BAB 13

29 2 0
                                    

  Ujian ketiga, ujian terakhir, Kesetiaan. Ujian ini adalah ujian tersulit di mana mereka harus bertahan hidup melawan gelombang musuh yang terus datang selama seharian bersama. Sebenarnya Aryo cukup khawatir karena tidak mungkin baginya melawan musuh yang terus berdatangan mengingat peluru senapannya sudah habis. Namun, secara ajaib, senapan dan amunisinya sudah tersimpan penuh. Rasa khawatir tersebut segera berganti menjadi antusias ketika di langsung ingat ini hari terakhir ujian dan setelah ini mereka akhirnya bisa bersama untuk selamanya.

  Segera dia menghampiri calon istrinya yang sudah menunggunya di depan, kemudian mereka berjalan menuju padang rumput tidak jauh dari hutan kemarin. Keadaan wilayah tersebut masih sangat sepi penduduk sehingga tidak ada yang bisa mendengar mereka ketika melakukan ujian terakhir ini. Sesampainya di sana, mereka hanya disuguhi pemandangan padang rumput yang kosong. Aryo memutuskan tidur sejenak untuk menunggu sementara Ayu tetap berjaga. Aryo yang tertidur cukup lama seketika kaget dibangunkan oleh Ayu yang melihat sudah deretan musuh mereka. Aryo yang tiba-tiba terbangun merasa semangat melihat musuh mereka adalah makhluk yang dibenci Aryo, Genderuwo.

  "SAATNYA BERPESTA KINASIH!!" teriak Aryo dengan penuh semangat

 Melihat calon suaminya yang sudah terbakar semangat membuat Ayu juga merasakan semangat yang sangat besar. Selama hampir 4 jam mereka tidak menemui kesulitan dalam menghabisi musuh. Kesulitan mulai muncul ketika musuh mulai dipersenjatai dengan pedang dan panah.

  Di sisi lain, Aryo mulai kesulitan membidik mereka satu per-satu karena kecepatan mereka juga meningkat drastis. Aryo juga harus menghindari tebasan dan anak panah mereka. Ayu juga mengalami kesulitan yang sama.

  "Mas... Musuh semakin banyak, tolong Aku Mas..." pinta Ayu

  "Kamu pikir aku sedang apa!? senapan aku tiba-tiba macet, kamu tahan dulu ya" balas Aryo

  Secara tiba-tiba, anak panah yang ditembakkan salah satu Genderuwo tepat mengenai mata kiri Aryo.

  "MAS!!..." teriak Ayu tidak percaya apa yang dilihatnya

  Darah mulai membanjiri pipi kiri Aryo sementara dirinya masih berusaha keras untuk sadar. Sementara itu, Ayu hanya menangis melihat calon suaminya yang semakin lama kehilangan kesadaran. Ketika Aryo sudah benar-benar pingsan amarah dan kesedihan Ayu meningkat secara drastis dan mulai mengeluarkan kekuatannya yang selama ini dia tahan.

  "KALIAN!!!... KALIAN AKAN MEMBAYAR ATAS APA YANG SUDAH KALIAN LAKUKAN!!" teriak Ayu

  Aryo seketika sadar dan melihat dirinya di tempat antah berantah. Sekelilingnya hanya ada pemandangan kampung halamannya tapi tidak ada penduduknya sama sekali. Dengan tanpa tujuan dia terus menyusuri mimpi tersebut hingga dia sampai ke gubuk lamanya. Di sana dia menangis melihat kedua orang tuanya dan segera lari memeluk mereka.

  "Wah, kamu sudah besar ya nak" kata Ayahnya

  "Anakku tumbuh menjadi pemuda yang tampan, hehehe" sambung Ibunya

  "Kenapa kalian pergi!?, Aryo sangat merindukan kalian!!!..." kata Aryo sambil menangis

  "Kami tidak pergi nak, kami ada di dalam kenanganmu" kata Ayahnya menenangkan anaknya

  "Sekarang kamu sudah ada yang harus dilindungi nak, jadi berjuanglah untuk melindunginya" kata Ibunya diiringi dengan senyum

  Belum sempat Aryo membalas mereka Aryo kemudian tertarik ke dalam lubang hitam. Aryo hanya bisa melihat kedua orang tuanya melambaikan tangan ke dirinya. Dalam suasana hitam Aryo hanya bisa menangis mengingat orang tuanya, tidak lama setelah itu ada cahaya yang semakin lama menyelimuti dirinya hingga dia akhirnya sadar.

  Ketika sadar dia melihat calon istrinya memberikan nafas buatan untuk menyadarkan dirinya. Aryo hanya bisa merasakan kehangatan bibir calon istrinya ketika bertemu dengan dirinya. Ayu yang sudah dari tadi memberikan nafas buatan sadar kalau calon suaminya sudah sadar. Dengan masih keadaan menangis dia langsung memeluknya karena dia berpikir Aryo akan tewas begitu saja.

  "Mas!!, syukurlah kalau kamu sudah sadar..." kata Ayu masih diiringi dengan tangisannya.

  "Iya, aku tidak apa-apa kok, aku baik-baik saja, hehe" balas Aryo

  "Apanya yang tidak apa-apa Mas, mata kirimu itu terluka parah..." kata Ayu

  Setelah meyakinkan Ayu kalau dirinya tidak apa-apa, Aryo memastikan bahwa hanya mata kirinya saja yang terluka, tapi ketika bangun, tangan kanannya terasa sangat sakit ketika diangkat.

  "Pelan-pelan Mas, tangan kananmu itu patah" kata Ayu

Kisah yang Sulit Dimengerti Part IWhere stories live. Discover now