#5

3.5K 294 26
                                    

Cerita ini masuk part 5. Sejak awal, cerita ini dimaksudkan untuk pembaca yang sudah dewasa karena mengandung alur cerita, penokohan dan isi pembicaraan vulgar yang lebih cocok untuk dewasa, tapi ini bukan cerita erotis lho yaaa. Agak deg-deg an juga saya bikin cerita ini. Karena bisa dipastikan lebih rumit dan pertama kalinya saya bikin cerita begini. Abal-abal, bukan cerita sehari-hari macam cerita saya lainnya. Tapi saya usahakan untuk membuatnya selogis mungkin kok. Mohon masukannya ya ^^

luv

BJ

———-

Alex

"Si kampretos masih tidur?" Ela bertanya padaku begitu keluar dari lift.

"Yaaa gitu deh. Lo kayak ga hapal dia aja." Jawabku mengedikkan bahu acuh. Kampretos yang dia maksud siapa lagi kalau bukan Troy, yang sampai aku berangkat tadi masih tepar di bednya. Hari Minggu bagi Troy adalah hari pelor sedunia. Dia nggak akan bangun sebelum jam 11 siang.

"Emang seriusan dia mau jadi crosser?" Ela berjongkok membetulkan ikatan sepatunya. Aku ada di hadapannya sambil meregangkan tanganku. Lalu mengangkat kakiku sebelah.

"Yaaaa..gitu deh. As what he said to you." Jawabku lagi. Ela menengadah memandangku.

"Lo kenapa sih dari tadi jawabnya ya gitu, ya gitu aja?" Keningnya mengkerut.

"Trus gue harus jawab apa? Secara dia emang gitu kan? Apa yang bisa diceritakan tentang Troy? Kalau udah ambil keputusan, kan emang nggak bisa dibelokkan. Gue udah berusaha ngajakin dia kerja di kantor. Dia setuju dengan syarat kalau udah di Jakarta. Nyatanya? Cuma betah dua hari doang." Jawabku kali ini sambil mulai melompat-lompat di tempat.

Beberapa wanita melewatiku sambil mengedipkan mata. Pffff...selalu seperti ini kalau aku sedang pakai celana pendek. Mmm..nggak cuma pakai celana pendek sih. Para wanita akan menatapku saat aku memakai baju kerja, baju santai, kaos tanpa lengan apalagi topless di kolam renang. Aku acuhkan saja mereka. Hari Minggu begini, rupanya penghuni apartemen cukup rajin untuk olahraga pagi, jadi sekitar jogging track juga ramai dengan segala macam manusia, mulai bayi hingga manula.

"Lex? Ckckckck..masih laku keras aja lo." Ela terkekeh. Aku memandangnya sambil tersenyum lalu mengulurkan tangan untuk menariknya berdiri.

"Biasa aja. Udah turunannya begini." Kami mulai berjalan lambat lalu berlari-lari kecil sepanjang jogging track.

"So...how's life?" Aku bertanya pada Ela.

"Hmmm...life yang mana nih?" Ela tertawa kecil.

"Yahhh.... We can start from your daily life, maybe?" Aku menatap ke depan, tersenyum pada sekumpulan nenek-nenek yang sedang taichi. See? Nenek-nenek lagi senam aja juga suka melempar senyum padaku saat aku lewat di hadapan mereka. Tapi aku mending membalas senyum nenek-nenek, lebih sopan dan siapa tahu berpahala menyenangkan orang yang lebih tua. Masalahnya kalau aku membalas senyum cewek-cewek seumuranku, bisa-bisa keesokan harinya mereka sudah muncul di depan pintu apartemenku. Males banget kan....

"Daily life gue ya layaknya orang kantoran ibukota pada umumnya lah. Kerja office hour, dinas luar kota ngecek kantor di kota lain, sesekali lembur kalo banyak kerjaan, weekend akan habis buat hangout sama temen atau kalo males ya paling berenang ato baca buku aja di apartemen. Kadang-kadang gue pulang juga sih ke rumah, paling dua minggu sampe sebulan sekali." jelas Ela sambil tetap berlari-lari kecil.

Gadis kecilku yang sudah tumbuh dewasa ini masih meninggalkan kesan yang sama. Rendah hati. Padahal dia adalah CEO perempuan yang cukup disegani di dunia telekomunikasi. Perusahaan yang dirintis ayahnya, masuk 100 besar perusahaan berpengaruh di Asia setelah dipegang oleh Ela sejak dua tahun lalu. Kalau dia mau, dia bisa belanja di butik paling ngetop di jajaran plaza mahal ibukota, tapi nyatanya selama beberapa bulan terakhir, menurut orang yang aku suruh untuk mengamatinya, hanya kadang-kadang saja ia masuk butik. Dia memang hangout ke beberapa cafe langganan dan juga club malam, tapi itu juga kadang-kadang.

DioskouriWhere stories live. Discover now