Water Birth

230K 743 17
                                    

Author's Note :

Hai, semoga harimu menyenangkan. Jangan subcribe channel Youtube-ku, ya. Di sana aku post beberapa video melahirkan yang bisa kalian tonton, bukan cuma gambar.

Link ada di bio~~~

Terima kasih 🦊

Terima kasih 🦊

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

_____

Namaku Grace, aku berusia 25 tahun. Aku sudah menikah selama satu tahun dengan kekasihku.

Hari ini aku sangat khawatir, menunggu buah hatiku yang akan lahir beberapa jam lagi. Aku takut aku tidak bisa melakukannya, aku tidak bisa melahirkan bayiku. Di satu sisi, aku tidak ingin mengecewakan suamiku yang pasti berharap aku dan bayiku baik-baik saja.

Tetapi, tidak bisa dipungkiri bahwa aku benar-benar gugup.

Ini baru pembukaan 7, dan aku sudah menangis karena tidak tahan menahan rasa mulas dan nyeri yang menjalar dari punggung hingga pinggulku. Apalagi vaginaku yang terasa memanas karena perlahan terbuka untuk membuka jalan lahir bayiku.

Aku dapat merasakan, di bawah sana, dipusat diriku. Bayi itu seperti ingin segera menerobos keluar dan melihat dunia. Aku merasakan perputaran bayiku yang perlahan mulai turun di panggul.

"Ahh..."

Ku remas apapun yang ada di sampingku. Seprai rumah sakit yang ada dibawah tubuhku seperti tidak terbentuk lagi karena aku sedari tadi meremasnya sebagai bentuk pelampiasanku.

Dibawah sana, ketubanku pecah memenuhi seprai putih itu. Basah dan rembes, aku dapat merasakan sesuatu yang mengalir dari bawah sana. Keringat di pelipisku di seka oleh suamiku, sambil tersenyum.

Dokter datang lagi setelah setengah jam aku menahan dan merintih kesakitan. Seperti waktu tidak kunjung berputar, bukaan ku masih bukaan 8.

"Sebentar lagi sayang, kau kuat."

Suara itu seperti air yang berada di padang pasir. Aku menatap suamiku sambil tersenyum kecil. Membawa tangannya untuk ku letakkan di perut bagian bawahku. Memintanya untuk mengusap perut itu, berharap bayiku segera tenang agar aku dapat beristirahat dari rasa sakit ini barang sebentar.

Tetapi, bayiku memang tidak bisa tenang. Membuat aku terus meringis menahan sakit, rasanya seperti tubuhku terbelah menjadi dua. Kontraksi itu menghujam punggung, perut dan pinggulku.

Setelah beberapa lama, dokter menyatakan jika bukaanku sudah sempurna. Suamiku membantuku melepas pakaian rumah sakit hingga tersisa bra yang menggantung menutupi payudaraku yang sudah terlihat begitu membengkak. Selebihnya, tidak ada sehelai kain pun yang tersisa. Perut besarku yang di pasang alat pendeteksi detak jantung bayi terlihat, dan juga vaginaku yang tidak tertutup apapun.

Giving BirthDove le storie prendono vita. Scoprilo ora