Heart Attack

792 81 33
                                    

Galau.

Satu kata yang kini mewakili bagaimana perasaan putra semata wayang Kris dan Zitao. Mungkin ia bisa menyembunyikan rasa kecewa didepan sahabatnya, tapi hatinya tak bisa bohong kalau 'penolakan' Hana beberapa jam lalu itu membekas nyeri. Sepulang dari kedai ramen, Zifan langsung mengurung didalam kamar. Ia patah hati.

"Gentleman."

Suara ayahnya menyapa dari pintu kamar Zifan yang terbuka. Anak lelaki tujuh belas tahun itu tengah berbaring telentang menatap langit-langit. Hampir pukul delapan malam dan tubuh jangkungnya masih terbungkus seragam sekolah.

"Dinner time!" kata Kris ceria.

"Aku sudah makan, Dad." Zifan berbaring memunggungi sang ayah.

"Makan apa? Sepotong hati yang terluka?"

BUGH!

Kris terkekeh karena Zifan baru saja melempar guling ke arahnya. Rupanya sindiran barusan benar-benar tepat sasaran dan ayah satu anak itu hanya merasa lucu tanpa tahu apa-apa. "Ayolah! Ada makanan kesukaanmu dibawah."

"Sedang tidak nafsu."

"Kau tidak sedang sembelit, kan?"

Zifan berdecak sebal, merasa moodnya semakin kacau setelah digoda ayahnya sendiri.

"Tingkahmu saat ini persis seperti perempuan sedang masa periode bulanan. Ambigu, tak mau diganggu."

"Kris!"

Kris menoleh. Sang istri baru saja datang menaiki undakan tangga. "Jangan ganggu anakmu." katanya.

Pria itu tak mengindahkan ucapan Zitao. Dengan posisi Zifan masih memunggungi mereka, satu lengan Kris segera melingkar di pinggang ramping sang istri dan sempat mengecup pelan pipi tirus tanpa make up itu satu kali.

"Ada apa dengannya?" tanya Kris berbisik.

Zitao menggeleng. "Sejak pulang sekolah dia tiba-tiba begitu."

"Apa Zifan dan teman-temannya bertengkar?"

"Aku rasa tidak. Sebelum sampai rumah, Zifan bilang mereka sempat makan di kedai ramen bersama. Anakmu sebenarnya pulang terlambat karena hujan dan menemani Jongsoo mencari tambal ban sepedanya yang bocor."

"Mungkin...masalah perempuan?"

"Jangan membicarakanku didepan pintu!" Zifan berseru tanpa mengubah posisinya.

Zitao langsung memberi Kris tatapan peringatan. "Zifan belum punya pacar!" desisnya.

"Justru itu. Aku perlu menyelidikinya."

"Kris! Kau ini seperti tak pernah muda saja. Turunlah duluan, nanti aku yang bicara pada Zifan."

"Oh tidak, sayang. Ini urusan lelaki. Aku tahu apa yang harus dilakukan."

Tak bisa mencegah, suami yang makin tua makin terlihat hot itu berlari menuruni tangga dengan kecepatan ekstra, lalu kembali sekitar sepuluh detik dengan membawa benda bundar berwarna oranye lusuh dengan bercak tanah kering di beberapa bagian.

Zitao sudah melotot tapi Kris malah mengecup bibirnya sebelum kembali 'mengganggu' sang anak. Dengan laga kikuk karena kurang familiar dengan bola basket, Kris tetap mendrible benda bundar itu ke sekeliling kamar, menciptakan bunyi pantulan yang berisik.

"Bagaimana kalau makan malamnya diganti dengan tanding basket? One on one?" tanyanya.

Zifan mendengus tanpa mengubah posisi. "Tolong beri tahu suamimu ini, mom, jangan sok jagoan kalau belum pernah memasukkan bola ke ring."

All About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang