M&V 14

202 23 19
                                    

"Shh!" Ringisan kecil keluar dari bibir Venus, ia perlahan membuka matanya. Nyeri di kepalanya masih sangat terasa. Ia  pun memijat pangkal hidungnya, berharap bisa meredakan rasa sakit itu.

"Nih," Sebuah tangan mengulurkan air minum pada Venus, sontak ia pun mendongakkan kepalanya, matanya membulat melihat Mars lah yang mengulurkam air itu, MARS Lo MARS! Astaga.

"M ... Mars? Ngapain Lo disini?"

"Punya otak kan?" Venus mengangguk.

"Lo khawatir ya sama, Gue? Hayo ... ngaku." Selidik Venus.

"Cih. PD gila," desis Mars.

"Udah ngaku aja, Gue jadi seneng."

"Serah," acuh Mars, setelah itu meletakkan kembali gelas yang masih berada di tangannya ke atas meja dan melenggang pergi.

"Loh, Mars! Kok pergi sih?" teriak Venus, namun ia tidak mengejarnya. Biarlah untuk saat ini ia beristirahat sejenak dari semuanya.

Venus kembali membaringkan tubuhnya, lelah sekali rasanya. Padahal dia tidak melakukan apapun. Ia memejamkan matanya kembali.

"Venus! Astaga, Ven. Lo kenapa sih?" Mira masuk ke UKS dengan tiba-tiba, dengan satu tangan membawa tas ransel milik Venus.

"Gue gak papa, Mir. Gak usah lebay, deh."

"Lagian, lo kenapa sih? Kok akhir-akhir ini lo jadi sering pingsan?" ucap Mira dengan tatapan selidik.

"A ... ehm ... Gue gak papa kok, paling cuman kecapean doang," jawab Venus dengan gugup.

"Gak ada sesuatu yang lo sembunyiin dari gue, kan?"

"Gak ada, Mir."

"Yaudah, sekarang ayo kita pulang. Sekolah udah sepi nih," ajak Mira.

"Yaudah ayo." Venus bangun dari baringannya dan turun dari brangkar. Mira sedikit membantu memapah Venus.

***

Venus mengetuk pintu kamar Varo dengan tak sabaran. Membut sang empuh segera membukakan pintu kamarnya dengan tampang kesalnya.

"Napa sih lo, Dek?"

"Hehe ... Bang Venus mau minta sesuatu boleh gak?" Venus masuk kedalam kamar Varo dan duduk di atas kasur yang disusul oleh Varo.

"Apaan?" jawab Varo dengan wajah malasnya.

"Em ... Venus mau minjem uang boleh gk? gk banyak kok," pinta Venus.

"Uang buat apasih? Lo, kan udah dikasih yang sama papah."

"Ayolah Bang, Bang Varo kan, ganteng, pinter, rajin, tidak som ...." Belum menyelesaikan bicaranya, mulut Venus sudah dulu di bekap oleh Varo.

"Berisik, muji kalo ada maunya aja," sindir Varo.

"Gila! Lo habis makan apa sih, Bang? Tangan lo bau banget sumpah," ujar Venus dengan mimik menjijikannya itu.

"Hehehe ... sory gue habis boker tadi," ucap Varo dengan senyum tak bersalahnya.

"Jorok banget sih punya Abang satu, emangnya sabun dikamar mandi lo kemana?"

"Habis," jawabnya enteng.

"Perasaan baru dua hari sabun diganti, udah abis aja. Buat ngapain loh?" Venus menatap curiga pada Varo. "Atau jangan-jangan buat anu, yah?"

"Anu apaan, njir? Udah lah berapa lo mau minjem, cepet. Sebelum gue berubah fikiran," ucap Varo mengalihkan pembicaraan.

"Eleh mengalihkan pembicaraan."

"Udah buru, atau gak jadi nih?"

"Ya jangan dong, ck. 1 Juta."

"Yaudah bentar. Gue ambil dulu," Varo pun mengambil dompetnya yang berada di atas meja nakas dan mengeluarkan beberapa lembar uang.

"Nih, jangan lupa bunganya yah," canda Varo.

"Iya. Nanti gue kasih bunga tujuh rupa sekalian," ucap Venus dan mengambil uang itu. "Makasih bang." Setelah mengatakan itu Venus keluar dari kamar kakaknya.

"BANG JANGAN SERING NGANU NYA. NANTI ITU LOH!" Teriak Venus ambigu dari depan kamar Varo.

"SIALAN, ADEK LUCKNUT LO!" umpat Varo. Sedangkan dari luar kamar, Venus tertawa terbahak-bahak setelah berhasil mengerjai kakaknya itu.

~~~

Waktu yang terus berputar, bergantian menggulir matahari dan bulan setiap harinya, menambahkan usia tua bumi yang semakin renta dikikis oleh waktu. Hilir mudik manusia yang tak pernah lelah untuk sebuah urusan, yang pasti semesta tak akan pernah sepi.

Diatas sana. Sang rembulan bersinar terang diantara ribuan bintang yang bersinar, sorot lampu-lampu jalan, kendaraan, bangunan ikut menyinari bumi malam ini.

Di sebuah Cafe, terlihat seorang gadis menatap kearah jalanan dari balik jendela, Wajahnya sudah menampakkan rasa bosan untuk menunggu lagi. "Ck, gila. Dimana sih dia, janjinya jam berapa datengnya jam berapa, huh?" gerutunya.

"Ven! Aduh sory banget nih. Gue telat, Biasalah jakarta kan macet terus," ucap nya.

"Lumutan gue nungguin lo, Fer."

"Ya, maaf. Gini aja sebagai permintaan maaf gue. Lo, gue traktir deh," tawar Fero.

"Ok, deal. Gue maafin lo," ucap Venus seraya tersenyum lebar, kesempatan yang tidak boleh dilewatkan untuk kesejahteraan perutnya ini.

Venus segera memesan beberapa camilan untuk teman mereka belajar kali ini, Yah ... sesuai apa yang wali kelasnya inginkan. Venus akan dibimbing belajar oleh Fero. Dan ini adalah bimbingan yang ketiga untuk Venus, karna sebelum-sebelumnya mereka akan belajar pada saat free di sekolah. Dan sekarang mereka mencari suasana baru untuk belajar agar tidak bosan.

"Hari ini kita belajar matematika yah, kemarin kan kita sudah belajar fisika, yah walaupun masih banyak yang harus lo pelajari lagi sih," jelas Fero.

"Iya-iya. Tiap hari itung-itungan mulu, lo." Venus berdecak malas.

"Nih, Gue udah buat beberapa soal. Coba lo jawab sebisa lo dulu, nanti kalo ada yang gk paham lo tanya ke gue." Fero menyodorkan kertas yang berisi beberapa soal untuk Venus, yang di terima gadis itu dengan biasa aja sih, wkwk.

"Gila, ini soal apaan? Kok susah banget sih?" keluhnya setelah melihat deretan angka yang dimatanya itu bagaikan badai yang akan menguras otaknya.

"Udah, lo kerjain dulu. Nanti gue bantuin," ucap Fero, tangannya terulur mengambil kentang goreng dan memakannya, matanya tak teralihkan dari objek didepannya itu yang tengah serius mengerjakan soal yang ia berikan. Sesekali dahi gadis itu mengernyit bingung, Fero tersenyum tipis melihatnya. Sampai tak sadar Venus menatap Fero yang melamun sambil memandanginya itu.

Venus melambaikan tangannya di depan wajah Fero. "Fer ... Fero," panggil Venus, tapi belum ada respon dari Fero. "FERO!" Teriak Venus dengan kesal membuat Fero tersadar dari lamunannya.

"Iya, kenapa?" sentak Fero yang tersadar dari lamunanya.

"Lo kenapa liatin gue kayak gitu?"

"Hah? Emang iya?" Fero bertanya balik.

"Ck, lupain. Gue bingun semuanya, sekarang ayo jelasin." pinta Venus.

"Iya- iya. Sini ...." Fero mengambil alih kertas soal itu. "Nih, yang ini lo tulis dulu rumusnya lalu masukin ini kesini dan lalu kalikan sama angka ini ...." Fero dengan telaten menjelaskan satu persatu semuanya, ia menikmati kebersamaan ini. Ia kembali tersenyum tipis melihat Venus mengamati dengan serius penjelasannya. Manis, Pikirnya.

"Wah, lo kok pinter banget sih? masih ada yah laki-laki yang pinter, baik, ketos pula tuh." puji Venus dengan mata binarnya.

"Ck, biasa aja kok. lagian setiap orang kan memiliki sifat yang berbeda."

"Iya, makasih yah. Lo mau repot-repot nanti gue buat bimbing gue," ucap Venus dengan tulus.

"Iya sama-sama."


JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK!


»See you next part«



Salam manis

wongayu14:*

Mars & Venus(slow up)Where stories live. Discover now