02

905 110 10
                                    

Buruk. Hari ini benar-benar saat yang buruk.

Akashi  tidak pernah suka ada staffnya yang terlambat, tapi hari ini Tetsuya yang notabenenya adalah sekretarisnya malah terlambat.  Sudah bisa di bayangkan sudah semarah apa dia.

Ketika sampai bandara dengan napas yang terengah-engah karena dia berlari seperti orang gila, Akasshi langsung memelototi Tetsuya dengan garangnya.

“Kau Siapa ?” tanyanya.

Tetsuya mendengus pelan. Dalam hati mencibir sikap pemarahnya yang akhir-akhir ini sudah jarang tampil. Tapi hari ini dia kembali menajdi bos Akashi  yang pemarah dan suka mengintimidasi.

“Kuroko Tetsuya.” Jawabnya menunduk. Menghitung jumlah lantai  di bandara.

“Tetsuya, siapa?” Nada sarkasnya semakin membuat Tetsuya merinding.

“Sekretaris anda Akashi-sama.”

“Oh, sekretarisku ya?” takut-takut, Tetsuya  mendongak. Niatnya ingin melihat mata Akashi, tapi tidak berani, jadilah Tetsuya menatapi hidung mancungnya. “Aku kira kau atasanku sehingga berani menyuruhku menunggu.”

"Maaf Akashi-sama tadi- "

Akashi  menjauh pergi menghampiri anggota tim sebelum Tetsuya sempat mengutarakan penjelasan.
Bahkan ketika  sampai di Osaka pun, Akashi   yang biasanya bertanya ini-itu bahkan bisa beberapa kali bertanya pertanyaan yang sama, kali ini menolehpun tidak. Membuat Tetsuya bertanya-tanya, apakah dia yang   hanya terlambat delapan menit dari waktu yang dia tentukan telah melakukan kesalahan yang tidak bisa di maafkan ?

Ketika telah selesai memberesi beberapa barang dan baju di kamar hotel, Teman satu kantornya, Satsuki mengirim pesan jika Akashi  meminta seluruh staff untuk ikut makan malam bersama di Restoran hotel.  Satsuki yang di beri tahu bukan Tetsuya. Padahal dia sekretarisnya.

Tetsuya memijit pelan pelipisnya memikirkan bosnya yang terlalu mudah marah. Lagipula keterlambatannya yang tidak seberapa itu tidak membuat mereka ketinggalan pesawat atau apa. Mengapa dia marah sampai seperti ini.  Terserah. Daripada pusing Tetsuya memilih bersiap-siap untuk acara makan malam.

...

Sesampainya di restoran semua sudah berkumpul, baik staff Akashi maupun staff Aomine. Begitu melihat Tersuya,  Aomine langsung membisiki sesuatu ketelinga orang yang berada di sebelahnya. Membuat orang tersebut berpindah tempaat duduk.

“Disini saja Satsuki .” Ujarnya meminta agar Tetsuya duduk di hadapannya.

Atas dasar sopan santun, Tetsuya mendudukkan diri di sebelah Aomine. Berada didekatnya membuatnya tidak nyaman. Terlebih setelah membaca note yang dia taruh di telapak tangan Tetsuya kemarin.

Aku Merindukanmu.

Tulisnya yang setelah membacanya membuat Tetsuya menyobek-nyobek kertas kecil itu menjadi puluhan bagian.

Hiruk pikuk meja makan berhenti seketika mendengar penuturan Aomine. Bukan karena dia alergi sea food, Tapi kenyataan bahwa Aomine mengetahui alerginya dan melontarkannya dengan nada sarat akan kecemasan seperti itu, yang membuat seluruh penghuni meja bergantian menatap mereka berdua.
Tetsuya sangat kesal sekali. Karena hal itu bisa membuat orang lain akan salah paham kepada mereka berdua.

"Diamlah, Aho ! Kalau sampai orang lain tahu kita adalah mantan kekasih, kepalamu  yang dulu tidak jadi aku penggal, akan aku penggal sekarang juga."

Ingin rasanya dia mengatakan seperti itu, tapi tidak. Tetsuya masih punya kesopanan. Dia akan mengatakannya nanti kalau mereka hanya berdua saja.

“Steak, ya?”

Tetsuya menghela napas. Mencoba memperingati dengan tatapan mata, tapi Aomine malah pura-pura bodoh seperti itu. terpaksa dia bilang iya untuk menyumpal mulut pria itu.

....

Hiruk pikuk itu lambat laun mulai kembali walau beberapa masih melirik dengan penasaran. Tetsuya mendongakkan kepala untuk mendapat pasokan oksigen lebih banyak agar rasa sesaknya berkurang, namun  matanya malah mengangkap mata heterokrom Akashi. Dia menatap lurus. Membuatnya bergerak gelisah menduga-duga apakah kepalanya sudah bolong karena di tatap tajam oleh Akashi.

Tetsuya memang punya masalah, setiap kali dia makan pasti selalu tertinggal dari yang lain. Secepat apapun dia merasa menyelesaikan makanannya, tetap tidak bisa secepat waktu makan orang lain. jadi, ketika makanan Tetsuya masih setengah, yang lain sudah pamit kembali ke kamar mereka. tinggalah Tetsuya, Aomine yang memang sudah tau masalahnya, dan  Akashi yang sedari tadi hanya memerhatikan ponselnya, di meja.

“Kau tidak  pernah berubah dari dulu.” Tetsuya hanya mendengus pelan menanggapi Aomine. “Yang beda hanya rambutmu yang lebih panjang dan badanmu  lebih kurus.”

“Aomine-kun, tolonglah.” Pinta Tetsuya agar mulut Aomine diam.

Aomine masih terlihat santai. “Kenapa memangnya ? Disini Cuma ada Akashi . Akashi juga temanku, tidak masalah kan jika dia tau kau adalah mantan pacarku.”

Tetsuya melirik bosnya yang masih menghabiskan makanannya dengan diam, seakan dia hanya sendirian disini dan tidak mendengar apa yang Aomine ocehkan.

Bunyi petir yang menyertai hujan malam ini mengagetkan Tetsuya yang sedang memotong daging steak.

“Kau tidak papa Tetsu ?” tanya Aomine khawatir. Tetsuya menggeleng, menetralkan debar jantungnya yang nyaris copot karena petir itu.

“Ini musim hujan. Aku yakin nanti malam akan hujan dan petirnnya tidak akan berhenti. Kau yakin bisa tidur sendiri?”

Tetsuya tertegun. Di kamar sendiri dengan hujan dan petir. Sampai pagi menjelangpun bukannya tidur, dia pasti malah akan gemetar ketakutan. “Aku...”

“Biar aku menemanimu. Seperti dulu.” Ditatapnya Aomine untuk menghardik usulan gilanya. “Aku hanya  ingin kau tidur nyenyak malam ini.”

Something ElseWhere stories live. Discover now