Ultraviolent

368 74 7
                                    





SOUL GATE
:
:
Ultraviolent (adj)
Unnecessary, unprovoked (usually brutal) violence; violent acts simply for the thrill and entertainment of it.







All in Taehyung's POV

Di hadapannya ada dua porsi mie instan dengan uapnya yang berembun. Jungkook tidak mengeluh. Dia memakannya seolah-olah itu hidangan dari restoran mahal. Aroma makanannya berbaur dengan bau khas shampoo dan juga pelembut kain dari tumpukan pakaian yang terlipat di ranjang Taehyung yang masih berantakan. Ia seharusnya mencuci seprainya juga, tapi—matanya fokus menatap ke arah Jungkook, memikirkan bagaimana baunya juga meresap di kain. Taehyung merasa mulutnya kering, gugup. Tidak banyak yang bisa bicarakan, mereka tidak cukup tahu tentang satu sama lain untuk melakukan percakapan yang lebih lama. "Apa kau seorang dokter?" tanya Jungkook, melihat Taehyung melipat salah satu mantel putihnya.

"Tidak," rasa malu mencekik di dalam tenggorokannya. "Aku bekerja," desahnya. Ayolah mendeskripsikan pekerjaan seharusnya bukanlah hal yang sulit. "Aku bekerja di kamar mayat."

Seketika keheningan mengisi. Taehyung tahu Jungkook sedang mengawasinya. "—bagaimana rasanya?" itu pertanyaan yang jujur. Ia menatap Jungkook, menemukan dia yang menatapnya seksama. "Seburuk itu?" Mungkin ekspresinya mengungkapkan sesuatu, menurut perkiraan Taehyung, dan ketika selesai melipat tumpukan pakaian, ia menggelengkan kepala. "Tidak," jawabnya setengah hati.

"Kalau begitu kenapa kau menjawabnya setengah hati begitu." Jungkook terkikik kecil, dan Taehyung pun ikut tersenyum. Ia tidak bisa menahannya. "Bagaimana rasanya?"

Kata-kata disusun berdampingan, dalam kalimat yang masuk akal namun tidak menarik. Kami punya yurisdiksi, semua kamar mayat punya itu. Aku hanya seorang asisten, yang tidak sekolah kedokteran. Kemarin untuk pertama kalinya kami mendapat korban pembunuhan. Taehyung melihat pupil mata Jungkook yang sedikit melebar, dan itu terlihat seperti rasa takut. "Korban pembunuhan?"

"Aku tidak bisa membicarakannya lebih jauh," Taehyung menambahkan pelan. "Seoul aman." penghiburan kecil, yang juga diberikan kepada Namjoon. "Mereka akan menangkap siapa pun itu pelakunya." Mereka mendengar suara burung gereja yang sesekali mengetuk jendela, yang menjadi peringatan bahwa mereka sudah bersama terlalu lama, lebih lama dari yang seharusnya. Mereka berdua mengulur waktu. Mengapa, mengapa, mengapa, Taehyung ingin tahu. Kenapa kau mengulur waktu?, pikirnya. Di kepalanya sudah ada beberapa skenario akan jawaban itu —kebutuhan intrinsik manusia akan kehangatan seperti pelabuhan ketika istanamu runtuh. Kulit Jungkook hangat, begitu pula mulut, dan lidahnya. Sekali lagi Taehyung ingin mengecapnya. Pikiran itu menakutkan baik secara fisik atau metaforis. Taehyung berpikir semakin banyak mereka bertemu, semakin banyak ia ingin melangkahi batas tak kasat mata diantara mereka. Ia tahu Jungkook masih muda. Dia tidak akan bertahan, tidak sekarang setelah dia tahu seperti apa Taehyung sebenarnya. Ia hanya seorang pecundang.

"Boleh aku minta nomor ponselmu?"

Taehyung mengambil ponselnya yang terletak di atas meja, lalu Jungkook mengetik nomornya dengan cepat untuk menelepon ponselnya sendiri. Dia menambahkan emoji kelinci di samping namanya.
"Nah, sudah."

.

.

.

Tubuh yang terbaring di atas meja itu memiliki rambut kuning pucat yang sama dengan akar gelap yang terlihat persis sama seperti saudara perempuannya yang sudah meninggal waktu itu. Mereka sebenarnya bukan sepasang kakak beradik, namun fisik mereka serupa —sangat mirip, seperti saudara kembar yang berakhir dengan terpisah satu sama lain. Memar di sisi kepalanya lebih parah. Taehyung menatap, mulai terbiasa dengan gambaran mimpi buruk yang akan menghantuinya, menariknya secara bebas masuk ke benaknya. Tubuh itu pucat dan kaku, pakaian bermotif bunga matahari dihiasi dengan warna merah kehitaman, salah satu kuku jari wanita itu patah —sepertinya hasil dari perlawanan yang dia lakukan sebelum kemantian menjemputnya. Taehyung bertanya-tanya apakah wanita itu tahu bahwa dress yang dia kenakan ini akan menjadi pakaian terakhirnya di bumi. Wania itu seorang kim, sedangkan yang satunya lagi adalah Kang. Nama keluarga yang berbeda namun berita kematian yang sama. Namjoon mengusak rambutnya dengan kasar dan menhantamkan punggungnya sendiri ke dinding yang paling dekat dengan pintu, seolah ingin keluar. Taehyung tidak bisa menyalahkannya, ia juga ingin segera keluar. Petugas koroner menghela napas, forceps di pegang dengan jemari yang gemetar. "Aku bisa melakukannya, jika kau sedang tidak enak badan," Taehyung menawarkan dengan tenang. Petugas korener itu sudah tua, dia juga hampir tidak menggunakan suaranya lagi.

SOUL GATEWhere stories live. Discover now