Terlambat?

19 2 0
                                    

Penulis: Thalia as Halley ThaliaES

🍋

Bel berbunyi, tanda waktu pulang telah tiba. Seluruh siswa kelas yang sedari satu jam lalu jam kosong itu segera bersorak senang dan beranjak dari tempatnya untuk kembali ke rumah masing-masing.

Vita, gadis yang duduk di sebelah jendela itu sedang menyampirkan tasnya di bahu lalu melangkah keluar kelas bersama Tia—sahabatnya sedari SD.

"Hari ini banyak banget, ya, jam kosongnya," ucap Tia dengan senyum girang. Dia adalah tipikal siswa pecinta jam kosong.

Vita mengangguk senang. "Semoga sering kayak gini." Keduanya tertawa.

"Hai cantik!"

Kedua gadis itu menoleh, lalu Vita merubah ekspresinya yang tadinya senang menjadi ketus. Vita menarik tangan Tia agar mempercepat langkahnya membuat lelaki yang tadi menyapanya dengan sebutan 'cantik' itu berjalan cepat untuk menyeimbangkan.

Dikarenakan kakinya yang panjang, Panji telah sampai di sebelah Vita dengan senyum lebar. Vita yang menyadarinya hanya mendengus pasrah lalu menormalkan kembali laju jalannya.

"Gimana hari ini, Tuan Putri?" Panji senantiasa menampilkan senyum menawan miliknya. Vita hanya diam, membuat Tia tidak enak pada Panji dan menyikut lengan Vita.

"Vit, Panji nanya tuh. Jawab dong, gue enggak enak sendiri nih." Tia meringis. Vita hanya memutar bola mata tidak peduli.

Panji yang selalu diabaikan orang yang disukainya itu sudah terbiasa, kembali berucap, "Pulang bareng aku, ya?"

Vita menoleh dengan tatapan tajam lalu menggeleng. "Enggak usah. Sopir gue udah nunggu di gerbang depan." Akhirnya Vita membuka mulut demi menolak.

Panji malah terkekeh, sudah hapal di luar kepala alasan klasik gadis itu. Padahal Panji sudah sering menangkap basah Vita menunggu cukup lama di depan gerbang karena berbagi mobil dengan kedua orangtuanya yang sangat sibuk.

"Kamu yakin enggak mau bareng aku lagi?" tanya Panji. Vita kembali menggeleng tanpa menoleh pada orang yang diajak bicara.

Panji hanya bisa pasrah dan berjalan mendahului kedua orang itu hingga sampai di parkiran. Lelaki tampan itu menaiki motornya, namun melakukan sesuatu lebih dulu, yaitu bercermin.

"Kenapa, ya, Vita selalu nolak gue? Perasaan, gue ganteng, kok. Terus kenapa selalu ditolak?" Panji bermonolog sembari menyisir rambut hitamnya yang sedikit lebat.

"Hai, Panji."

Panji menoleh, menatap Kia yang tersenyum cerah ke arahnya. Tatapan Panji beralih ke sebungkus cokelat yang disodorkan gadis manis itu.

"Buat lo. Terima, ya."

"Dalam rangka apa lo ngasih gue cokelat?" tanya Panji heran. Hari ini bukanlah hari ulang tahunnya. Bukan juga hari Valentine di mana banyak orang mengekspresikan rasa sayangnya dengan memberikan cokelat.

Kia tersenyum. "Gue suka sama lo," ucapnya, "Kalau lo terima cokelat ini, berarti lo terima juga gue jadi pacar lo."

Kini, banyak orang tengah memperhatikan keduanya dan menjadikan mereka pusat perhatian. Banyak orang menyoraki Panji agar menerima Kia dan menjadi sepasang kekasih. Panji meringis karenanya, bingung.

Jika dia menolak Kia, gadis itu akan malu di hadapan banyak orang. Tapi jika Panji menerimanya, Panji hanya menyukai Vita.

Di sisi lain tempat, ada dua orang yang tengah berjalan santai menuju gerbang sekolah. Keduanya berbincang hangat dan sesekali tertawa.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 13, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Journey To The SkyWhere stories live. Discover now