Namun, tidak menghasilkan banyak uang."

Seperti itulah pemikiran orang-orang di sekitarku. Aku sempat mengurungkan niat untuk mewujudkan cita-citaku itu, karena setelah aku pikir-pikir apa yang mereka katakan ada benarnya juga. Dan, semenjak itu aku memfokuskan diriku untuk belajar dengan rajin dan mendapatkan nilai terbaik walaupun nanti aku tidak bisa menjadi petani, tapi harapanku untuk menjadi orang yang sukses dan membanggakan orang tua tidak boleh pupus.

Satu tahun berlalu, hari kelulusanku sebagai seorang anak SMA akhirnya tiba. Ini adalah masa bagi para siswa untuk menentukan jalan mana yang akan mereka ambil selanjutnya. Sejujurnya keinginanku untuk masuk SMA dan mengambil kejuruan IPA, semata-mata hanya untuk mewujudkan keinginanku yang ingin menjadi seorang petani.

Orang tuaku menginginkan aku untuk menjadi seorang pegawai pemerintah atau pekerjaan kantoran. Namun, aku tetap kukuh untuk tetap melanjutkan impianku dengan menempuh S1 pertanian di Institut Pertanian Bogor, aku sangat bersyukur kepada Tuhan bisa lulus dalam seleksi SNMPTN.

Ketika aku bertemu dengan teman sekelasku ia menanyakan kepadaku, "Hai, Cakra. Kamu mau melanjutkan kuliah kemana?" Aku menjelaskan kepadanya bahwa aku ingin menjadi petani.

"Kamu serius, tetap kukuh ingin menjadi petani?" ujar Bimo teman SMAku.

"Iya, Bim," ujarku sambil fokus menatap layar laptop di depanku.

"Tapi, bukannya orang tua kamu tidak setuju dengan itu?"

"Justru itu." Aku menutup layar laptop dan mengarahkan tubuhku pada Bimo, "Aku mau nunjukin ke mereka kalo Cakra Pramuditya bisa berhasil dan meraih semua impiannya yang selama ini mereka anggap remeh."

Journey To The SkyWhere stories live. Discover now