E17

317 43 0
                                    



Perkembangan janin dalam dirinya benar-benar pesat. Sudah terhitung satu bulan berlalu sejak mereka mengecek kandungan ke dokter. Jimin tengah sibuk di dapur membuatkan susu untuk Dahyun. Wanita itu sekali-kali mengetuk jemarinya di atas marmer dingin meja. Bosan? Bisa dibilang, iya. Tapi wajahnya langsung sumringah kala Jimin berjalan menghampirinya.

"Susu sudah siap, silahkan diminum." Perilaku Jimin yang seperti pelayan di restoran terkenal membuat Dahyun tidak bisa tersenyum tipis. Suaminya ini benar-benar bisa membuat mood naik. Lantas menandaskan segelas susu yang sudah Jimin siapkan untuk dirinya sembari mengelus perutnya yang semakin membuncit.

Lalu memberikan gelas kosong tersebut kepada Jimin. Sebenarnya, Dahyun ingin sekali membantu tapi Jimin menolak dengan alasan bahwa Ibu hamil tidak boleh kelelahan yang membuat Dahyun mau tidak mau menuruti perintah Jimin. Well, ini juga untuk kebaikannya bukan?

"Jim!"

Jimin mendongak kala mendengar suara Dahyun mengudara karena sedari tadi ia menunduk lantaran sibuk dengan ponsel miliknya yang sedari tadi berbunyi. Pekerjaannya sedikit menumpuk akhir-akhir ini. Menaikkan alis, bertanya.

"Hmm, ada apa?"

"Tidak."

Jimin mengernyit. Setahunya Dahyun baru saja memanggilnya dan setelah dijawab wanita itu malah tidak membalas. Lantas menaruh seluruh atensinya pada wanita dihadapannya sepenuhnya. Sedikit mengabaikan ponsel miliknya.

"Katakan saja, kau ingin mengatakan apa?"

Dahyun tampak ragu membuat Jimin langsung merubah posisinya menjadi di samping Dahyun yang pada awalnya di hadapan wanita itu. Mengusap rambutnya dengan sayang sambil sesekali tersenyum mencoba menenangkan. Tapi, bukannya menjawab Dahyun malah mengambil tangan Jimin yang berada di kepalanya lalu menuntunnya ke perut buncitnya. Jimin mengkerut dibuatnya. Tapi, matanya terbelalak sempurna.

"Hyun!"

Dahyun tersenyum. Jimin juga merasakan itu. Janin dalam kandungannya tengah menendang. Dahyun memang baru merasakannya saat bangun tidur tadi dan ingin memberitahu Jimin, tapi urung. Dan sekarang lihatlah pria ini. Dahyun tidak bisa menyembunyikan senyum tulusnya.

"Hyun!"

"Aku juga baru merasakan saat bangun tidur tadi. Berniat memberitahumu, tapi kau sudah lebih dulu keluar dari kamar."

Jimin segera menunduk. Menempelkan telinganya di perut buncit Dahyun sembari mengelusnya.

"Anak Ayah, baik-baik di dalam?" Dan Jimin kembali terkejut saat setelah mengucapkan kalimat tersebut, tendangan kembali mengenai jemarinya yang tengah mengelus perut Dahyun. Calon anaknya merespon ucapannya.

"Dia merespons!" Seru Jimin semangat dan Dahyun kembali mengangguk.

Dan sekarang lihat kembali pria ini, dirinya sudah tampak berkaca-kaca menahan haru. Tangannya mengelus kepala Dahyun lalu kembali ke perut.

"Sayang, jaga diri baik-baik, Ayah akan selalu menjaga kalian berdua." Dan ditimpali anggukan oleh Dahyun sebagai jawaban. Tanpa sadar ikut terharu.

"Hey, jangan menangis, nanti dia ikut menangis."

"Kau yang membuatku seperti ini."

Jimin tergelak lalu menghapus air mata yang sempat keluar sebelum akhirnya menghapus air mata Dahyun lantas mengecup kening Dahyun lama.

"Terima kasih sudah menyempurnakan separuh hidupku."

"Aku juga berterima kasih. Terima kasih, Jim."

I Want to You✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang