Hutanku Adalah Hidupku

20 6 0
                                    

Penulis: Romi as Altair Romitsuki_

🍋

Pegunungan dan hutan adalah pemandangan yang selalu aku temukan setiap hari, mengingat tempat tinggalku berada di pedalaman yang sangat jauh dari kota. Yup, Pulau Kalimantan adalah tempat yang memiliki wilayah hutan terbesar di Indonesia.

Namaku Ratih Wijayanti, orang biasa memanggilku dengan panggilan Ratih. Aku seorang siswa yang kini belajar di kelas 2 SMP. Sekolahku sangat jauh dari tempat tinggalku, sekitar 5 kilometer. Perjalananku untuk dapat sampai di sekolah pun tidak mudah, pasalnya aku harus melewati berbagai medan yang sulit.

Menelusuri hutan, membuat kerajinan, bermain dengan hewan, mendaki gunung, melewati lembah, memanjat pohon, bahkan berenang di sungai. Semua itu adalah hiburan sekaligus aktifitas yang biasa kulakukan saat bersama teman-temanku. Mencari makan bersama, membuat senjata, bermain musik, dan belajar filosofi bersama, dan bahkan berpetualang bersama menjelajah hutan. Itu merupakan hal yang menyenangkan.

"Bapak pergi kerja dulu, ya."

"Iya, Bapak hati-hati ya ...."

"Kamu belajar yang rajin, supaya masa depanmu lebih baik dari Bapak!"

"Siap! Aku janji akan belajar rajin-rajin supaya aku bisa membuat Bapak dan Ibu bangga atas semua pencapaianku di masa depan nanti!"

"Bagus, itu baru anak Bapak!" Ayahku setiap hari selalu pergi menelusuri hutan demi mencari madu liar dan kayu bakar yang dapat kami jual untuk memenuhi kehidupan. Siang malam ia bekerja banting tulang demi keluarganya yang tercinta.

Siangnya.

"Sini biar aku bantu, Bu."

"Kamu gak belajar, Ratih?"

"Sudah kok Bu, Ratih sudah selesai belajar. Sekarang ... biar Ratih bantu Ibu menganyam pandan," ujarku sambil menganyam daun pandan yang ada di depanku.

"Oke kalau begitu, tapi yang rapi, ya, Nak."

"Siap!" Ibuku seorang pengrajin tikar pandan, dan aku selalu membantunya jika aku libur sekolah. Keluargaku adalah keluarga yang hidupnya tidaklah mewah, bisa makan dan minum saja kami sudah sangat bersyukur. Untuk memenuhi kebutuhan pangan biasanya kami bercocok tanam sendiri atau mencari bahan yang sudah tersedia langsung di alam. Alat-alat seperti perkakas, perangkat masak, peralatan rumah, dan bahkan pakaian semua kami buat menggunakan tangan. 

Tinggal di daerah terpencil seperti tempat tinggalku ini memang memiliki banyak kesulitan untuk beraktifitas apalagi untuk menjangkau area kota. Wilayah hutan yang luas dan lebat membuat kami kesulitan dalam hal berpergian. Minimnya transportasi karena medan perjalanan yang harus dilewati pun cukup sulit.

Bagaimana rasanya hidup tanpa smartphone atau tablet atau gadget lainnya yang biasa selalu ada di genggaman kamu? Tanganmu mungkin akan gatal-gatal. Rasanya seperti bagian jiwamu hilang entah ke mana. Tapi itulah yang kami rasakan. Meskipun ada smartphone, kami tetap kesulitan untuk mengakses jaringan internet, bahkan sinyal pun sangat sulit kami dapatkan.

Biasanya aku selalu bangun sangat pagi untuk membantu Ibu memasak atau membereskan rumah. Aku pun selalu berangkat sekolah pukul enam pagi ketika langit masih terlihat sedikit gelap. Kusiapkan semua keperluan sekolah dan bekal makanan, karena aku akan menempuh perjalanan yang panjang. Kata Ayahku, "Tuntutlah ilmu setinggi-tingginya, meskipun keadaannya tidak mudah."

"Sudah kamu siapkan semuanya? Bekal, dan buku tidak ada yang tertinggal kan?" tanya Ibuku.

"Tidak, Ibu. Baiklah, aku berangkat, ya!"

Journey To The SkyWhere stories live. Discover now