08 : promise

4.9K 870 78
                                    

⌣⌣⌣⌣⌣⌣⌣⌣⌣⌣⌣⌣⌣⌣

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


⌣⌣⌣⌣⌣⌣⌣⌣⌣⌣⌣⌣⌣⌣

࿐ ࿔*:🖇

❝ [ bodohnya aku yang mengira kau akan menepati janjimu. ] ❞

࿐ ࿔*:🖇

⌣⌣⌣⌣⌣⌣⌣⌣⌣⌣⌣⌣⌣⌣

Kenma menampar pipi Kuroo, ia mengerutkan alisnya kesal, "apa maksudmu ?! Aku tidak pernah mau melihatmu dalam keadaan seperti ini, Kuroo. Aku mengkhawatirkanmu, responmu malah seperti itu."

Kuroo memutuskan untuk hanyut dalam permainan Kenma, ia berpura-pura tidak tau, "baiklah haha, maaf ya," katanya sembari terkekeh.

Lelaki berambut pudding itu memilih untuk mengundangnya ke rumah, karena ia tau kondisi Kuroo saat ini sedang terpuruk. Hatinya begitu perih melihat keadaan teman kecilnya itu, walau dalam lubuk hatinya masih ada kebencian yang tersisa semenjak Kuroo membunuh Yamaguchi.

Kuroo bekerja sampingan pada minimarket di tengah kota. Biasanya ia mulai berangkat setelah pulang sekolah, sekalian untuk menghindari ayahnya. Uang tersebut selalu ia sembunyikan pada kotak wasiat yang sudah ada di rumahnya bahkan sebelum ia lahir, namun ayahnya tak pernah mengetahuinya.

Tangan dan kakinya gemetar hebat, perutnya belum mendapat asupan apa-apa sejak pagi ini. Untung saja Kenma memasak nasi goreng dengan rumput laut, ibu dan ayahnya masih pergi ke luar kota hingga tiga hari yang akan datang. Oh, jangan remehkan lelaki itu, ia mungkin lebih jago memasak daripada kita para perempuan.

"Silahkan."

"Ittadakimasu," ujarnya.

Mulutnya bergerak perlahan mengunyah nasi buatan Kenma. Enak, pikirnya.

Untung saja lelaki itu sudah sembuh dari demamnya, dan kini gantian ia yang merawat sahabatnya itu. Ia membawa kotak yang berisi obat-obatan, alkohol, serta plaster luka. Sebenci apapun ia dengan Kuroo, melihatnya menderita tetap memberi goresan pada hati Kenma.

"Apa yang kau lakukan dengan baju-baju itu ? Apa orang tuamu mengusirmu ?" Tanya Kenma terus terang, Kuroo spontan tersedak dan langsung menyambar air putih didekatnya.

"Tentu saja tidak," ia tertawa. "Aku hanya ingin merasakan hawa sendirian tanpa orang tuaku, kadang ayahku menyebalkan, jadi aku mau meninggalkannya saja," tukasnya sembari tersenyum tipis.

"Lalu, sekarang kau akan tinggal dimana ?"

"Belum tau, mungkin secepatnya."

Kenma merasa iba, akhirnya ia memutuskan untuk membiarkan Kuroo menempati rumahnya selama tiga hari mulai dari hari ini. Tabungan Kuroo belum cukup untuk membeli rumah walau kecil, jadi ia hanya akan nge-kos untuk sementara waktu.

"Kuroo..."

"Hm ?"

"Beberapa hari ini, aku jarang melihatmu tersenyum."

Dia memperhatikan toh.

Ia memaksakan senyumnya, "mungkin hanya perasaanmu saja." Kemudian berdiri untuk mencuci piring dan sendok pada wastafel dapur. Tuhan benar-benar adil dalam memberi karma, ia rasa. Masa lalunya begitu gelap hingga membuat masa depannya tak karuan.

"Hei Kenma."

Kenma melihat kearah Kuroo sebagai balasan, kemudian lelaki itu melanjutkan perkataannya.

"Jangan lupakan aku ketika aku telah lulus. Jangan tinggalkan aku, ya ?"

Ia tersenyum, menggenggam erat tangan Kuroo, "tentu saja."

Happy Birthday | ❥kuroken [✓]Where stories live. Discover now