Harusnya percakapanya pakai bahasa inggris. Tapi aku pake bahasa indonesia aja biar gampang. Heheh_ _ _
Bara sudah rapi dengan pakaian sederhananya. Yang hanya kaos dan celana panjang hitam dan jaket yang menutupi tubuhnya. Ia tidur semalam setelah pesawat yang ditumpanginya mendarat.
Sambil berjalan keluar kamar hotel, Bara mengecek ponselnya. Ada 3 panggilan tak terjawab juga berbagai pesan yang dikirimkan oleh istrinya.
Adara
Jaga pola makan. Aku mau kerumah Seina.
Bar?
Bara ih?
Tidur mulu!
Kangen..
Anak kamu pengen dielus.
Kok nggak dijawab telfon aku?
Aku ngambek nih?!
Oke, beneran ngambek!Bara terkekeh pelan. Katakan jika dia lebay, tapi memang berpisah sehari saja rindunya sudah menumpuk. Apalagi jika dikirimi pesan seperti ini. Rasanya pengen pulang, tapi masih ada tanggung jawab juga.
Aldebaran
Jangan ngambek dong :'(
Emang siapa yang mau dimarahin? Orang aku aja nggak ada.
Pokoknya sayang sama kamu, Love you!Setelah mengetik balasan. Tanganya menggedor-nggedor pintu hotel Allard tak sabar.
"Sabar sih!" Allard membuka pintu dengan muka tertekuk.
"Buruan ayo!" Bara berlalu pergi. Diikuti Allard untuk pergi kerumah sakit yang akan mereka tuju.
Hotel yang dipilihnya memang sengaja berdekatan dengan rumah sakit yang mereka yakini disitu tempatnya.
Mereka berjalan untuk sampai ke gedung tinggi didepanya. Hitung-hitung olahraga juga. Karena udara pagi disini juga lumayan sejuk.
_ _ _
Mereka mulai masukki gedung besar itu. Banyak orang yang berlalu lalang kesana kemari. Perawat, dokter juga beberapa orang yang Bara yakin itu adalah pasien.
Bagian depan rumah sakit ini juga sama persis seperti foto yang didapatnya dan Allard beberapa hari lalu digudang. Mungkin hanya ada beberapa bagian yang direnovasi ulang sehingga tampak lebih modern.
Sampai dibagian resepsionis, Bara dan Allard mulai menanyakan banyak hal.
"Ada yang bisa saya bantu pak?" resepsionis itu tersenyum ramah.
"Eem, bolehkah saya tanya?" ujar Bara hati-hati.
"Silahkan!"
"Apakah disini ada pasien yang bernama Advait Reno Arcturus?" tanya Bara mulai serius. Tanganya terasa panas dingin sekarang.
"Maaf, saya akan periksa dulu," resepsionis itu mulai mengecek data-datanya.
"Tak ada," gumamnya yang masih didengar Bara.
"Bisa dicek lagi? Itu Kakek saya! Saya pikir memang sudah lama dia dirawat disini!"
"Kakek? Baik, tapi mungkin data-data pasien terdahulu agak sulit dicari pak," wanita yang Bara taksir memiliki umur yang lebih beberapa tahun darinya itu mencoba menjelaskan.
Hal itu membuat Bara melemas. Dia sudah jauh-jauh datang tapi jika ini yang didapat? Rumah sakit ini adalah satu-satunya tempat yang mereka percaya. Jika tidak ada disini mungkin pilihan-nya adalah mencari disekitar rumah sakit ini dan pulang melawan Rizal dengan bukti yang ada.
"Carikan saja!" ujar Allard angkat bicara.
"Oke, tunggu sebentar,"
Resepsionis itu mulai kembali sibuk dengan komputer. Sesekali dahinya mengernyit bingung. Kemudian menatap mereka dengan pandangan bersalah.
"Sekali lagi saya minta maaf pak, tak ada orang yang bernama Adviat Reno Arcturus. Mungkin hanya ada beberapa nama yang sedikit mirip." ujar wanita itu kembali.
Bara sudah terdiam. Tak lagi memaksa, cowok itu mengajak Allard untuk segera pergi dari sini.
"Gimana?" ujar Allard angkat bicara saat mereka sudah sampai didepan kawasan rumah sakit ini.
"Tau ah, pusing," ujar Bara cuek. Angin kencang berhembus kearah Bara membuat cowok itu memejamkan mata sekilas.
"Kita cari disekitar!" putus Allard yang diangguki Bara.
Keduanya berjalan santai disekitar rumah sakit. Keluar dari kawasan itu, banyak gedung-gedung tinggi ataupun rumah-rumah kecil yang tersedia. Ada juga taman luas ditengah-tengah bangunan-bangunan itu.
"Kesana," ujar Bara menunjuk taman itu.
Mereka berjalan sesekali bertanya pada orang-orang dengan menunjukkan foto Kakeknya. Tak ada yang tau, hal itu membuat Bara geram.
"Duduk!" titah Allard. Dia duduk disalah satu bangku yang ada disana. Tubuhnya pegal. Rumah sakitnya memang tak jauh dari hotel, tapi jika mereka harus berjalan terus akan membuat kaki sakit.
Bara mengikuti, duduk disamping Allard. Matanya memperhatikan para orang-orang yang ada disini. Kebanyakan anak-anak juga orang tua. Mungkin untuk sekedar bermain atau menenangkan diri.
Bara berdiri, tak tahan untuk bertanya. Maka dari itu dia mengelilingi taman bertanya pada orang-orang. Adakah yang tau Adviat Reno Arcturus? Walaupun jawaban yang didapatnya sama. Bara tetap mengelilingi taman.
Allard hanya membiarkanya. Cowok itu lebih memilih mengistirahatkan tubuhnya terlebih dahulu.
"Anak muda!" Bara menoleh, disana disalah satu bangku ada orang yang sepertinya lebih muda dari Kakeknya beberapa tahun. Rambut panjang wanita itu sudah mulai memutih.
Bara menghampirinya. Allard juga sudah bangkit mengikuti kemana Bara pergi. Saat sampai didepan nenek itu, Bara ikut duduk disampingnya.
"Kau berasal dari mana? Wajahmu terlihat asing," ujar wanita tua itu mengamati lekat-lekat wajah keduanya.
"Indonesia," ujar Bara menjelaskan.
"Oh ya? Aku dari dulu ingin kesana," Bara dan Allard tersenyum mendengarkan ucapan wanita itu.
"Aku mempunyai beberapa teman orang Indonesia. Dan mereka selalu menjanjikan berbibur kesana padaku,"
"Tapi kau belum pernah?" tanya Allard.
"Belum,"
"Sebentar," wanita itu berhenti beberbicara, kemudian mengamati wajah Bara dalam-dalam.
"Woah.. Kau sangat mirip dengan salah satu temanku!" ujar wanita itu girang.
"Oh ya?" senyum Bara sekilas terbit.
"Ya! Bahkan kalian terlihat kembar,"
Allard terdiam. Menatap wanita itu serius. "Apakah aku boleh tau siapa namanya?" tanyanya kemudian.
"Ya, tentu saja. Dia Adviat Reno Arcturus,"
_ _ _
Vote and coment guys
Kayakknya nggak nyambung :(
Salam sayang
❤
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDARA [SUDAH TERBIT]
Teen FictionNyatanya Bara itu Nakal. Bara itu Dingin. Bara itu kaku. Tapi bagaimana kalau si Badboy, dingin dan kaku itu akan menjadi seorang ayah?. Berbeda, Bara akan belajar menjadi ayah yang baik untuk calon anaknya. Hanya karena dijebak bersama seorang pere...