Masih berharap

210 44 5
                                    

Darwin memasuki kamar Mikha, membangunkan Mikha yang masih tidur.

"Kha, bangun! Alarm dari tadi udah bunyi woy!"

Mikha menggeliatkan badannya dibalik selimut. Darwin menghempaskan tubuhnya diatas selimut Mikha membuat Mikha terperanjat.

"Duh Win, apaan sih?"

"Bangun, kata ibu kamu pesen dibangunin jam 7?"

Mikha meraih ponselnya yang ditaruh dibalik bantalnya. Darwin yang beranjak dari tempat tidur menarik selimut Mikha agar adiknya benar-benar bangun.

"Eh, kebiasaan naruh hp di balik bantal. Radiasi tau! Bukannya udah sering dingetin sama Nara juga?"

Mikha sedikit kesal lalu menarik selimut dari tangan Darwin, "berisik ah"

"Udah ya, udah aku bangunin lho! Sarapan bareng kata Ayah, mumpung lagi pada dirumah" ucap Darwin sebelum meninggalkan kamar adik bungsunya itu.

Masih belum ada kabar tentang Nara, telponnya masih diabaikan Nara, apalagi pesannya tak ada satupun yang dibaca. Kali ini Mikha sudah kesal, bukan lagi rindu. 

Dirinya tak suka dianggap tak berarti seperti ini, toh kalaupun harus putus bukan seperti ini caranya. Mikha mungkin malah emosi didiamkan seperti ini oleh Nara. 

Baginya ini sudah berlebihan, Nara seolah menghilang begitu saja. Lewat video yang beberapa hari yang lalu Mikha berharap bisa membuat Nara berubah, atau setidaknya menjawab telponnya. Tapi semua itu sepertinya tak berarti apa-apa, atau bahkan Nara sama sekali tak tau tentang video itu.

Citra orang yang paling mungkin mempertemukannya dengan Nara kini semakin meyebalkan bagi Mikha. Seolah memang menjauhkan Nara dari dirinya. Mikha turun dan berjalan menuju meja makan. Selain Ibu dan Ayahnya, ada kedua kakaknya juga yang sudah duduk menunggu dirinya.

"Pagi yah" sapa Mikha lalu duduk di bangku yang masih kosong.

Satu lembar roti tawar diambilnya tanpa diolesi apapun langsung dilahapnya.

"Ini lho selai kesukaan kamu" ujar ibu sambil menaruh selai strawberry disamping piring Mikha.

"Strawbery! Laki sukanya susu strawbery, selai strawbery" ujar Darwin sambil tertawa.

Mikha cuek, tak menanggapinya.

"Hari ini gak ada jadwal apa-apa kan nak?" tanya ibu.

Mikha mengangguk.

"Kita makan malam keluarga nanti di restoran biasa ya. Sudah lama kan gak makan malam lengkap?"

"Boleh ajak Shamara gak bu?" tanya Giga, si anak sulung.

Ibu melirik Ayah, seolah meminta jawaban. Keluarga mereka memang cukup terbuka menerima pacar masing-masing ketiga putranya. Kecuali sikap Ayahnya kepada Nara yang sedikit berbeda karena perbedaan keyakinan. Dan hinga saat ini ayahnya masih tak tau tentang hubungan mereka yang tak lagi dekat.

"Ya.. boleh-boleh saja" jawab ayahnya membuat Giga senang.

"Tuh Win, jadi kamu mau kenalin siapa nih ke kita nanti malem?" goda Giga mengetahui Darwin memiliki gebetan baru akhir-akhir ini.

"Gak ah, belum. Masih gebetan"

"Siapa lagi Win?" tanya ibunya.

Darwin tersenyum sambil memeluk ibu yang duduk tepat disebelahnya.

"Belum saatnya bu, nanti deh kalo sudah waktunya"

"Nara ajak ya Kha, sudah lama ibu gak ketemu dia"

Ayahnya langsung berdehem mendengar ibu berkata seperti itu.

King'Suit [On Going]Where stories live. Discover now