열둘 | Dua Belas

973 176 50
                                    

13 Again – 열둘 | Dua Belas

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2020, 3 September

-::-

Ada banyak kabar baik setelah beberapa bulan berlalu. Nilai-nilai sekolah Jaehyun yang mengalami peningkatan, Bae Jihyun yang makin hari makin mampu menerima keadaan setelah kepergian Jung Woojae, dan persahabatan yang dimiliki Jung Jaehyun dengan Lee Taeyong...

Dan Park Chaeyoung.

Setelah bulan yang berlalu, tahun pun berganti.

Pada bulan Januari yang dingin, menjelang usianya yang ke tujuh belas, Jaehyun merasa sepertinya dia benar-benar terjebak di dimensi aneh ini tanpa bisa kembali ke masa itu. Terkadang, atau seringnya, Jaehyun merindukan kehadiran Park Chaeyoung sebagai istrinya, bukan sebagai sahabat baiknya seperti hubungan yang mereka miliki sekarang. Terlebih lagi, rasanya di dimensi ini Park Chaeyoung begitu jauh dari jangkauan Jaehyun. Sebab Jaehyun hanyalah seorang anak pembantu yang tinggal di basement rumah gadis pujaannya. Bagaimana bisa dia menyatakan cinta jika dia adalah pengemis dan Chaeyoung sebagai putri raja?

Dibandingkan saat usia tiga belas, Jaehyun tumbuh menjadi pemuda yang tampan. Pembawaannya kalem tapi memikat. Di sekolah, dia terkenal dalam deretan pemuda yang diinginkan oleh para perempuan. Sayangnya, perempuan di sekolah Jaehyun hanya sedikit. Lagipula, sepertinya ketampanan Jaehyun terkalahkan oleh karisma yang dimiliki oleh Lee Taeyong.

Ayolah, Lee Taeyong bukan hanya tumbuh menjadi pemuda tampan yang diinginkan oleh remaja putri, tapi juga diinginkan oleh para orangtua remaja putri itu untuk menjadi teman dekat anak mereka. Taeyong adalah pemuda cerdas yang nilai-nilai sekolahnya melambung tinggi. Tapi meski begitu, Taeyong tetap seorang anak yang rendah hati.

Meski kaya raya, Taeyong sering makan di rumah. Dia akan dengan senang hati membawa bahan makanan ke rumah dan meminta ibunya Jaehyun memasak sesuatu untuk mereka makan bersama. Setelah kepergian ibunya, ayah Taeyong belum menikah lagi, dan malah larut dalam kesibukannya mengembangkan usaha. Taeyong sering berkata, seandainya dia punya ibu seperti ibunya Jaehyun. Dan Jaehyun selalu berkata, bahwa ibunya adalah ibu untuk Lee Taeyong juga. Jaehyun bahkan memperbolehkan Taeyong memanggil ibunya dengan panggilan Umma.

"Manhi meogo (makan yang banyak)," ucap Bae Jihyun. Senyumnya melebar melihat dua pemuda di hadapannya duduk bersisian dan siap menyantap makan siang. Ini hari libur dan sejak tadi pagi Taeyong sudah berada di sini.

"Umma, aku akan ikut lomba menggambar," kata Taeyong dengan kilat bangga di matanya.

"Jinjja (serius)?" balas Bae Jihyun sebelum menyuap makanannya.

"Eo," sahut Taeyong, "naege haengeureul bireojwo (doain aku beruntung ya)."

"Geurae (tentu saja), " ucap Bae Jihyun, lalu melihat Taeyong dengan raut cemas. "Ayahmu, masih belum tahu kau suka menggambar?"

Jaehyun yang tengah melahap makanannya, menelannya dengan terburu-buru. "Aku sudah bilang, Umma, sebaiknya dia beri tahu ayahnya bahwa dia masih senang menggambar. Yaish, anak keras kepala ini!"

Taeyong nyengir. "Aku akan memberitahunya nanti, ketika aku menang dalam lomba."

Pemerintah Gyeonggi-do Uijeongbu-si, tempat mereka tinggal, mempunyai kegiatan untuk mengajak anak-anak menggambar kota agar kota tidak terlihat suram. Ide-ide gambar yang menang nantinya akan memenuhi dinding di taman-taman dan beberapa lokasi perumahan agar bisa dijadikan tempat bersantai warga. Siapa pun bisa ikut dan boleh mengirim ide perihal gambar mereka dalam bentuk kertas melalui kantor pos. Begitu mengetahui berita ini, Taeyong sudah mempunyai rencana di kepalanya.

[✓] 13 AGAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang