Chapter 32

56 14 186
                                    

Paviliun Awan Hijau - Alam Langit.

"Reinkarnasi Ayong, apa benar itu?" tanya Ding Bei.

"Tampaknya Paman Ming menyembunyikan kenyataan ini dari Zhao Yong," ujar Wen Rou.

"Jika Zhao Yong tahu, sudah dipastikan manusia itu akan dibawanya," tambah Ta Hai.

Long Jun hanya mengangguk sekali, meminum tehnya dengan santai. Tampak tidak terlalu peduli dengan hal itu, tapi siapa yang tahu apa isi pikirannya.

"Kenyataan tidak akan pernah bisa disembunyikan, jika tiba waktunya untuk tahu maka tidak ada yang bisa menghentikan," ujar Long Jun.

"Kau akan diam saja?" tanya Wen Rou.

"Diam, terkadang bukan hal yang buruk," gumam Long Jun.

Embusan angin membunyikan lonceng kecil yang tergantung serta menggerakkan lilin-lilin yang terpasang dalam ruangan. Tampak setiap dari mereka tenggelam dalam pikiran yang terkadang menyesap teh sambil menoleh ke arah luar, melihat pohon yang menari-nari.

"Diam dan tidak melakukan apa-apa, itu adalah dua hal yang berbeda. Lantas, diam seperti apa yang akan kau lakukan? Diam dengan melakukan tindakan atau diam tanpa melakukan tindakan?" tanya Wen Rou.

"Apa kalian bisa mengartikan putih yang melambangkan kebenaran sepenuhnya benar tanpa ternoda? Dan hitam yang melambangkan kejahatan sepenuhnya salah?" tanya Long Jun.

"Tidak ada yang namanya mutlak dalam hidup ini," ujar Ta Hai.

"Zhao Yong tidak salah jalan, yang salah adalah pikirannya dengan menyakiti kehidupan banyak orang. Jika pertemuan dirinya dengan reinkarnasi Ayong bisa membawa dirinya kembali ke arah baik, kenapa khawatir?"

"Yang perlu kita khawatirkan, jika pertemuan itu semakin membuat pikiran Zhao Yong tersesat. Itu hal yang harus kita takutkan," ujar Long Jun lagi.

"Bukan pertemuan melainkan pikiran yang harus kita takutkan ... Long Jun, kau benar. Tidak ada yang salah dengan pertemuan, tidak ada yang salah dengan jalan yang dipilih," ujar Wen Rou.

"Yang salah adalah hati yang dibarengi pikiran yang ternoda," tambah Ta Hai dan Ding Bei bersamaan.

"Karena itu jangan gegabah, jangan berusaha mengubah takdir yang tidak bisa diubah. Biarkan, semua berjalan sebagaimana mestinya." Long Jun menyesap teh dengan memerhatikan uap dari teko.

Tak lama dua tamu lagi hadir, Yang Jian juga Zhen Xi. Bergabung dengan lainnya yang berwajah sedikit cerah dari sebelumnya.

"Kalian datang di waktu yang tepat, apa sengaja menghindar?" tanya Ding Bei.

"Aku dan Zhen Xi tidak tertarik dengan masalah pribadi kalian, yang kami khawatirkan adalah keselamatan alam," jawab Yang Jian.

"Bagaimana, apa para siluman sudah jera?" tanya Ta Hai.

"Mereka sangat keras kepala, kurasa Zhao Yong memang tidak salah pilih pasukan," jawab Zhen Xi.

"Siluman itu haus akan darah serta kebebasan, tentu akan sulit menghadapinya," tambah Wen Rou.

"Apa yang akan kita lakukan selanjutnya?" tanya Yang Jian.

Long Jun bangun, berjalan mengarah jendela. Menyentuh lonceng yang tergantung dengan pikiran yang berkelana. Membunyikan lonceng beberapa kali hingga berakhir mendiamkan.

"Aku akan turun tangan langsung ... kurasa, sudah waktunya diriku mengunjungi alam kalian semua," ujar Long Jun, tersenyum.

Yang lain hanya diam, saling memandang satu sama lain. Saling mengangguk setuju dengan perkataan Long Jun yang kembali membunyikan lonceng, meramaikan suasana sepi. Layaknya suara yang siap menghentikan semua kekacauan.

Termasuk Alam Manusia ... akan kukunjungi setelahnya.

Kerajaan Yi - Alam Manusia.

"Apa yang kalian lakukan?"

"Yan Guniang, maaf atas ketidaknyamanannya."

Kediaman dikelilingi pengawal, tepatnya di setiap pintu keluar bahkan lalat sekalipun tidak bisa masuk. Membuat Yue Hua dan lainnya tidak berkutik, tampak tahu arah permasalahan yang saat ini masih menjadi topik pembahasan di aula utama kerajaan.

"Huangdi, mohon diselidiki," ujar Tn. Yan memohon, membungkukkan tubuhnya.

"Selain putrimu dan dayangnya, malam itu tidak ada siapa pun. Lantas, apakah asal usul api datang dari langit?"

"Kanselir, harap tidak mengucapkan omong kosong tanpa bukti!" tegas Tn. Yan.

"Omong kosong? Ha ...! Tn. Yan, kau tidak mungkin berpikir semua kejadian itu perbuatanku, bukan?"

"Diriku tidak menerima tuduhan tidak berdasarmu, Kanselir."

"Semua orang dalam istana tahu bahwa putrimu Yan Yue Hua mungkin saja memiliki dendam atau kebencian pada putriku Lu Ring. Lihat! Sekarang putriku memiliki bekas luka di wajahnya, lantas tidakkah putrimu puas!"

"CUKUP!!!"

Perdebatan sontak berhenti, setiap orang menunduk menghadap raja. Menanti hal apa yang raja akan putuskan. Sementara kanselir dan Tn. Yan sesekali saling melirik tajam.

"Hal ini, akan kuputuskan untuk menyelidiki!"

"Huangdi!" teriak kanselir tak terima.

"Bukti tidak jelas dan tidak ada saksi mata. Tentu, tidak bisa hanya menggunakan perkataanmu seorang, Kanselir ....

"... Mulai hari ini, kuperintahkan untuk menyelidikinya! Selama penyelidikan, Yan Yue Hua beserta para dayang dan pelayannya akan dikurung dalam kediaman ....

"... Selain itu, Tn. Yan sebagai Ketua Departemen Kehakiman akan bertanggung jawab dalam kasus ini."

"Huangdi, tidak bisa Tn. Yan," protes kanselir, memohon.

"Tn. Yan dikenal akan keadilan, dirinya tidak akan memihak meskipun penjahat adalah keluarganya sendiri. Tentu kalian semua tahu betul hal itu!"

"Huangdi bijaksana!" ujar semua orang, membungkukkan tubuh.

Tampak kelegaan memenuhi Tn. Yan. Anehnya, kanselir yang harusnya merasa kesal malahan menyeringai, hal sama juga ditunjukkan pada Lu Ring dan ibu suri di kediamannya setelah mendengar kabar tersebut. Hanya Cheng Yuan yang terlihat khawatir dengan permasalahan. Namun, tidak bisa berbuat apa-apa selain di usir oleh pengawal tepat di depan kediaman Yue Hua.

"Mari kita pergi," ajak Yuan Feng, menarik paksa.

"Tidak tahu rencana apa lagi yang akan dilakukan mereka."

"Tn. Yan yang akan mengurus, tidak perlu khawatir," ujar Yuan Feng.

"Tapi perasaanku tidak tenang."

Cheng Yuan menengadah, melihat langit biru cerah dengan embusan angin untuk meringankan berat dan pengap dadanya. Menerawang, seolah mencari kemungkinan yang mungkin akan terjadi lalu mengajak Yuan Feng pergi.

***

"Tn. Lao, jangan mengecewakanku," ujar Zhao Yong.

"Maaf, tapi aku tidak tertarik melakukannya."

"Tuan tahu akibatnya jika menolak," tekan Zhao Yong.

"Aku hanya seorang yang membawa mandat langit lalu menyampaikannya, hal lain tidak berlaku bagiku," ujar Lao Hu.

"Apa kau mengatakan hal yang sama ketika putri kanselir tadi datang? Ingat! Diriku melihat dan mendengar semuanya tepat di sebelah Lu Ring tadi," ujar Zhao Yong.

"Kau ...!"

"Aku paling tidak suka melihat makhluk bermuka dua sepertimu. Menggunakan topeng kebaikan dengan berbuat jahat di belakang, dirimu tidaklah lebih baik dariku."

Zhao Yong mendekat, membisikkan sesuatu pada Lao Hu. Seketika, mata tenang itu tergoyah terganti dengan keterkejutan. Memalingkan matanya pada Zhao Yong yang saat itu menyeringai dengan iris mata nyalang merah.

"Ingat! Aku akan mengawasimu."

Alohomora : The Three Realms (End)Where stories live. Discover now