First sight

8.9K 886 129
                                    

Voldy ga bakal bangkit lagi, dunia sihir aman dan ga ada cari horcrux. So, yg rikues drarry love at first sight di kereta, ga tau knp aku bikin gini, maaf




Harry menatap ayah baptisnya yang sedang berdiri menjulang di hadapannya.

"Jaga dirimu baik-baik," Harry mengangguk, lalu Sirius memeluk tubuhnya yang kecil, "aku akan merindukanmu, little Prongslet." ucapnya, yang membuat Harry tersenyum padanya setelah pelukan mereka terlepas.

"Aku juga akan merindukanmu. Aku akan rajin mengirim surat."

Pria tampan dengan gaya rambut keriting sebahu itu tersenyum dan menepuk kepala Harry pelan, "Masuklah, sampai jumpa natal nanti."

"Sampai jumpa." Harry melambaikan tangannya ke arah Sirius setelah memasuki Hogwarts Express.

Kereta itu akan membawanya ke sekolah sihir yang menurut cerita Sirius adalah sekolah yang luar biasa hebat. Selama Harry tinggal bersama ayah baptisnya di Grimmauld Place nomor 12, dia cukup banyak mendengar cerita dari Sirius tentang kastil tua itu. Dan untuk yang bertanya tentang orang tua Harry, jawabannya adalah keduanya telah meninggal saat Harry masih kecil. Mereka dibunuh oleh penyihir hitam yang menamai dirinya dengan Lord Voldemort. Harry tidak mengetahui alasan penyihir itu membunuh kedua orangtuanya, yang dia tahu hanyalah penyihir itu juga meninggal dan dia satu-satunya yang berhasil selamat.

Harry melangkahkan kakinya untuk mencari kompartemen yang kosong. Sejujurnya dia ditawari oleh Fred dan George untuk bergabung dengan mereka, namun dia menolaknya ketika melihat si kembar Weasley itu tidak bersama adik mereka, Ron. Tahun ini Ron dan Harry menjadi murid tahun pertama di Hogwarts, dan selain si kembar, hanya Ron lah yang Harry kenal. Sepertinya Harry harus mencari teman baru, dia tidak bisa terus-menerus mengekori Ron.

Akhirnya Harry mendudukkan dirinya setelah menelusuri panjangnya gerbong kereta. Dia berakhir menemukan kompartemen kosong yang terletak cukup jauh di belakang. Tak berselang lama, pintu kompartemen dibuka. Netra hijau Harry melihat sosok berambut pirang yang memasukkan kepalanya kedalam kompartemen. Dan entah mengapa Harry seolah tak dapat mengalihkan pandangannya ketika netra mereka bertemu.

"Bolehkah aku bergabung?"

Pertanyaan sosok itu hanya dijawab dengan anggukan kepala oleh Harry. Lalu si pirang pun memasuki kompartemen dan duduk di depan Harry.

"Malfoy. Draco Malfoy." Kata sosok itu sambil mengulurkan tangannya.

Harry menatap sejenak tangan yang terulur padanya, kemudian dia menatap wajah sosok yang bernama Draco Malfoy itu dan berjabat tangan dengannya.

"Harry Potter. Dan Harry saja."

"Sure. Draco saja." Balas Draco yang kemudian tersenyum.

🐍🦁

"Sedang memikirkan apa?"

Harry merasakan pipinya dikecup oleh kekasihnya yang baru saja duduk di sampingnya.

"Bukan apa-apa." Jawab Harry.

Dan jawaban itu membuat kekasihnya mengangkat sebelah alisnya tanda menuntut penjelasan.

"Hanya pertemuan pertama kita di kereta." Harry menyandarkan kepalanya pada bahu Draco, kemudian tersenyum tipis.

Draco meraih jemari kekasihnya dan menautkannya dengan jemarinya, "Aku sempat berpikir di wajahku ada kotoran burung hantu," dia tersenyum geli mengingat kejadian lima tahun yang lalu itu.

"Kenapa?" Harry menegakkan kembali posisi duduknya dan menatap tepat pada iris abu-abu dengan sedikit campuran biru itu.

"Kau menatapku tanpa berkedip. Aku juga sempat berpikir kau melihat makhluk yang tidak dapat ku lihat," Draco tertawa ketika melihat wajah Harry yang perlahan memerah, "pipimu memerah." ujarnya yang membuat wajah Harry semakin memerah.

"Diam!"

"Kau sangat menggemaskan." Kedua tangan Draco memegang pipi Harry dan menariknya. Kemudian dia tertawa lagi ketika melihat ekspresi kesal kekasihnya.

"Sakit." Harry menatap tajam Draco sambil mengusap-usap pipinya yang baru saja menjadi sasaran empuk sang Pangeran Slytherin.

"Maaf, maaf."

Dan Harry tak dapat menahan senyumnya ketika tubuhnya dipeluk dan kepalanya dielus pelan. Dia selalu suka ketika Draco melakukannya. Dan tangannya dengan otomatis memeluk tubuh kurus kekasihnya.

"Aku merindukanmu." Bisik Draco.

"Jangan berlebihan. Kau hanya pergi sehari untuk mencari bahan-bahan ramuan bersama Professor Snape."

"Aku selalu merindukanmu, Love."

Harry mendongakkan kepalanya untuk melihat Draco, "Panggilan baru untukku?" tanyanya, tak lupa dengan senyuman yang mengembang di bibirnya.

"Kau tidak suka?"

"Aku suka," Jawab Harry dengan suara pelan, lalu menenggelamkan kepalanya pada perpotongan leher Draco lagi. Kemudian dia menutup matanya, indera penciumannya menangkap aroma khas Draco yang bercampur dengan dedaunan segar, "tapi kau membuatku malu." lanjutnya yang membuat Draco menyunggingkan senyumnya.

"Jadi tidak ada yang boleh tahu aku memanggilmu seperti itu?"

"Bukankah Malfoy suka pamer? Ku kira kau akan mengatakan pada dunia bahwa aku adalah milikmu." Harry mengeratkan pelukannya ketika dia merasakan Draco mengecup kepalanya.

"Kau sangat mengenal ku," Pemuda berkulit pucat itu melepaskan pelukannya dan memegang tengkuk Harry, lalu mencium bibirnya singkat. "Love."

Okay, cukup. Wajah Harry sudah sangat merah sekarang.





END

DRARRY ONESHOOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang