Eighthteen

478 80 5
                                    

WHATS UP YO!
VOTE AND COMMENT FIRST!




Author hanya minta kalian untuk vote, apa kalian tidak tahu caranya ngevote sampai memilih menjadi siders (?)




















Jujur kecewa ama readers di ff yang ini, vote makin menurun. Mungkin cerita ini bakal di hiatuskan untuk beberapa waktu, jika vote chapter ini naik bakal author pikirkan lagi mau hiatus atau tidak.
















































Lalisa, gadis berponi itu menyusuri hampir seluruh jalanan di  kota Seoul. Menggunakan pakaian ala kadarnya sehingga memancing perhatian orang disekitarnya.

Seorang Lalisa, main dancer dari girl grup terkenal berjalan seorang diri seperti orang hilang atau mungkin bisa di kira orang gila.

Dari matahari terbit hingga langit berubah menjadi kehitaman, Lisa terus berjalan. Tanpa ada tujuan yang jelas dan sepeser uang untuk makan.



Ia mendudukkan dirinya di bangku taman, Sungai Han memang tempat yang tepat untuk merilekskan pikiran. Lampu yang berkelap-kelip, suara air yang mengalir dan ditemani dengan semilir angin. Tapi tidak dengan Lalisa

Gadis itu kedinginan, keluar tanpa mantel di musim dingin memang hal yang gila. Tubuh ringkihnya sudah bergetar karena menahan cuaca dingin yang menembus rusuk.

"A-apa yang kk-kulakukan salah C-chaeyoungie" Ucap Lisa lirih.

"Aku membenci J-jennie sekarang, d-dia lebih membela orang lain daripada d-dirimu" Mungkin embel-embel unnie hilang untuk seorang Jennie Kim di mata Lalisa

"Lalisa-ssi, apa yang kau lakukan disini?" Ujar sesosok perempuan berwajah cantik.

"S-sepertinya a-aku mengenalmu"

Pandangan Lisa menghitam, rasa pusing menyerang kepalanya sebelum ia menutup seluruh kedua matanya.






"Bawa dia masuk ke mobil"







Keadaan dorm cukup kacau, Jisoo yang tak henti-hentinya menelepon sangat
manager untuk mencari Lisa.

Kakak tertua itu sangat khawatir, bagaimana tidak khawatir adiknya tidak membawa mantel di musim dingin, handphone yang di tinggalkan di meja ruang tengah, dan dompet yang masih rapi di meja riasnya.

"Oppa eotteokhae? Ada kabar dari Lisa?" Ucap Jisoo ke pada sang manager yang berada di depannya.

"Oppa sudah menyusuri seluruh jalanan kota Seoul begitu juga dengan yang lain, tapi nihil kita tidak menemukan Lisa" Ucap sang manager.

"Apa boleh aku itu mencarinya?" Tanya Jisoo.


"Aku juga akan ikut" Ucap Jennie yang baru keluar dari kamarnya.

"Kau untuk apa ikut, jangan sok khawatir  Jennie-ssi" Ucap Jisoo dingin.

"Ayo oppa" Jisoo menarik tangan sang manager untuk keluar dari dorm

Jennie terdiam karena lontaran kata dari unnienya untuk dirinya. Percayalah Jennie menyesal telah menampar adiknya sendiri hingga membuat adiknya keluar dari dorm.

"Hiks... Kembalilah unnie mohon Lalisa..." Jennie meneteskan air matanya.

"Ani Jennie, kau harus kuat. Ayo cari adikmu" Jennie menghapus air matanya secara kasar dengan tangannya.


Jennie mengambil mantel dan tas kecilnya, lalu mengunci pintu dorm. Ia menghentikan taksi.

"Ahjussi, tolong antarkan aku ke Sungai Han" Ucap Jennie.


Gadis bermata kucing itu menyusuri tepian Sungai Han, entah ia hanya mengikuti kata hatinya. Hatinya berkata bahwa adiknya berada di sini.

"Permisi, apa anda melihat Lalisa?" Tanya Jennie pada seorang gerombolan anak muda.

"Ahh iya tadi banyak orang yang membicarakannya, dia tadi duduk di sana tanpa menggunakan mantel" Ucap anak muda tadi.

"Kamsahamnida" Jennie membungkukkan tubuhnya.

Jennie duduk di kursi taman yang tadi di duduki oleh Lisa, matanya menatap kosong ke arah sungai.




"Kamu kemana Li... Maafkan unnie, tolong kembali lah" Batin Jennie





Drttt drttt

Handphone Jennie bergetar menandakan ada panggilan masuk dari seseorang. Panggilan dari kontak yang ia namakan manager oppa.

"Hallo, Jen kau kemana?"

"Aku di Sungai Han, tadi aku bertanya pada orang sekitar Lisa ia tadi kesini"

"Oppa sama Jisoo akan ke sana, kita pulang bersama"






Jisoo dan Jennie berjalan memasuki dorm. Aura dingin dan tengang tercipta antara keduanya, seperti ada bongkahan es besar yang diciptakan Jisoo untuk Jennie.


"U-unnie..."

Jisoo mengacuhkan panggilan Jennie dan segara masuk ke dalam kamarnya, lalu menutup pintunya. Jennie hanya bisa berdiri mematung di depan pintu yang tertutup.

"Unnie mianhae..." Jennie menangis sambil duduk menyender di depan pintu kamar Jisoo.


Menyesal, satu kata yang mungkin dialami oleh seluruh umat Tuhan di bumi. Kata menyesal selalu datang di akhir dari suatu perbuatan. Menyesal juga mungkin dapat diartikan sebagai karma dari Tuhan.

Menyesal satu kata yang terus terulang di hati seorang Jennie Kim.

"Bodoh, bodoh Jennie bodoh" Batin Jennie

"Jika terjadi sesuatu dengan Lisa, jangan harap unnie akan memaafkan mu" Ucapan Jisoo terus-menerus datang ke otaknya. "Aku juga tidak akan memaafkan diriku unnie"





Mulai sekarang, panjang pendeknya Chapter di tentukan oleh vote, so don't forget to klik vote button.

(🐰🐻🐿🐥)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(🐰🐻🐿🐥)

(🐰🐻🐿🐥)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DEVIL'S (BLACKPINK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang