13.

5.1K 445 20
                                    

🍁🍁🍁

Dingin angin malam tak membuat langkah kedua remaja ini terhenti. Mereka saling menggenggam tangan satu sama lain, mungkin orang lain berfikir yang tidak-tidak. Tapi percayalah, salah satu hal yang menguatkan adalah hangatnya kebersamaan. Sejatuh apapun jika tetap bersama saling menggengam satu sama lain pasti semua akan baik-baik saja.

"Sa ... lo pulang aja sana! Yang lain pasti pada khawatirin lo," ucap Aska menghentikan langkahnya.

Aksa ikut menghentikan langkahnya, ia menatap sang kembaran sedikit menunduk.

"Gw pulang lo juga pulang," ujar Aksa tegas.

"Trus lo mau kemana sekarang? Ga usah ngintilin gw kek gini. Lo pulang aja sana ke rumah lo dan gw pulang kerumah gw," kata Aska geram.

Aksa terdiam mendengar perkataan Aska, entah mengapa ada rasa tak nyama dihatinya.

"Rumah kita sama btw. Gw ingetin kalo lo lupa," ujar Aksa lalu melanjutkan langkahnya mencoba merendam gemuruh taknyaman dalam dadanya.

Aska menunduk, ia tersenyum miris,"rumah kita beda. Katanya rumah adalah tempat ternyaman untuk kita kembali dimana kita bisa mendapat kehangatan. Dirumah lo gw ga dapet semua itu, berarti itu bukan rumah gw kan?" Lirih Aska.

Aksa menghentikan langkahnya, kedua tangannya mengepal seiring gemuruh dalam dadanya berubah menjadi guntur. Sesak rasanya mendengar perkataan Aska. Perlahan Aksa berbalik menatap lekat sang kembaran. Aska mengangkat pandangannya menatap balik Aksa.

Keduanya diam tak berkata, tersirat dari sorot mata keduanya saling menyampaikan luka mencoba saling memahami. Hingga Aska mengakhirinya, dan kembali lagi menjadi Aska yang periang.

"Yodah kalo lo mau ikut. Kesian ntar lo jadi gembel, apa kata orang nanti saat liat lo gembel trus ketemu gw yang tampan mirip artis korea Kim Minkyu," ucap Aska riang lalu melangkah pergi meninggalkan Aksa yang masih melongo mencerna semuanya.

Aksa mengedipkan matanya beberapa kali saat otak yang tiba-tiba lemot baru memahami semua, "sialan," gumam Aksa lalu berlari menyusul Aska lalu menjitak kepalanya berulang kali.

"Adek kagak ada akhlaq emang," gerutu Aksa.

Suara keduannya menggema membelah riuhnya kendaraan dijalan.

...

Langkah keduannya terhenti didepan sebuah rumah sederhana namun terkesan elit. Mata Aksa mengerjap beberapa kali.

"Ka, ini rumah siapa?" Tanya Aksa.

"Rumah yang buat gw nyaman," jawab Aska, ia membuka gerbang lalu masuk kedalam diikuti Aska dibelakangnya.

"Beneran ikh. Ini rumah siapa?"

Aska tak mengubrisi pertanyaan sang kembaran ia menekan bel rumah. Tak lama seorang gadis kecil dengan baju piama bergambar hello kitty itu membuka pintu.

"Kakak!" Gadis itu memeluk kaki Aska erat meluapkan rasa rindu. Aska menggendong Lana lalu mencubit pipi gembulnya gemas.

"Lana kangen kakak," ucap Lana.

"Kakak juga kangen Lana," balas Aska.

"Siapa Lana? Eh Aska?"

Aska tersenyum melihat Lani lalu menyalimi tangannya.

"Kok datang ga bilang mama sih nak. Mama kan bisa masakin makanan kesukaan kamu," ucap Lani.

"Trus ini kok masih pake baju seragam sih? Masuk ganti baju mandi dulu nanti kamu sakit loh," celoteh Lani.

"Iya mama," balas Aska.

"Mama?" Beo Aksa.

Aska melihat kearah sang kembaran. Oh tidak ia melupakan kehadiran Aksa disampingnya.

Cerita Aska✔endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang