Part 3

3.3K 462 18
                                    

Happy Reading Chinggudeul

***

Pandangannya masih tertuju kedepan belum teralihkan sama sekali, suara bising karena percakapan percakapan dari beberapa orang itu langsung lenyap begitu saja, seakan terhipnotis akan pesona dari pemuda dengan tubuh tegap serta suara maskulinnya itu. Sungguh luar biasa pengaruh dari Haedar Chandra Syahputra itu. Memang tidak main main pesonanya.

Mata Renanda tidak sengaja bertubrukkan dengan pemuda berkulit tan itu. Langsung saja dia mengalihkan pandangannya ke arah lain. Pipinya terasa panas. Jangan sampai mukanya terlihat seperti tomat sekarang.
Renanda menepuk nepuk pipinya pelan menyadarkan dirinya dari lamunannya. Aish, apa apan ini dia baru dua kali bertemu dengan Chandra tapi kenapa setiap kali dia bertemu dengan cowok itu degupan di jantungnya selalu menggila. Love at the first sight? Haha yang benar saja. Tidak ada di kamus seorang Renanda Evanio Xavier kalimat tersebut.

Oke, ayo fokus Renanda, materi yang akan di bahas pada Sosialisasi kali ini sangatlah penting untuk mata kuliahmu. Ingat kau ada di semester penghujung perkuliahan.

Renanda mencoba untuk memfokuskan pandangannya kedepan berharap materi yang akan di sampaikan oleh beberapa pemateri setelah ucapan salam dari si penyebab kebuyaran pikirannya ini dapat masuk dan dimengerti oleh Renanda.

Bisa Ren masih gitu aja gak fokus sih. Cupu banget.
Batin Renanda

———

Kalau saja kampus ini tidak memberi pengaruh yang cukup besar untuk perusahaannya, sudah pasti Chandra tidak akan berada disini, membuang waktunya saja, hanya memberi sedikit sapaan ke beberapa bakal bakal calon mahasiswa serta mahasiswi yang dapat mengembangkan potensi kerjanya di bidang Art dan Design, memberi wejangan serta motivasi agar para mahasiswa semangat kuliahnya. Kalau kata Jeno sih sedikit ngebacot gak masalahlah yang penting gak sesat aja.

Namun, saat dia memberi sapaan tadi. Matanya tak sengaja bertubrukan dengan pemuda mungil yang menatapnya sambil menggeleng gelengkan kepalanya pelan serta menampar pipinya perlahan. Ada apa dengan pemuda itu, apa yang salah dari penampilannya hingga di tatap seperti itu? Aneh sekali. Tapi sebentar, dia seperti mengenal pemuda bertubuh mungil itu. Hanya saja dia lupa pernah bertemu dimana.

Ah, kenapa jadi membahas pemuda mungil itu sih? Tapi kalau di perhatikan pemuda tadi cukup manis untuk ukuran laki laki. Cukup yah tolong garis bawahi kata CUKUP.

———

"Hufftttt. . . Laper banget, ini Narra kemana ya? Katanya udah di jalan, kok gak nyampe nyampe?"
Cacing cacing di perut Renanda sudah berdemo ingin diberi asupan. Tapi sahabatnya itu belum juga sampai untuk menjemputnya. Bokongnya dia dudukkan di kursi yang berada di lobi galeri kampusnya, telingannya tersumbat dengan AirPods mencari lagu apa yang akan menemaninya mengenyahkan rasa bosan.

Drrttt drrttt. .
Ponselnya berdering, musik yang tadi sempat di dengarnya terhenti seketika saat dia mengangkat telfon dari seseorang diseberang sana.

"Hallo na? kamu udah nyampe?"

". . ."

"Ohiya aku kesana sekarang. Jangan di matiin telfonnya aku agak lupa sama plat mobil kamu"

". . ."

Renanda berjalan sambil celingak celinguk mencari keberadaan mobil sahabatnya itu.
Ketemu.
"Udah ketemu na. Aku matiin ya"

Selfish [HyuckRen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang