Chapter 26

11.7K 472 46
                                    

Hai hai Haii....

Mari kita lanjut,

...

"Hei,"

Aku mendongak saat Brian masuk dan duduk di sofa single yang semalam sengaja ibu letakkan di samping ranjang.

"Bagaimana kabar mu?" Tanyanya.

Aku mengangkat kedua bahuku tak bersemangat. Apa yang bisa ku katakan? Aku tidak bisa mengatakan bahwa aku baik-baik saja di saat aku tengah berduka akibat kepergian suamiku yang begitu mendadak.

"Kau sudah makan?"

"Ya, baru saja selesai," Balasku, Brian mengangguk.

"Cara, aku kemari sekaligus ingin berpamitan pada mu, aku harus segera kembali ke Amerika. Sudah terlalu lama aku meninggalkan seluruh pekerjaan ku dan..."

"Pergilah!" Sahut ku. "Aku tidak sendirian, mom selalu di sini bersama ku,  aku akan baik-baik saja," Imbuhku. Dia diam dan kembali mengangguk setelahnya.

"Ini," Brian memberikan sebuah kotak beludru berwarna hitam. Aku tau itu sebuah perhiasan. Karna sudah terdapat label toko di sana.

"Milik siapa?"

"Milik mu," Balas Brian.

Aku mengernyit.

"Ternyata malam itu Ethan sempat membelikan itu untuk mu,"

Apa?

Mendengar hal itu, pandangan ku kembali tertuju pada kotak beludru di pangkuan ku. Air mataku mengumpul di pelupuk sebelum kemudian menetes dari salah satunya ketika aku berhasil membuka dan melihat isi dalamnya.

"Hari ini toko itu menelpon ke rumah. Mereka menyampaikan bela sungkawa dan memberitahu kalau pesanan Ethan sudah bisa di ambil. Jadi mom memintaku untuk mengambilnya,"

Aku membekap mulutku, tangisku kembali pecah. Nafasku tercekat, aku sesenggukan teringat bagaimana malam itu aku bersamanya.

"Kata salah satu staff di sana, Ethan membeli itu sebagai hadiah untuk mu setelah kau melahirkan. Tapi ku rasa, ku berikan sekarang atau nanti akan sama saja."

Aku diam. Tak bisa berkata-kata. Aku memeluk kotak perhiasan itu seraya menangis, mengeluarkan seluruh perasaan tak siap ku serta menghadapi kenyataan bahwa suamiku telah tiada.

Hari itu, setelah menemui ku, ku dengar Brian benar-benar pergi ke Amerika. Dan di apartment besar ini aku tinggal bersama ibu. Kedua mertuaku juga rajin berkunjung, jika mereka tidak sibuk mereka menyempatkan mampir hampir setiap hari. Terkadang ibu mertua ku juga menginap di sini.

Dan Grayson. Jangan tanya, dia bahkan akan tetap berada di sini walaupun aku sudah memintanya untuk pergi.

Hari demi hari berjalan begitu menyedihkan bagiku. Aku bahkan tetap merasa kesepian di saat semua orang datang. Seperti saat ini, di mana aku, ibu dan Grayson tengah berkumpul di ruang makan.

"Kau ingin sesuatu?" Tanya Grayson.

"Tidak, terimakasih.."

"Makanlah sesuatu, Cara. Kasihani kandungan mu," Ibu yang tengah memanggang daging berseru tepat saat janinku bergerak kencang. Aku mengusapnya.

"Dia sangat aktif," Ujar Grayson yang mungkin juga melihat pergerakannya.

"Dia akan seperti ayahnya," Balasku.

"Tentu. Boleh aku menyentuhnya?"

Mataku menjereng menatap Grayson, terkejut, itu pasti. Entahlah, aku hanya merasa sedikit aneh ketika dia meminta ijin untuk menyentuh perutku. Tapi apa yang bisa ku lakukan? Bahkan Grayson sudah meletakkan tangannya di atas perutku sebelum aku menjawab ya atau tidak.

Choices!! - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang