01

1.2K 109 8
                                    

Dua orang berjalan menyusuri koridor sebuah gedung perkantoran. Mengenakan setelan jas rapi sehingga membuat penampilan salah satu terlihat tampan, berwibawa dengan aura kepemimpinan yang memancar dan yang satu terlihat muda dan  segar. Sudah hampir satu tahun ini Kuroko Tetsuya bekerja di Akashi Corp sebagai sekretaris sang pemimpin perusahaan Akashi Seijuurou. Dan hari ini pun rutinitasnya sama. Mendampingi bosnya untuk menemui seorang kolega perusahaan.

Pintu dibuka dan menampakkan seorang pria berbadan tinggi besar sedang menunggu. Pria yang di ketahui bernama Aomine Daiki yang juga teman lama sang bos,  datang untuk membicarakan sebuah proyek kerja sama.

" Terimakasih sudah menunggu."
Daiki, ini sekretarisku.”

Laki-laki  yang semula memunggungi mereka berbalik begitu mendengar suara Akashi, memperkenalkannya.

Semula, awalnya Tetsuya melihat senyuman profesional, namun seiring matanya menangkap wajah Tetsuya, senyuman itu memudar. Wajahnya penuh kekagetan dengan mata yang melebar. Namun lambat laun, sorotan itu membisiki rindu yang seketika membuat Tetsuya merinding.

“Kuroko Tetsuya. Senang bertemu dengan anda.” Tetsuya menyorkan  tangannya dengan sopan, berpura-pura tidak mengenali mantan kekasih yang menjadi rekan bisnis Akashi.

'Sial. Kenapa harus dia?' Tetsuya menggerutu dalam hatinya. Dari milyaran manusia bumi kenapa harus Aomine yang harus dia temui ?

“Aku Aomine Daiki senang bertemu denganmu.” Tangannya menjabat tangan Tetsuya kemudian meremasnya. Dekapan tangannya hangat, tapi yang Tetsuya rasakan bukanlah kerinduan yang sama seperti yang ada pada matanya, melainkan kepedihan yang masih tertinggal dan setitik sakit hati yang  masih membekas.

“Ehem.” Akashi  berdehem memutus jabatan tangan yang dengan sangat sengaja diperlama Aomine. “Bisa kita mulai rapatnya, Daiki ?”

Aomine tersenyum dan mengangguk.

"Baiklah "

...

Tetsuya  duduk menyimak rapat Akashi dan Aomine sesekali mencatat hal-hal yang kiranya penting. Dua jam yang benar-benar hampir membunuhnya karena rasa tidak nyaman yang diciptakan Aomine karena terus menerus melirik padanya. Ketika rapat itu selesai, Aomine melangkah ke depan Tetsuya.

" Hei, Tetsu !" Ujarnya sambil berbisik.

"Ada apa Aomine-san ?" Tetsuya menjawab. Berusaha masih bersikap sopan dan tidak menarik perhatian mengingat mereka masih berada di lingkungan kerja.

Ditariknya telapak tangan kanannya  kemudian dia meletakan secarik note kecil yang terlipat.

Tetsuya menggigit bibir, tidak tahu harus berbuat apa ketika Aomine telah beranjak keluar ruangan selain melirik bosnya yang ternyata tidak memerhatikan. Ditariknya napas lega saat Akashi melengang keluar ruangan.

“Kau sudah siap-siap untuk besok bukan?” tanyanya dan Tetsuya mengangguk. 

"Iya, Akashi-sama."

Kemudian dia melanjutkan. “Jangan sampai ada berkasku yang tertinggal.”

"Baik" Tetsuya menjawab sopan dengan gesture sedikit membungkuk seiring kepergian Akashi .

Tetsuya menghela napas ketika dia sedang duduk di halte bis. Mengingat perjalanan ke Osaka besok untuk proyek  kerjasama Akashi Corp dengan perusahaan Aomine. Dia  belum siap bertemu Aomine lagi. Kisah cintanya yang lalu meninggalkan luka. Sebenarnya tidak akan pernah siap, karena Tetsuya tidak pernah ingin bertemu lagi dengannya.

Something ElseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang