Bagian 3 🍉

20.4K 1.5K 111
                                    


***

Happy reading ✨

"Kak Li, tadi yang bawa Lea kesini, siapa?" Lea bertanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kak Li, tadi yang bawa Lea kesini, siapa?" Lea bertanya.

"Dosen Danu yang membawa kamu ke sini tadi," jawab Kak Li yang senyumnya masih enggan pergi jauh.

"Dosen Danu? Jangan-jangan dosen yang wajahnya serem itu yang bawa gue kesini?" batin Lea.

Lea memegangi kepalanya karena masih pusing.

"Habiskan dulu teh hangatnya, Insya Allah pusingnya akan mereda." Kak Li yang sepertinya tau keluhan pasiennya, Lea.

"Sudah cantik, manis, pinter baik hati pula," Lea bicara dalam hati sambil memandangi wajah berseri wanita yang ada dihadapannya.

Lima menit setelahnya, teh hangat habis.

"Kak Li, Lea pergi dulu, ya. Takutnya makin ketinggalan kegiatan PKK nya." Lea menuruni tempat tidur, rusuh.

"Pelan-pelan Lea." Kak Li sigap memegang kedua lengan Lea, dia masih sempoyongan.

"Kamu disini saja dulu, tadi Dosen Danu sudah menitipkan kamu ke saya. Insya Allah, acara PKK masih bisa kamu ikuti dihari kedua besok," Kak Li menerangkan.

Lea balik duduk ditempat tidur. "Kampus ini tempatnya orang-orang paripurna kali, ya? Ada Dosen semuda Dosen Danu ya walaupun rada serem sih. Kak Li juga, Dokter muda, cantik pula." Itulah yang terbesit dipikiran Lea.

Suasana lengang sejenak.

"Kak, Lea boleh nanya nggak?" Lea menolehkan kepala kearah Kak Li yang masih setia berdiri didekatnya.

"Boleh dong, Lea. Kamu mau menanyakan apa?"

"Itu Dosen beneran dosen disini?"

"Maksud kamu Dosen Danu?"

"Iya, Dosen yang wajahnya seram itu, Kak!"

"Siapa yang seram?" Kaki panjang milik Danu mendekat kearah Lea dan Kak Li. Lea membulatkan matanya, tersentak.

"Mas," sapa Kak Li. "Acaranya sudah selesai?"

"Belum Li. Saya kesini hanya ingin memastikan keadaan anak ini. Dia harus ikut kegiatan PKK kalau sudah sadar," Dosen Danu bicara sambil menatap tajam Lea.

Lea bergidik takut. Tatapannya persis tatapan burung hantu, sangat menyeramkan.

"Mas, Lea belum betul-betul baikan. Jadi dia perlu istirahat untuk hari ini," jelas Kak Li.

"Tidak bisa begitu, anak ini harus ikut saya. Belum lagi masih ada hukuman yang harus dijalani sebelum gabung bersama teman-temannya untuk PKK," kata Danu.

"Tapi, Mas!" Kak Li menatap serius Danu, membela Lea, membela yang lemah. Danu balik menatap, mengangguk lalu keluar.

"Kak Li, makasih, ya." Lea tertunduk, masih takut. Walaupun rada barbar, Lea juga punya rasa takut.

Kak Li tersenyum hangat. "Tidak masalah."

***

Lea dibolehkan pulang lebih awal, lagi-lagi Kak Li yang membantunya bicara dengan salah satu panitia PKK.

Kak Li tidak bisa menemani Lea sampai keluar gerbang utama, Lea berdiri ditempat pagi tadi. "Pak Mamat, lama banget sih."

"Nggak lama kok, Non." Pak sopir bernama Mamat itu keluar dari mobil menghampiri Lea.

"Ya sudah, Non. Ayo cepat masuk, Mama khawatir sama Non," lanjutnya. Pihak kampus atau mungkin Kak Li sepertinya sudah menghubungi keluarga Lea dirumah.

Lea berjalan, masih sedikit sempoyongan, tapi lebih baik daripada saat awal membuka mata.

"Pak, Papa kapan pulang? Pak Mamat tau nggak?" Lea bertanya, tiba-tiba mengingat Papanya.

"Waduh, Non. Pak Mamat enggak tau," jawab Pak Mamat yang fokus menyetir.

Ardana Satya Parawangsa, suami Srikandi Parawangsa, ayah dari Adsya Abdillah Parawangsa, Alisa Azeta Parawangsa dan Azalea Azalwa Parawangsa. Pejabat pemerintahan, itulah profesinya, lebih tepatnya anggota DPR-RI. Jadi kesimpulannya, Lea adalah anak DPR-RI. Bahagia? Tidak juga, karena harta yang bergelimang tidak menjamin kebahagiaan.

***

Rupanya Srikandi sudah menunggu didepan rumah dengan raut wajah cemas. "Lea... Kamu nggak apa-apa, 'kan?"

"Lea nggak apa-apa, Ma. Cuma pingsan sebentar doang kok," jawab Lea yang menjinjing tas gendongnya.

"Pingsan sebentar ya tetap aja pingsan, Lea." Mama mengelus kedua pipi anaknya, memeriksa.

"Ya sudah, ayo masuk. Istirahat," lanjutnya.

Seperti biasa, rumah sepi. Papa Lea sedang ditugaskan diluar kota, pun juga kakak dan abangnya.

***

Melempar asal tas gendong, membuka jilbab pashmina nya, lalu menggeleparkan diri di kasur empuknya.

"Demi apa? Hari pertama aja udah gini," rengek Lea seorang diri.

"Dasar dosen aneh. Sudah tau dosen, eh malah pakai baju kayak mahasiswa baru," keluh Lea saat mengingat Danu yang menggunakan atasan putih dan bawahan hitam, persis mahasiswa baru yang hendak PKK.

Bertemu dosen sangar dengan kesan yang tak mengenakkan bukan keinginannya, ya walaupun dosen itu tampan.

"Untung ada Kak Li." Lea tersenyum simpul.

⬇️

Ga bakal paham kalo bacanya cuma sampe sini, hehe .... 🌚

'Jangan lupa bahagia'

_____

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 11, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

I'm A Lecturer WifeWhere stories live. Discover now