🍁🍁🍁
"Kalian pasti tau apa ini," lanjut Aksa menyodorkan satu tabung berisi obat Aska. Andre dan andra sontak menegang dan membeku.
Apa yang harus mereka jawab?
"I ... itu kami tak berhak memberitahu, lo tanya sendiri sama si Aska," ucap Andre.
"Tapi dia ga akan mau ngaku," tukas Aksa. Andre menggedikan bahu acuh, toh itu derita Aksa. Dia yang merupakan kembaran Aska tidak tau apapun dan tidak pernah mau mencoba mencari tahu.
"Lagi ngbrolin apa serius banget humm?" Tanya Lani sambil membawa nampan berisi jus jeruk dan Aska yang membawa beberapa cemilan.
"Ada yang kepo tapi ga mau cari tahu sendiri," sindir Andre sambil meraih setoples kacang yang dibawa Aska.
"Ada masalah apa sih ni orang. Huftt sabar Sa ..." Aksa menatap malas orang didepannya ini.
"Siapa?" Tanya Aska seraya duduk disebelah Andra.
Baru saja Andra membuka mulut untuk menjawab tapi suara Andre lebih dulu menyela.
"Mirror lo."
Andai disini tak ada Lani, Andra ingin sekali menabok mulut sang abang. Ga akan dosa kan? Toh Andre yang salah karna berbicara seenaknya.
"Kalian lanjut ngobrolnya, Mama mau kelamar dulu kesian Lana sendirian," ucap Lani lalu beranjak pergi.
Dengan cepat tangan bebas Andra mencubit kecil paha sang abang.
"Aww! Kok lo nyubit gw sih?!"
"Bukan gw, semut kali," ujar Andra acuh. Andre merotasikan matanya malas.
Hening, Andra dan Andre sibuk dengan hp masing-masing, Aska fokus mengerjakan soal-soal matematika sedangkan Aksa dia tak tahu harus berbuat apa.
Aska menghentikan gerak tangannya yang menulis jawaban, matanya terpejam saat rasa pusing melanda. Tubuhnya diam tapi Aska merasa berguncang, seakan terombang-ambing. Tangannya menggenggam erat pensil membuat pensil itu patah.
"Ka?"
Aska semakin mengeratkan cengkramannya tak peduli patahan pensil itu menusuk telapak tangannya membuat darah segar melumuri genggamanya.
"Ka?"
Aska membuka matanya mengerjap beberapa kali mencoba mengambil fokus pandangannya namun tetap saja buram.
Aksa yang melihat keadaan sang kembaran yang tiba-tiba drop hanya diam dengan tubuh yang menegang.
Andra langsung berlari kekamar Aska untuk mengambil obat, sedangkan Andre terus berusaha menyadarkan Aska.Andre mengambil paksa pensil yang sudah berumuran darah itu lalu membuangnya asal, menggenggam erat tangan Aska.
Aksa menatap lekat pensil yang baru saja dilempar Andre tepat dihadapannya. Ia menglihkan pandangannya kearah Aska namun detik kemudian matanya membola melihat darah yang keluar dari hidung Aska.
Tubuh Aksa bergetar melihatnya, pikirannya bercabang. Aksa langsung menghampiri Aska dan memeluknya erat, melontarkan kata-kata penenang.
"Gw disini, lo kuat ... "
Aksa merasa berat saat tubuh Aska luruh dalam dekapannya, ia mengelus kepala Aska pelan.
"Ini--obat--minum," ucap Andre yang baru datang dengan segelas air putih dan tabung obat.
"Lo minum obat dulu ya?!"
Aska mengangguk pelan ia menerima dua butir obat lalu meminumnya dibantu dengan air.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Aska✔end
Teen FictionIni hanya cerita tentang seorang anak yang tiba-tiba menjadi sebuah bayangan dikeluarganya. Ada namun tak dilihat, bersuara namun tak terdengar apa keluarganya ini buta dan tuli? 🚫kekerasan dalam keluarga (KDRT) 🚫setelah baca jangan durhaka, ingat...