The Gangster||23

183 27 0
                                    

Aku terus menelpon kak Minhyun selama di perjalanan. Tapi telponnya sangat sibuk.

Selama perjalanan pun aku terus memegangi perutku sembari menahan rasa sakitnya.

Aku harus menyelamatkan kak Hyunjin terlebih dahulu, semua ini terjadi karena aku, jadi aku yang harus bertanggung jawab atas semua kesalahanku.

"Eun, kau tak apa?" suara Felix membuyarkan lamunanku.

Aku menggeleng.

Felix mengangguk pelan, ia melihat maps di ponselku yang menampilkan lokasi mobil kak Hyunjin.

Tak lama kami menemukan lokasinya, mobil kak Hyunjin tepat terparkir di pinggir jalanan sepi ini.

Aku menatap sekeliling, menyelipkan pistol yang kuambil dari kak Eunbi ke dalam saku hoodie.

"Tetap disini, kalau terjadi sesuatu, segera pergi kabari yang lain."

"Tapi Eun-"

"Ini jalan terbaik, Lee Felix. Kumohon percayalah padaku." aku tersenyum.

"Baiklah, hati-hati."

Aku turun dari mobil. Berputar arah agar tak ada yang tahu dimana mobilku berada.

Sejujurnya aku merasa takut. Tapi ini demi kak Hyunjin.

Sesampainya aku didepan mobil kak Hyunjin, aku langsung mencari dimana Jeno meletakkan bom nya.

Tak lama aku menemukannya, dibawah mobil. Aku meringis saat melihat waktuku kurang dari 10 menit.

Dengan terburu-buru aku mengambil batu dan memecahkan kaca mobil. Tapi kak Hyunjin tak sadarkan diri, akan sulit membawanya sendiri saat keadaanku tak jauh lebih baik.

Setelah kacanya pecah, aku membuka kuncinya dari dalam. Memutus tali yang mengikat kak Hyunjin dengan pisau yang kurampas dari Jeno.

"Kak, bangun!"

Aku terus mencoba membangunkan kak Hyunjin. Namun hasilnya nihil.

Jujur rasanya aku ingin menyerah. Tapi aku tak bisa.

Pandanganku jatuh pada saku seragam kak Hyunjin. Aku ingat! Kak Hyunjin selalu punya kunci cadangan di sakunya karena ia termasuk orang yang suka lupa menaruh barang-barangnya.

Ketemu! Aku menemukan kunci duplikatnya.

Tapi aku kembali teringat dengan bom yang terpasang dibawah mobil.

Aku membungkukkan tubuhku, mencoba melepas lakban hitam yang merekatkan bom pada mobil tanpa sedikitpun pencahayaan.

Waktuku tinggal 3 menit lagi. Kumohon, kumohon bisa lepas.

Senyumku merekah saat bom itu sudah berada ditanganku, aku melemparnya kearah hutan lalu masuk kedalam mobil dan menyalakannya.

Memberi isyarat pada Felix agar segera pergi terlebih dahulu, sebab aku tahu tak hanya aku, Felix, dan Hyunjin disini.

Aku melihat kebelakang melalui kaca mobil yang sudah tak ada lagi. Tiga mobil hitam mengikuti kami.

Lalu tak lama terdengar suara ledakan dari arah hutan. Bom nya meledak.

Aku berusaha sebisa mungkin untuk pergi ke tempat ramai, atau setidaknya pos polisi.

Dorr!

Aku menarik pelatuk pistol, pelurunya tepat mengenai ban mobil pertama yang jaraknya sudah sangat dekat denganku.

Untuk berjaga-jaga, aku mengambil pistol milik kak Hyunjin.

Tak ada yang tahu kapan pelurunya akan habis.

Dorr!

Mobil kedua oleng sehingga menabrak pohon. Sisa mobil terakhir yang kini masih mengikutiku.

Aku mencoba bertahan meskipun rasanya kakiku sangat lemas.

Mataku mulai berkunang-kunang.

Ugh.

Rasanya kepalaku sangat pusing.

Tidak, tidak. Aku harus membawa kak Hyunjin sejauh mungkin dari para gangster itu.

Aku tak tahu pasti berapa jumlahnya, tapi mereka lebih dari 30 orang.

Maksudku, total keseluruhan anggota gangster.

Bila kutebak, bisa jadi yang mengikuti kami dan Felix itu sekitar 8 orang.

"Lee Felix!" teriakku saat posisi mobil kami sejajar.

Felix menurunkan kaca jendela mobilnya. "Kau baik-baik saja?"

Aku mengangguk, meski nyatanya aku tidak baik-baik saja.

"Mereka mengejarku, bukan kau ataupun kak Hyunjin. Kita berhenti didepan karena mereka lumayan jauh, pindahkan kak Hyunjin ke mobilmu, biar aku yang mengalihkan mereka." ujarku cukup keras.

"Tapi bagaimana denganmu?! Kondisimu masih belum stabil, wajahmu masih penuh memar! Bersyukur kau masih bisa bicara saat tulang rahangmu retak!" Felix mengomeliku.

Aku tersenyum untuk memendam rasa takutku. "Kumohon, bantu aku sekali lagi. Bawakan bala bantuan untukku. Aku akan memancing mereka ke sungai Han."

"Itu terlalu jauh, Hwang Eunbyeol!"

"Justru itu bisa mengulur waktu. Kumohon, aku tahu kak Minhyun ada didekat sana. Kau harus percaya padaku."

Felix mengangguk. Kami memberhentikan mobil lalu bergegas memindahkan kak Hyunjin. Setelahnya aku memutarbalik mobilku, turun untuk mengambil persediaan senjata.

Aku memindahkan sebuah senapan Heckler & koch HK416, dua buah desert eagle mark XIX pistol, dan belati gerber mark II yang jumlahnya terbatas dari bagasi mobil Felix ke kursi samping kursi kemudi.

Felix nampak terkejut. "Darimana semua senjata itu?" tanya Felix.

"Asal kau tahu, ini sudah ada disini sejak dua tahun lalu." aku menepuk-nepuk bagasi mobil Felix.

Felix hendak bicara lagi, namun aku terlanjur naik ke mobil dan melajukannya dengan kecepatan diatas rata-rata.

"HATI-HATI!" suara teriakan Felix lah yang terakhir kali kudengar sebelum akhirnya berbelok menuju jembatan sungai Han.

Benar saja, mereka mengikutiku. Sekarang empat mobil yang mengikutiku. Untungnya persediaan senjataku banyak. Hanya saja... siapa yang akan mengemudi jika aku harus menembak mereka?

Astaga!!! Harusnya tadi aku mengajak seorang petugas polisi untuk menyetir. Argghhh.

Sekitar 30 menit kami kejar-kejaran, aku menghentikan mobilku tepat di tengah jembatan dengan posisi menghalangi jalan. Syukurnya tempat ini sepi, jadi tak akan ada korban.

Empat mobil itu berhenti, lantas aku segera mengeluarkan seluruh senjata di mobil kak Hyunjin, menaruhnya di ransel lalu berlari secepat mungkin. Sementara belati aku simpan dibalik celana pasien yang kukenakan.

Saat menemukan tempat yang pas untuk menembak, aku mulai memposisikan diriku dengan satu pistol yang sudah berada digenggamanku.

Ah, harusnya aku tak meninggalkan mobil jauh-jauh. Bodoh sekali aku ini.

~

TBC

Hay guys! Sorry kalo gantung, ini double up ya jadi langsung scroll aja! Nah karena sebentar lagi ending jadi jangan banyak basa-basi.

Thanks for reading.

The Gangster •|• L.Jeno (END)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt