°09°

245 28 11
                                    

Velin menunggu dengan tidak sabar detak jarum jam yang menggantung di dinding tepat di atas papan tulis. Jam masih menunjukkan pukul 2 siang lewat 45 menit, dan gurunya yang saat ini sedang memeriksa tugas yang baru dikumpulkan juga masih berada di dalam kelas. Masih tersisa waktu lima belas menit lagi sebelum bel pulang berbunyi. Tetapi rasanya, lima belas menit tersebut seperti terasa sangat lama.

Anaya yang duduk di sebelah Velin melirik sekilas ke arah teman sebangkunya itu, lalu berbisik pelan setelah memastikan gurunya masih sibuk memeriksa tugas mereka di depan kelas.

"Lo serius mau ketemu sama anak kuliahan itu, Vel?"

"Iya lah!" Velin balas berbisik dengan semangat, "Sekalian mau ngembaliin image gue yang sempat rusak gara-gara insiden pas hari Sabtu."

Anaya menganggukkan kepalanya, meskipun dalam hati ia masih tidak menyangka jika Velin ternyata bisa naksir sama cowok juga. Bukan main-main, sekalinya Velin naksir cowok, cowoknya lebih tua dua tahun dari mereka dan merupakan salah satu mahasiswa dari kampus yang cukup ternama di Jakarta.

"Oke deh." Kata Anaya, "Tapi sebelum keluar lo cuci muka terus dandan dikit ye biar nggak kucel banget muka lo."

"Oke," Velin nyengir. "Tapi dandanin ye, Nay. Lo kan tau gue pake liptint aja masih suka belepotan sampe ke gigi."

Anaya tertawa pelan, lalu mengacungkan jempolnya.

"Siap!"

∆∆∆

Vano memberhentikan motornya di samping gerbang sekolah Velin bertepatan dengan bubarnya para siswa yang baru saja keluar dari gedung sekolah. Suasananya cukup ramai, membuat Vano yang masih mengenakan helm bulatnya tampak sedikit celingukan untuk mencari orang yang akan ia temui hari ini.

"Kak Vano!"

Vano menyipitkan mata, memastikan orang yang berteriak memanggilnya dari balik gerbang itu memang benar-benar Velin. Gadis itu tampak tersenyum lebar sambil melambaikan tangan ke arahnya sebelum akhirnya berlari kecil untuk menghampiri Vano.

"Udah nyampe dari tadi, Kak?" Tanya Velin ketika gadis itu sudah berdiri di sebelah motor Vano.

"Baru sampe." Balas Vano singkat, lalu ia membuka tas kecil miliknya untuk mengambil gantungan boneka beruang yang memang menjadi alasan Vano untuk menemui Velin di sekolahnya hari ini.

Velin menerima gantungan boneka beruang milik Feron saat Vano memberikan benda itu kepadanya.

"Makasih, Kak. Nanti gue kasihin ke Abang." Kata Velin sambil tersenyum, "Oh iya, berhubung jok motor lo sekarang lagi kosong dan gue lagi males pulang dianterian mamang gojek, jadi gue mau nebeng sama lo aja ya hehehe."

Vano mengangkat sebelah alisnya, "Kalo saya nggak mau nebengin kamu gimana?"

"Harus mau, dong! Soalnya gue udah rela dandan sama pake ini liptint dulu cuma buat ketemu sama lo." Velin menjawab sambil menunjuk bibirnya, "Kan sayang kalo kita ketemunya cuma bentar doang!"

Vano menatap sebentar wajah Velin yang memang terlihat cukup cantik di mata Vano sore ini. Apalagi dengan sebuah jepit rambut berwana pink yang sepertinya sengaja Velin sematkan di rambutnya, membuat perempuan itu terlihat semakin cute apalagi dengan hoodie kebesaran yang juga berwarna pink soft yang terbalut menutupi seragamnya. Jujur saja, ini adalah pertama kalinya Vano memperhatikan penampilan seorang perempuan dan memujinya (meskipun dalam hati dan hanya Vano saja yang tau).

"Yaudah, naik." Kata Vano akhirnya sambil menyerahkan helm cadangan yang memang selalu ia bawa.

Velin berseru senang, lalu memakai helmnya dan mulai naik ke atas motor matic milik Vano dengan semangat.

"Oh iya, sebelum pulang mampir dulu ke tempat minuman boba ya, Kak!" Ujar Velin saat Vano sudah menjalankan motornya menjauh dari area sekolah.

"Tapi nggak pake nongkrong di sana, ya. Soalnya saya rada males kalo ke tempat rame."

"Kenapa emangnya?"

"Males, suka diliatin."

Velin berdecak, memandang lekat wajah Vano yang terpantul dari kaca sepion bulat motor cowok itu.

"Lagian suruh siapa jadi orang kok ganteng banget." Kata Velin dengan suara pelan.

"Bukan salah saya kalo saya terlahir ganteng, Velin."

"LOH, KOK DENGER?!" Velin berseru, membuat Vano seketika memiringkan kepalanya untuk menjauhkan kupingnya dari gadis itu.

"Kamu ngomongnya pelan tapi di deket kuping saya, jelaslah saya denger!"

Velin tertawa, membuat Vano melirik sekilas gadis itu lewat sepion motornya.

Ketawanya Velin lucu.

Sejenak Vano terpana, apalagi saat mata Velin tampak melengkung seperti bulan sabit. Membuat sesuatu di dalam dada Vano menghangat seketika. Tetapi keterpanaan Vano tidak berlangsung lama ketika ada sebuah mobil besar hendak menyalip dan membunyikan klakson yang sangat nyaring, membuat Vano lantas memberi akses kepada mobil besar tersebut dibarengi dengan suara teriakan Velin di belakang punggungnya.

"BIKIN KAGET GUE AJA LO DASAR MOBIL BANGSAAAATT!!!"

∆∆∆

VANOVELIN [Completed]Where stories live. Discover now