Fake

8.8K 915 275
                                    

No voldy
Sesuai rikues tp ga sesuai ekspektasi, maaf



Harry membuka pintu lemari penyimpanan sapu dengan pelan. Dia mengeluarkan kepalanya dan melihat sekitar, sepi. Kemudian dia keluar dari ruangan yang penuh dengan sapu terbang itu dan berjalan dengan mengendap-endap karena takut langkah kakinya terdengar.

"Sedang apa kau, Potty?"

Suara yang datang dari arah belakang itu membuat Harry sangat terkejut. Dia menolehkan kepalanya dengan tangan yang berada di depan dadanya. Mata hijaunya melihat murid dengan seragam Quidditch asrama Slytherin itu berdiri memegang sapu terbangnya.

"Kau mengagetkanku, Malfoy!"

Draco memutar bola matanya malas dan mengabaikan ucapan Harry. "Untuk apa kau mengendap-endap? Kau sangat mencurigakan."

Harry menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri. Bagus! Ginny tidak ada. Sedangkan Draco menatap Harry dengan pandangan aneh.

"Aku menghindar-"

"Harry!"

Suara itu?

Tidak! Harry membelalakkan matanya dan dengan gerakannya yang cepat dia menarik Draco untuk masuk kedalam lemari sapu bersamanya. Draco yang ditarik paksa oleh Harry ingin melayangkan protes, namun Harry dengan segera menutup mulut Draco dengan telapak tangan milik Harry sendiri. Si Gryffindor itu menatap tajam Draco yang sedang protes dengan menatap tajam dirinya. Yeah, keduanya sedang beradu tatapan-siapa-yang-paling-tajam.

Harry menajamkan pendengarannya, dia masih mendengar suara Ginny. Tandanya murid tahun kelima Hogwarts itu belum pergi menjauh. Harry menghembuskan napasnya yang tidak sengaja dia tahan lalu melepaskan tangannya yang membungkam mulut Draco ketika suara Ginny tidak terdengar lagi.

"Maafkan aku."

Draco menatap Harry dengan tatapan penuh curiga, alisnya terangkat keatas dan dia meletakkan kedua tangannya di pinggang. "Jadi, apa yang sedang terjadi antara kau dan kekasih kecilmu itu? Dan bisakah kau tidak melibatkan aku kedalam masalah yang kau buat, Scarhead?"

Harry memutar bola matanya malas dan berkacak pinggang, meniru Draco. "Dengar, Malfoy. Ginny bukan kekasihku. Dan aku tidak melibatka- hei, kau memberiku sebuah ide." Harry tersenyum lebar.

Jika boleh jujur, senyuman itu terlihat bodoh di mata Draco. Dan sang Pangeran Slytherin memiliki firasat yang buruk ketika melihat senyuman bodoh si Gryffindor.

🐍🦁

Draco menghembuskan napasnya panjang, lalu matanya melirik sosok yang tengah tertidur di sampingnya. Si kacamata bulat kuno itu tidur dengan posisi menyandar pada pohon di belakangnya. Dan dua murid tahun keenam yang berbeda asrama itu sedang berada di dekat danau hitam, tempat favorit mereka selama beberapa bulan terakhir.

Draco menghembuskan napasnya lagi, entah sudah berapa kali hari ini dia menghembuskan napasnya dengan panjang. Seharusnya dia tidak menyetujui ide gila Harry yang kini kepalanya tengah menyandar pada bahunya. Draco membenahi kepala yang dihiasi surai hitam berantakan itu dan memperhatikan bulu mata Harry yang ternyata lumayan panjang dan lentik.

Okay, kembali lagi pada ide gila Harry. Si Potter itu meminta tolong -memaksa- Draco untuk menjadi kekasihnya. Hanya pura-pura, agar Harry terbebas dari Ginny yang selalu menempelinya. Gadis itu memang tak kenal lelah, sejak tahun pertamanya menjadi murid Hogwarts dia selalu mengejar-ngejar Harry. Dan Harry yang hanya menganggapnya sebagai adik kecil pun bingung harus bersikap seperti apa. Satu-satunya yang terpikir olehnya hanyalah menghindar.

Awalnya Draco menolak mentah-mentah ide gila Harry. Namun dirinya teringat gadis dari asramanya yang menyukainya. Tidak seekstrim Ginny, tetapi Draco cukup risih selalu ditatap dengan pandangan memuja olehnya. Dia tahu dia memang tampan. Tapi bayangkan saja dirimu yang selalu ditatap seperti itu setiap kalian berada di ruangan yang sama, itu menjengkelkan. Dengan harapan Astoria berhenti memandanginya sepanjang waktu, Draco menyetujui ide gila Harry. Tolong puji kebodohan Draco yang satu ini.

DRARRY ONESHOOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang